Motivasi

Mereka yang beralasan tidak punya waktu adalah mereka yang membiarkan waktu mengatur hidupnya, bukan malah sebaliknya.

Motivasi

Masalah itu adil, ia datang kepada semua orang, tapi tidak dengan jalan keluar. Jalan Keluar hanya datang kepada mereka yang mencarinya.

Motivasi

Nasib baik tidak pernah salah memilih orang. ia memilih orang yang proaktif menjemputnya.

Motivasi

Hal yang perlu ditakuti saat mengkritik orang lain adalah ketika kita sendiripun tidak lebih baik dari mereka.

Motivasi

Jangan hanya tertarik dengan apa yang dicapai orang sukses, tertariklah dengan airmata yang mereka keluarkan untuk mencapainya.

Senin, 31 Desember 2012

Tips : Mengucapkan Selamat Natal Dalam Islam



Selamat Natal Menurut Al-Qur’an
Oleh: Dr. M. Quraish Shihab



Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma.
Ingin rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi
Malaikat Jibril datang menghibur: “Ada anak sungai di bawahmu, goyanghan
pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu. Kalau ada
yang datang katakan: “Aku bernazar tidak bicara.”�


“Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu
pun bukan pezina”,� demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi di
gendongannya.


Tetapi Maryam terdiam. Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu
bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang
diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta mengabdi kepada ibunya. Kemudian
sang bayi berdoa: “Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari
kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup
kembali.”



Itu cuplikan kisah Natal dari Al-Quran Surah Maryam ayat 34. Dengan
demikian, Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal pertama
dari dan untuk Nabi mulia itu, Isa a.s.


Terlarangkah mengucapkan salam semacam itu? Bukankah Al-Quran telah
memberikan contoh? Bukankah ada juga salam yang tertuju kepada Nuh,
Ibrahim, Musa, Harun, keluarga Ilyas, serta para nabi lainnya? Setiap
Muslim harus percaya kepada Isa a.s. seperti penjelasan ayat di atas, juga
harus percaya kepada Muhammad saw., karena keduanya adalah hamba dan utusan
Allah. Kita mohonkan curahan shalawat dan salam untuk mereka berdua
sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh nabi dan rasul. Tidak bolehkah kita
merayakan hari lahir (natal) Isa a.s.? Bukankah Nabi saw. juga merayakan
hari keselamatan Musa a.s. dari gangguan Fir’aun dengan berpuasa ‘Asyura,
seraya bersabda, “Kita lebih wajar merayakannya daripada orang Yahudi
pengikut Musa a.s.”


Bukankah, Para Nabi bersaudara hanya ibunya yang berbeda? Seperti
disabdakan Nabi Muhammad saw.? Bukankah seluruh umat bersaudara? Apa
salahnya kita bergembira dan menyambut kegembiraan saudara kita dalam batas
kemampuan kita, atau batas yang digariskan oleh anutan kita? Demikian lebih
kurang pandangan satu pendapat.


Banyak persoalan yang berkaitan dengan kehidupan Al-Masih yang dijelaskan
oleh sejarah atau agama dan telah disepakati, sehingga harus diterima.
Tetapi, ada juga yang tidak dibenarkan atau diperselisihkan. Disini, kita
berhenti untuk merujuk kepercayaan kita.


Isa a.s. datang mermbawa kasih, “Kasihilah seterumu dan doakan yang
menganiayamu.”� Muhammad saw. datang membawa rahmat, “Rahmatilah yang di
dunia, niscaya yang di langit merahmatimu.” Manusia adalah fokus ajaran
keduanya; karena itu, keduanya bangga dengan kemanusiaan.


Isa menunjuk dirinya sebagai “anak manusia, sedangkan Muhammad saw.
diperintahkan oleh Allah untuk berkata: “Aku manusia seperti kamu. Keduanya
datang membebaskan manusia dari kemiskinan ruhani, kebodohan, dan belenggu
penindasan. Ketika orang-orang mengira bahwa anak Jailrus yang sakit telah
mati, Al-Masih yang menyembuhkannya meluruskan kekeliruan mereka dengan
berkata, “Dia tidak mati, tetapi tidur.”� Dan ketika terjadi gerhana pada
hari wafatnya putra Muhammad, orang berkata: Matahari mengalami gerhana
karena kematiannya.� Muhammad saw. lalu menegur, “Matahari tidak mengalami
gerhana karena kematian atau kehahiran seorang.”�Keduanya datang
membebaskan maanusia baik yang kecil, lemah dan tertindas dhuâfaâ dan
al-mustadhâ’affin dalam istilah Al-Quran.


