Selasa, 28 Desember 2010

Apakah kemalangan atau keberuntungan?

(Ketika semua tidak sesuai harapan 2)

Janganlah kamu kira bahwa berita itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. (An Nuur : 11)

Alkisah hiduplah seorang petani. Ia mempunyai seorang putra dan seekor kuda. Pada suatu hari kuda sang petani melarikan diri, dan semua tetangganya datang untuk menghiburnya, dengan mengatakan : “sungguh malang, kudamu melarikan diri!”.
Sang pria itu menjawab : “siapa yang tahu apakah itu kemalangan atau keberuntungan.”!
“Jelas itu kemalangan!” demikian para tetangga mengatakan.

Dalam waktu satu minggu, kuda sang petani pulang , disusul dengan dua puluh ekor kuda liar. Para tetangga sang petani datang untuk merayakannya, dengan mengatakan : “sungguh beruntung kudamu telah kembali ditambah duapuluh ekor kuda lainnya”.
Sang pria menjawab : “siapa yang tahu apakah itu keberuntungan atau kemalangan”!

Keesokan harinya putra sang petani menunggang diantara kuda-kuda liar itu, dan jatuh hingga kakinya patah. Para tetangga datang untuk menghibur dengan mengatakan : “sungguh malang”. Dan sang petani mengatakan : “siapa yang tahu apakah ini kemalangan atau keberuntungan”. Lalu sebagian tetangganya menjadi marah, dan mengatakan “tentu itu kemalangan, dasar orang tua bodoh”!
Seminggu berlalu dan sebuah angkatan bersenjata datang, merekrut semua pemuda sehat untuk bertempur dinegeri yang jauh. Putra sang petani karena kakinya patah tidak direkrut. Semua tetangganya datang untuk merayakannya dengan mengatakan : “sungguh beruntung putramu tidak direkrut”, dan sang petani mengatakan siapa yang tahu?..

Kisah diatas menarik untuk kita simak, betapa banyak kita merasa diri paling sial ketika kita berhadapan dengan sebuah kemalangan, apakah lamaran kita ditolak, menikah tapi gagal, atau lainnya. Padahal takdir Allah justru berkehendak lain, yaitu justru menjadi kebaikan bagi diri kita.
Kita terkadang sering terpengaruh dengan pendapat orang lain, seperti kalimat “sungguh malang nasibmu, kamu selalu saja gagal”. Dan seketika kita merasa dunia menjadi berantakan dan akhirnya kita jatuh ke dalam jurang kesedihan yang berkepanjangan. Padahal siapa yang tahu apakah itu kemalangan atau justru keberuntungan?


Jangan memberi label pikiran buruk.


Kalau anda menginginkan lebih banyak kedamaian pikiran, jangan lagi memberi label segala yang terjadi sebagai “baik” atau “buruk”. (Andrew Matthews)

Apapun yang kita alami setelah kita berusaha maksimal maka terimalah sebagai bagian dari qadha Allah swt, dan teruslah bangkit, kesedihan yang berkepanjangan hanya akan menambah beban hidup yang berlebihan. Meski ini terasa sulit tapi bukankah Allah swt mengatakan :

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS Alam Nasyrah : 5-6)

Maka jangan memberikan label pikiran kita apa yang kita alami ini baik atau buruk tapi kembalikan semuanya kepada Rabb yang mengatur semuanya. Ini penting agar kita tidak terlalu bergembira jika kita mendapatkan keberuntungan dan tidak terlalu bersedih ketika kita berhadapan dengan kemalangan. Seperti kata Rasulullah saw :

Alangkah indahnya seorang muslim, jika mendapat nikmat dia bersyukur dan jika mendapat ujian/musibah dia bersabar.

Pantang Menyerah

Jika kita membaca kisah orang-orang sukses maka kita akan menemukan satu hal yang sama pada diri mereka yaitu pantang menyerah. Begitupun ketika kita membaca sejarah perjuangan bangsa Indonesia maka kita juga menemukan betapa para pahlawan kita pantang menyerah walaupun mereka memiliki keterbatasan.

Jika kita hari ini baru mengalami kegagalan 1 – 2 kali dan kemudian kita menjadi lemah dan putus asa maka kita patut berkaca kepada para pendahulu kita yang telah berhasil melewati itu semua. Disinilah kita membutuhkan motivasi dari dalam diri kita dan yang lebih penting lagi adalah hindari mencari-cari alasan untuk menutupi kemalasan dan kegagalan kita. Sekali lagi Seni mencari alasan terkait kegagalan dan kesalahan kita perlu kita hindari, karena kita selalu sangat pandai untuk membuat alasan, yang kemudian menjadi pembenaran bagi kegagalan kita.

Selanjutnya tumbuhkan motivasi pantang menyerah. Sesungguhnya sebaik-baiknya sumber motivasi adalah ridha Allah swt. Prestasi tertinggi seseorang dalam hal ini adalah mendapatkan surga. Sebaliknya sumber motivasi terendah adalah dunia. Bila motivasi seseorang hanya tertuju pada dunia, maka yakinlah hanya kekecewaan yang akan ia dapatkan.

Karena siapa yang tahu ini kemalangan atau justru keberuntungan?..

Allahuallam bissawab.

Salam,
Hariadi Hardy

0 komentar:

Posting Komentar