Bukankah ini satu dari sekian titik temu antara Muhammad dan Al-Masih?
Bukankah ini sebagian dari kandungan Kalimat Sawaâ (Kata Sepakat) yang
ditawarkan Al-Quran kepada penganut Kristen (dan Yahudi (QS 3:64)? Kalau
demikian, apa salahnya mengucapkan selamat natal, selama akidah masih dapat
dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dimaksud oleh
Al-Quran sendiri yang telah mengabadikan selamat natal itu?


Itulah antara lain alasan yang membenarkan seorang Muslim mengucapkan
selamat atau menghadiri upacara Natal yang bukan ritual. Di sisi lain,
marilah kita menggunakan kacamata yang melarangnya.


Agama, sebelum negara, menuntut agar kerukunan umat dipelihara. Karenanya
salah, bahkan dosa, bila kerukunan dikorbankan atas nama agama. Tetapi,
juga salah serta dosa pula, bila kesucian akidah ternodai oleh atau atas
nama kerukunan.


Teks keagamaan yang berkaitan dengan akidah sangat jelas, dan tidak juga
rinci. Itu semula untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman. Bahkan
Al-Q!uran tidak menggunakan satu kata yang mungkin dapat menimbulkan
kesalah-pahaman, sampai dapat terjamin bahwa kata atau kalimat itu, tidak
disalahpahami. Kata “Allah”,� misalnya, tidak digunakan oleh Al-Quran,
ketika pengertian semantiknya yang dipahami masyarakat jahiliah belum
sesuai dengan yang dikehendaki Islam.


Kata yang digunakan sebagai ganti ketika itu adalah Rabbuka (Tuhanmu, hai
Muhammad) Demikian terlihat pada wahyu pertama hingga surah Al-Ikhlas. Nabi
saw. Sering menguji pemahaman umat tentang Tuhan. Beliau tidak sekalipun
bertanya, “Di mana Tuhan?”� Tertolak riwayat sang menggunakan redaksi itu
karena ia menimbulkan kesan keberadaan Tuhan pada satu tempat, hal yang
mustahil bagi-Nya dan mustahil pula diucapkan oleh Nabi. Dengan alasan
serupa, para ulama bangsa kita enggan menggunakan kata “adaâ” bagi Tuhan,
tetapi “wujud” Tuhan.


Natalan, walaupun berkaitan dengan Isa Al-Masih, manusia agung lagi suci
itu, namun ia dirayakan oleh umat Kristen yang pandangannya terhadap
Al-Masih berbeda dengan pandangan Islam. Nah, mengucapkan “Selamat
Natal”�atau menghadiri perayaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman
dan dapat
mengantar kepada pengaburan akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan
akan ketuhanan Al-Masih, satu keyakinan yang secara mutlak bertentangan
dengan akidah Islam. Dengan kacamata itu, lahir larangan dan fatwa haram
itu, sampai-sampai ada yang beranggapan jangankan ucapan selamat, aktivitas
apa pun yang berkaitan dengan Natal tidak dibenarkan, sampai pada jual beli
untuk keperluan Natal.


Adakah kacamata lain? Mungkin!


Seperti terlihat, larangan ini muncul dalam rangka upaya memelihara akidah.
Karena, kekhawatiran kerancuan pemahaman, agaknya lebih banyak ditujukan
kepada mereka yang dikhawatirkan kabur akidahnya. Nah, kalau demikian, jika
ada seseorang yang ketika mengucapkannya tetap murni akidahnya atau
mengucapkannya sesuai dengan kandungan “Selamat Natal”� Qurani, kemudian
mempertimbangkan kondisi dan situasi dimana hal itu diucapkan, sehingga
tidak menimbulkan kerancuan akidah baik bagi dirinya ataupun Muslim yang
lain, maka agaknya tidak beralasan adanya larangan itu. Adakah yang
berwewenang melarang seorang membaca atau mengucapkan dan menghayati satu
ayat Al-Quran?


Dalam rangka interaksi sosial dan keharmonisan hubungan, Al-Quran
memperkenalkan satu bentuk redaksi, dimana lawan bicara memahaminya sesuai
dengan pandangan atau keyakinannya, tetapi bukan seperti yang dimaksud oleh
pengucapnya. Karena, si pengucap sendiri mengucapkan dan memahami redaksi
itu sesuai dengan pandangan dan keyakinannya. Salah satu contoh yang
dikemukakan adalah ayat-ayat yang tercantum dalam QS 34:24-25. Kalaupun non
Muslim memahami ucapan “Selamat Natal”� sesuai dengan keyakinannya, maka
biarlah demikian, karena Muslim yang memahami akidahnya akan mengucapkannya
sesuai dengan garis keyakinannya. Memang, kearifan dibutuhkan dalam rangka
interaksi sosial.


Tidak kelirulah, dalam kacamata ini, fatwa dan larangan itu, bila ia
ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan ternodai akidahnya. Tetapi,
tidak juga salah mereka yang membolehkannya, selama pengucapnya bersikap
arif bijaksana dan tetap terpelihara akidahnya, lebih-lebih jika hal
tersebut merupakan tuntunan keharmonisan hubungan.



Dostojeivsky (1821-1881), pengarang Rusia kenamaan, pernah berimajinasi
tentang kedatangan kembali Al-Masih. Sebagian umat Islam pun percaya akan
kedatangannya kembali. Terlepas dari penilaian terhadap imajinasi dan
kepercayaan itu, kita dapat memastikan bahwa jika benar beliau datang,
seluruh umat berkewajiban menyambut dan mendukungnya, dan pada saat
kehadirannya itu pasti banyak hal yang akan beliau luruskan. Bukan saja
sikap dan ucapan umatnya, tetapi juga sikap dan ucapan umat Muhammad saw.
Salam sejahtera semoga tercurah kepada beliau, pada hari Natalnya, hari
wafat dan hari kebangkitannya nanti.


MEMBUMIKAN AL-QURAN

Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat

Dr. M. Quraish Shihab

Penerbit Mizan, Cetakan 13, Rajab 1417/November 1996

Jln. Yodkali 16, Bandung 40124

Telp. (022) 700931 - Fax. (022) 707038

Senin, 17 Desember 2012

RIDHO SUAMI adalah SURGA bagimu wahai PARA ISTRI


Mengapa RIDHO SUAMI itu adalah SURGA bagimu wahai PARA ISTRI .


|☆. Suamimu dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidupmu, bahkan sering kala rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.

 |☆. Suamimu dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah dan ibunya hingga dia beranjak dewasa. Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu, perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.

 |☆. Suamimu ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu. Padahal dia tahu, di sisi Allah, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya. Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi Allah.

 |☆. Suamimu berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia mampu memberi solusi. padahal bisa saja disaat engkau mengadu itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar. namun tetap saja masalahmu di utamakan dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.

 |☆. Suamimu berusaha memahami bahasa diammu, bahasa tangisanmu. sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja. Itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.

 |☆. Bila engkau melakukan maksiat, maka dia akan ikut terseret ke neraka, karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan pernah di tuntut ke neraka. karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri...


Dikutip dari Status FB : Aidil Heryana 

Kamis, 06 Desember 2012

Ikhwan itu...

Hari itu dua orang aktivis saling debat terkait problem organisasi.. "ana ikhwan akhi, antum ini selalu suka main vonis saja"... bla bla bla..

Teman dari pada "saling nyerang" mendingan kita resapi lagi nih.... :

Ikhwan itu... tongkrongannya masjid atau mushala bukannya mall atau party-party

Ikhwan itu.. duduk dari pengajian satu ke pengajian lainnya bukannya pacaran di cafe remang-remang

Ikhwan itu.. hobinya baca Qur’an bukannya baca ramalan bintang

Ikhwan itu... doyannya ngapalin Qur’an bukannya lirik lagu mellow yang isinya ratapan dan tangisan

Ikhwan itu.. di playlistnya penuh sama muratal Qur’an atau rekaman kajian bukannya lagu-lagu yang bikin kepala manggut-manggut plus bejogetan

Ikhwan itu.. berilmu dulu baru beramal bukan yang gayanya selangit dengan ilmu pas-pasan

Ikhwan itu.. ilmunya gak dipendem sendiri di buku catatan tapi disebarkan biar ummat bisa tau kebenaran

Ikhwan itu.. gak ragu amar ma’ruf nahi munkar bukannya nunggu lancar plus khatam bahasa Arab dan kitab2 dulu baru didakwahkan

Ikhwan itu.. berani menerima kebenaran bukan sibuk mencari pembenaran

Ikhwan itu.. sigap dan tanggap saat dibutuhkan bukan diem aja banyak alasan ato cari aman

Ikhwan itu.. anti update status galau bukannya tiap hari menebar nestapa duka lara minta dikasihani

Ikhwan itu.. isi status atau tweetnya menebar hikmah dan semangat bukannya mencaci, memaki ngajakin ribut

Ikhwan itu.. mengadukan masalahnya pada Alloh Sang Pemilik kehidupan bukan mengadu di fesbuk, twitter atau BBM gan

Ikhwan itu.. gak malu nangis akan dosa-dosanya di hadapan Alloh bukannya malu-maluin nangis gara-gara ditolak cewek gebetannya

Ikhwan itu.. gak bangga dengan banyaknya pujian bukannya malah emosi cuman gara-gara satu celaan

Ikhwan itu.. punya prinsip gan bukannya jadi follower pemikiran dan gaya hidup kebarat-baratan tanpa pegangan

Ikhwan itu.. kalo liat cewek cantik langsung nunduk/ mlengos buat jaga pandangan bukannya dipelototin gak karuan

Ikhwan itu.. gak demen obral janji dan sumpah serapah sama pasangan bukan yang enteng bilang “Aku gak bisa hidup tanpa kamu, sayang”

Ikhwan itu.. gak berani ngajak jalan sebelum ijab qabul terikrarkan bukannya malah berduaaan pegang-pegangan sebelum halalan thayyiban

Ikhwan itu.. berani dateng ke rumah buat ngelamar bukannya malem mingguan bawa lari anak orang padahal belum ada ikatan pernikahan

Ikhwan itu.. dandannya kalo ke masjid mau menghadap Tuhan bukan buat tebar pesona cari mangsa buat hang out-an

Ikhwan itu.. bangun malem buat tahajjudan bukan yang bangun kesiangan plus telat subuhan

Ikhwan itu.. sibuk dengan aib dan dosanya bukan cari-cari kejelekan orang (eh, ada ya? kirain akhwat doang..oh no)

Ikhwan itu.. berani keluar dari zona nyaman, berani gaul sama orang awam, gak cuma “jago kandang”

Ikhwan itu.. nasihatin orang dengan hikmah, kesantunan dan kelembutan akhlak bukan emosi dan ngrasa paling bener sendiri

Ikhwan itu.. gak takut dibilang kampungan gara-gara celana cingkrang

Ikhwan itu.. gak takut dibilang berantakan gara-gara jenggotan Ikhwan itu.. gak takut dibilang kelainan gara-gara menundukkan pandangan sama perempuan

Ikhwan itu.. gak takut dibilang banci gara-gara nolak rokok gratisan

Ikhwan itu.. gak takut dibilang ekstrim gara-gara gak salaman sama cewek bukan mahram

Ikhwan itu.. gak nunggu hidup mapan buat ngelamar wanita pilihan...yang penting mau usaha wan

Kamis, 18 Oktober 2012

Tips : Amalan & Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Alhamdulillah kita kembali dipertemukan dengan   bulan Dzulhijjah 1433, berikut keutamaan 10 Hari Pertama  bulan Dzulhijjah  :

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ : وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

 “Tidak ada hari-hari yang pada waktu itu amal shaleh lebih dicintai oleh Allah melebihi sepuluh hari pertama (di bulan Dzulhijjah).” Para sahabat radhiyallahu ‘anhum bertanya, “Wahai Rasulullah, juga (melebihi keutamaan) jihad di jalan Allah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Ya, melebihi) jihad di jalan Allah, kecuali seorang yang keluar (berjihad di jalan Allah) dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikitpun.” (HR al-Bukhari)

 Dari Jabir bin Abdullah Rosulullah bersabda: “Hari yang paling utama di dunia adalah hari sepuluh Dzulhijjah”. (Shohihul Jami’)

 Karena besarnya keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini, Allah Ta’ala sampai bersumpah dengannya dalam firman-Nya: وَلَيَالٍ عَشْرٍ “Dan demi malam yang sepuluh.” (Qs. al-Fajr: 2). Yaitu: sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah, menurut pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir dan Ibnu Rajab, [serta menjadi pendapat mayoritas ulama].

 Imam Ibnu Hajar al-’Asqalani berkata, “Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain.”

 Amal shaleh dalam hadits ini bersifat umum, termasuk shalat, sedekah, puasa, berzikir, membaca al-Qur’an, berbuat baik kepada orang tua dan sebagainya.


Amal sholih yang dianjurkan:


1. Berpuasa selama hari-hari tersebut, atau pada sebagiannya terutama pada hari Arafah. Kecuali Hari ke-10 (Idul Adha).

 Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun." [Hadits Muttafaq 'Alaih].

 Puasa Arafah, adalah puasa pada tanggal sembilan Dzulhijjah. Hukumnya sunnah mu'akkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi mereka yang tidak menunaikan ibadah haji.


عَنْ أَبِي قَتَادَةَ اْلأنْصَارِيِّ رضي الله عنه، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

 Dari Abi Qotadah ra, Rosulullah saw bersabda: "Saya mengharap kepada Allah agar puasa pada hari Arafah menghapuskan dosa tahun sebelumnya dan tahun yang sesudahnya". (HR. Muslim no. 196, Tirmizdi no.749 dan Ibnu Majah no 1756)


2. Memperbanyak membaca Tahlil, Takbir dan Tahmid


مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ وَلاَ أَحَبُّ إِلىَ اللهِ الْعَمَلَ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْد

 "Tiada hari yang lebih baik dan lebih di cintai Allah ta'ala untuk beramal baik padanya dari sepuluh hari Dzul Hijjah, maka perbanyaklah membaca tahlil (Laa ilaaha illallah), takbir (Allahu Akbar) dan tahmid (Alhamdu lillah)".(HR. Ahmad)

 Imam Bukhari menjelaskan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah, mereka berdua pergi ke pasar pada sepuluh hari Dzulhijjah untuk menggemakan takbir pada khalayak ramai, lalu orang-orang mengikuti takbir mereka.

 Ishaq meriwayatkan dari para ahli fiqih pada masa tabi'in, bahwa mereka mengucapkan pada sepuluh hari Dzulhijjah


اَللَّهُ أَكْبَرُ الَّلهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَالَّلهُ أَكْبَرُ اَلَّلهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

 "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada ilah yang berhak untuk di sembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar, AllAh Maha besar dan bagi Allah segala pujian"

 Dan disunnahkan pula mengeraskan suara ketika melantunkan takbir di tempat-tempat umum, seperti: di pasar, di rumah, di jalan umum atupun di masjid dan di tempat-tempat yang lain.

 Allah berfirman:


وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

 "Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu". (QS. Al-Baqarah: 185).


3. Berkurban

 Berkurban adalah ibadah kepada Allah dengan menyembelih seekor kambing atau sepertujuh onta atau sapi pada hari Idul Adha dan tiga hari tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Hukumnya sunnah mu'akkadah menurut jumhur ulama. Ibadah kurban bukan kewajiban sekali seumur hidup, tetapi sunnah yang dianjurkan setiap tahun jika dirinya mampu, bahkan Rasulullah saw ketika di Madinah beliau selalu berkurban setiap tahunnya. Dalam sebuah hadits disebutkan:


عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَال : ضحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا - متفق عليه

 Dari Anas ra berkata: “Nabi saw berkurban dengan dua kambing yang mulus dan bertanduk yang disembelihnya dengan tangannya sendiri ambil mengucapkan takbir, beliau meletakkan kakinya di leher kambingnya. (Muttafaq Alaihi)


4. Sholat Idul Adha

 Dianjurkan untuk menghadiri sholat Idul Adha dan mendengarkan khutbah bagi kaum muslimin yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Di antara para ulama yang membenarkan pendapat bahwa sholat Ied adalah wajib kecuali adanya uzur yang menyebabkan tidak bisa menghadiri sholat ied seperti hujan adalah Imam Ibnu Taimiyah berdasarkan firman Allah: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah” (QS. Al-Kautsar: 2)

 Kaum wanita yang sedang mendapatkan haidh dan berhalangan dianjurkan juga untuk menghadiri sholat ied untuk mendengarkan khutbah. Di anatara hikmah disyariatkannya hari ied karean hari itu adalah hari kebaikan dan kesyukuran. Wallahu a’alam bisshowab.



5. Banyak beramal shalih, berupa ibadah sunnah seperti: shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma’ruf-nahi munkar dan lain sebagainya.

Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, bahkan sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihadnya orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

Jumat, 05 Oktober 2012

TANDA-TANDA KEMATIAN

Allah telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40 hari, 7 hari, 3 hari dan 1 hari menjelang kematian.

Tanda 100 hari menjelang ajal :
Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat kuat, lain dari biasanya, Bagi yang menyadarinya akan terasa indah di h
ati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa.

Tanda 40 hari menjelang ajal :
Selepas Ashar, jantung berdenyut-denyut. Daun yang bertuliskan nama kita di lauh mahfudz akan gugur. Malaikat maut akan mengambil daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.

Tanda 7 hari menjelang ajal :
Akan diuji dengan sakit, Orang sakit biasanya tidak selera makan. Tapi dengan sakit ini tiba-tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu.

Tanda 3 hari menjelang ajal :
Terasa denyutan di tengah dahi. Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita, agar perut kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang memandikan kita nanti.

Tanda 1 hari sebelum kematian :
Di waktu Ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun-ubun, menandakan kita tidak sempet menemui Ashar besok harinya.
Bagi yang khusnul khotimah akan merasa sejuk di bagian pusar, kemudian ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah kita mengucapkan 2 kalimat syahadat.

Sahabatku yang budiman, subhanAllah, Imam Al-Ghazali, mengetahui kematiannya. Beliau menyiapkan sendiri keperluannya, beliau sudah mandi dan wudhu, meng-kafani dirinya, kecuali bagian wajah yang belum ditutup. Beliau memanggil saudaranya Imam Ahmad untuk menutup wajahnya. SubhanAllah. Malaikat maut akan menampakkan diri pada orang-orang yang terpilih. Dan semoga kita menjadi hamba yang terpilih dan siap menerima kematian kapanpun dan di manapun kita berada.

Allahummarzuqna Khusnal Khotimah...
Wa na'udzubika mis suu'il khotimah...
​آمين يآربّ العالمين
‎​
Salam Hangat,

Dikutip dari Milis Pengusaha PKS postingan by ibu Eliyati Bahri

Minggu, 23 September 2012

Tips : Cara Nabi Mengatasi Kemandulan

Memang sedih rasanya bagi pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Bagaimanapun Islam juga memberikan cara berikhtiar agar mendapatkan anak. ada beberapa Tips yang dianjurkan dalam Islam diantaranya dengan Memperbanyak istighfar dan Bershadaqah.


Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi dan berkata "Ya Rasulullah saya belum punya anak sama sekali." 
"Kenapa kamu tidak memperbanyak saja istighfar dan bershadaqah?" Sabda Nabi. Orang itu kemudian melakukannya. Akhirnya dia mendapat enam orang anak.

Menurut Allamah Mala Ali, hadits tersebut berdasarkan firman Allah dalam kisah Nabi Nuh as,
"Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (QS Nuh :10-12)

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan menguraikan segala kekusutan hati dan melapangkan segala kesempitan dada serta memberikan rizki tanpa diduga-duga. (HR. Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas).

(Dikutip dari buku Cara Nabi Mendidik Anak, Karya Ir Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid)

Salam Hangat...


Sabtu, 22 September 2012

Menyelami Kehidupan Rasulullah SAW


Muhammad SAW adalah sosok yang sangat luar biasa, Hingga hari ini ketika dunia di hebohkan dengan Film 786 yang menghina Nabi Muhammad SAW tak akan mampu mengurangi rasa sosok yang penuh dengan akhlak istimewa.

hari ini saya kembali membaca sebuah tulisan yang sangat bagus dari Ust. KH. Rahmat Abdullah rahimahullah, yang kemudian saya posting kembali di blog saya, semoga ini menjadi Inspirasi bagi kita semua untuk mencotohi Rasulullah SAW..

Shalawat Atas Nabi SAW
Oleh : Ust. KH. Rahmat Abdullah rahimahullah

 Apa yang Tuan pikirkan tentang seorang laki-laki berperangai amat mulia, yang lahir dan dibesarkan di celah-celah kematian demi kematian orang-orang yang amat mengasihinya? Lahir dari rahim sejarah, ketika tak ada seorangpun mampu mengguratkan kepribadian selain kepribadiannya sendiri. Ia produk ta'dib Rabbani (didikan Tuhan) yang menantang mentari dalam panasnya dan menggetarkan jutaan bibir dengan sebutan namanya, saat muaddzin mengumandangkan adzan.

 Di rumahnya tak dijumpai perabot mahal. Ia makan di lantai seperti budak, padahal raja-raja dunia iri terhadap kekokohan struktrur masyarakat dan kesetiaan pengikutnya. Tak seorang pembantunya pun mengeluh pernah dipukul atau dikejutkan oleh pukulannya terhadap benda-benda di rumah. Dalam kesibukannya ia masih bertandang ke rumah puteri dan menantu tercintanya, Fathimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib.

 Fathimah merasakan kasih sayangnya tanpa membuatnya menjadi manja dan hilang kemandirian. Saat bani Makhzum memintanya membatalkan eksekusi atas jinayah seorang perempuan bangsawan, ia menegaskan: "Sesungguhnya yang membuat binasa orang-orang sebelum kamu ialah, apabila seorang bangsawan mencuri kamu biarkan dia dan apabila yang mencuri itu rakyat jelata mereka tegakkan hukum atas-nya. Demi Allah, seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, maka Muhammad tetap akan memotong tangannya."

 Hari-harinya penuh kerja dan intaian bahaya. Tapi tak menghalanginya untuk (lebih dari satu dua kali) berlomba jalan dengan Humaira, sebutan kesayangan yang ia berikan untuk Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Lambang kecintaan, paduan kecerdasan dan pesona diri dijalin dengan hormat dan kasih kepada Ash-Shiddiq, sesuai dengan namanya "si Benar". Suatu kewajaran yang menakjubkan ketika dalam sibuknya ia masih menyempatkan memerah susu domba atau menambal pakaian yang koyak. Setiap kali para shahabat atau keluarganya memanggil ia menjawab: "Labbaik". Dialah yang terbaik dengan prestasi besar di luar rumah, namun tetap prima dalam status dan kualitasnya sebagai "orang rumah".

 Di bawah pimpinannya, laki-laki menemukan jati dirinya sebagai laki-laki dan pada saat yang sama perempuan mendapatkan kedudukan amat mulia."Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah orang yang terbaik diantara kamu terhadap keluargaku." "Tak akan memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan tak akan menghina perempuan kecuali seorang hina," demikian pesannya.

 Di sela 27 kali pertempuran yang digelutinya langsung (ghazwah) atau di panglimai shahabatnya (sariyah) sebanyak 35 kali, ia masih sempat mengajar Al-Qur'an, sunnah, hukum, peradilan, kepemimpinan, menerima delegasi asing, mendidik kerumahtanggaan bahkan hubungan yang paling khusus dalam keluarga tanpa kehilangan adab dan wibawa. Padahal, masa antara dua pertempuran itu tak lebih dari 1,7 bulan.

 Setiap kisah yang dicatat dalam hari-harinya selalu bernilai sejarah. Suatu hari datanglah ke masjid seorang Arab gunung yang belum mengerti adab di masjid. Tiba-tiba ia kencing di lantai masjid yang berbahan pasir. Para shahabat sangat murka dan hampir saja memukulnya. Sabdanya kepada mereka: "Jangan. Biarkan ia menyelesaikan hajatnya." Sang Badui terkagum. Ia mengangkat tangannya, "Ya Allah, kasihilah aku dan Muhammad. Jangan kasihi seorangpun bersama kami." Dengan senyum ditegurnya Badui tadi agar jangan mempersempit rahmat Allah.

 Ia kerap bercengkerama dengan para shahabatnya, bergaul dekat, bermain dengan anak-anak, bahkan memangku balita mereka di pangkuannya. Ia terima undangan mereka; yang merdeka, budak laki-laki atau budak perempuan, serta kamu miskin. Ia jenguk rakyat yang sakit di ujung Madinah. Ia terima permohonan ma'af orang.

 Ia selalu lebih dulu memulai salam dan menjabat tangan siapa yang menjumpainya dan tak pernah menarik tangan itu sebelum shahabat tersebut yang menariknya. Tak pernah menjulurkan kaki di tengah shahabatnya hingga menyempitkan ruang bagi mereka. Ia muliakan siapa yang datang, kadang dengan membentangkan bajunya. Bahkan ia berikan alas duduknya dan dengan sungguh-sungguh. Ia panggil mereka dengan nama yang paling mereka sukai. Ia beri mereka kuniyah (sebutan bapak atau ibu si Fulan). Tak pernah ia memotong pembicaraan orang, kecuali sudah berlebihan. Apabila seseorang mendekatinya saat ia sholat, ia cepat selesaikan sholatnya dan segera bertanya apa yang diinginkan orang itu.

 Pada suatu hari dalam perkemahan tempur ia berkata: "Seandainya ada seorang shalih mau mengawalku malam ini." Dengan kesadaran dan cinta, beberapa shahabat mengawal kemahnya. Di tengah malam terdengar suara gaduh yang mencurigakan. Para shahabat bergegas ke arah sumber suara. Ternyata Ia telah ada di sana mendahului mereka, tegak di atas kuda tanpa pelana. "Tenang, hanya angin gurun," hiburnya. Nyatalah bahwa keinginan ada pengawal itu bukan karena ketakutan atau pemanjaan diri, tetapi pendidikan disiplin dan loyalitas.

 Ummul Mukminin Aisyah Ra. Berkata : "Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan makanan apapun yang dimakan makhluk hidup, selain setengah ikat gandum di penyimpananku. Saat ruhnya dijemput, baju besinya masih digadaikan kepada seorang Yahudi untuk harga 30 gantang gandum."

 Sungguh ia berangkat haji dengan kendaraan yang sangat sederhana dan pakaian tak lebih dari 4 dirham, seraya berkata,"Ya Allah, jadikanlah ini haji yang tak mengandung riya dan sum'ah." Pada kemenangan besar saat Makkah ditaklukkan, dengan sejumlah besar pasukan muslimin, ia menundukkan kepala, nyaris menyentuh punggung untanya sambil selalu mengulang-ulang tasbih, tahmid dan istighfar. Ia tidak mabuk kemenangan.

 Betapapun sulitnya mencari batas bentangan samudera kemuliaan ini, namun beberapa kalimat ini membuat kita pantas menyesal tidak mencintainya atau tak menggerakkan bibir mengucapkan shalawat atasnya: "Semua nabi mendapatkan hak untuk mengangkat do'a yang takkan ditolak dan aku menyimpannya untuk ummatku kelak di padang Mahsyar nanti."

 Ketika masyarakat Thaif menolak dan menghinakannya, malaikat penjaga bukit menawarkan untuk menghimpit mereka dengan bukit. Ia menolak, "Kalau tidak mereka, aku berharap keturunan dari sulbi mereka kelak akan menerima da'wah ini, mengabdi kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun."

 Mungkin dua kata kunci ini menjadi gambaran kebesaran jiwanya. Pertama, Allah, Sumber kekuatan yang Maha dahsyat, kepada-Nya ia begitu refleks menumpahkan semua keluhannya. Ini membuatnya amat tabah menerima segala resiko perjuangan; kerabat yang menjauh, shahabat yang membenci, dan khalayak yang mengusirnya dari negeri tercinta. Kedua, Ummati, hamparan akal, nafsu dan perilaku yang menantang untuk dibongkar, dipasang, diperbaiki, ditingkatkan dan diukirnya.

 Ya, Ummati, tak cukupkah semua keutamaan ini menggetarkan hatimu dengan cinta, menggerakkan tubuhmu dengan sunnah dan uswah serta mulutmu dengan ucapan shalawat? Allah tidak mencukupkan pernyataan-Nya bahwa Ia dan para malaikat bershalawat atasnya (QS 33:56 ), justru Ia nyatakan dengan begitu "vulgar" perintah tersebut, "Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah atasnya dan bersalamlah dengan sebenar-benar salam."

 Allahumma shalli 'alaihi wa'ala aalih !

Rabu, 30 Mei 2012

Tips Doa di bulan Rajab dan Syaban


Memasuki bulan rajab selalu mengingatkan kita akan persiapan – persiapan yang harus mulai kita lakukan untuk memasuki bulan Ramadhan. Selain melatih diri dengan memperbanyak ibadah di bulan Rajab, baik tilawah Al-Qur’an, puasa, Qiyamulail dan lainnya. Rasulullah juga menganjurkan kepada umat islam agar memperbanyak doa.

Diantara doa yang sangat dianjurkan untuk terus kita panjatkan di bulan rajab dan syaban adalah :

“Allahumma bariklana fii rajab wa sya’ban wa balighna Ramadhan”

Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab, Sya’ban dan sampaikanlah kami ke

bulan Ramadhan (HR. Ahmad dan Thabrani)

Saudaraku.. mari persiapkan diri semenjak hari ini untuk memasuki bulan ramadhan, salah satunya dengan memperbanyak doa diatas.

Salam Hangat.