Motivasi

Mereka yang beralasan tidak punya waktu adalah mereka yang membiarkan waktu mengatur hidupnya, bukan malah sebaliknya.

Motivasi

Masalah itu adil, ia datang kepada semua orang, tapi tidak dengan jalan keluar. Jalan Keluar hanya datang kepada mereka yang mencarinya.

Motivasi

Nasib baik tidak pernah salah memilih orang. ia memilih orang yang proaktif menjemputnya.

Motivasi

Hal yang perlu ditakuti saat mengkritik orang lain adalah ketika kita sendiripun tidak lebih baik dari mereka.

Motivasi

Jangan hanya tertarik dengan apa yang dicapai orang sukses, tertariklah dengan airmata yang mereka keluarkan untuk mencapainya.

Senin, 31 Januari 2011

Munajat Cinta Rabi'ah Al-Adawiyah

Ya Allah, apa pun yang Engkau karuniakan kepadaku di dunia ini, berikanlah kepada musuh-musuh-Mu, dan apa pun yang akan Engkau karuniakan kepadaku di akhirat nanti, berikanlah kepada sahabat-sahabat-Mu, karena Engkau sendiri cukuplah bagiku.

Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut kepada neraka, bakarlah aku di dalam neraka; dan jika aku menyembah-Mu karena mengharapkan surga, campakkanlah aku dari dalam surga; tetapi jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi kepadaku.

Ya Allah, semua jerih payahku dan semua hasratku di antara segala kesenangan-kesenangan dunia ini adalah untuk mengingat Engkau. Dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan akhirat, adalah untuk berjumpa dengan-Mu. Begitulah halnya diriku, seperti yang telah kukatakan. Kini, perbuatlah seperti yang Engkau kehendaki.

Ya Allah, ya Tuhanku. Aku berlindung diri kepada Engkau dari segala yang akan mengalihkan perhatian diriku daripada-Mu, juga daripada segala dinding pemisah yang akan memisahkan antara aku dengan Engkau!

Tuhanku! bintang-bintang telah menjelma indah, mata telah tidur nyenyak, semua pemilik telah menutup pintunya dan inilah dudukku di hadapan-Mu.

Tuhanku! Tiada kudengar suara binatang yang mengaum, tiada desiran pohon yang bergeser, tiada desiran air yang mengalir, tiada siulan burung yang menyanyi, tiada nikmatnya teduhan yang melindungi, tiada tiupan angin yang nyaman, tiada dentuman guruh yang menakutkan melainkan aku dapati semua itu menjadi bukti keEsaan-Mu dan menunjukkan tiada sesuatu yang menyamai-Mu.

Sekalian manusia telah tidur dan semua orang telah lalai dengan asyik maksyuknya. Yang tinggal hanya Rabi’ah yang banyak kesalahan di hadapan-Mu. Maka moga-moga Engkau berikan suatu pandangan kepadanya yang akan menahannya daripada tidur supaya dia dapat berkhidmat kepada-Mu.

Tuhanku! Engkau akan mendekatkan orang yang dekat di dalam kesunyian kepada keagungan-Mu. Semua ikan di laut bertasbih di dalam lautan yang dalam dan karena kebesaran kesucian-Mu ombak di laut bertepukan. Engkaulah Tuhan yang kepada-Mu bersujud malam yang gelap, siang yang terang, falak yang bulat, bulan yang menerangi, bintang yang berkerdipan dan setiap sesuatu di sisi-Mu dengan takdir sebab Engkaulah Tuhan Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa.

Berani Mencintai, Berani Menikahi

oleh Renungan & Kisah Inspiratif pada 20 Januari 2011 jam 7:22

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


Duh... Sore ini entah kenapa ingin sekali membahas judul di atas ^_^
Berani Mencintai, Berani Menikahi. Yo, siapa yang siap????
Sadar gak ya, selama ini mudah kita mencintai.. Namun kita tak berani untuk mengambil langkah pasti?

Berbeda dengan sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan, menikah merupakan persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar.. Lalu apa?

Kalau kita berani mencintai, sejatinya kita sedang belajar untuk bertindak dewasa. Mengapa? Karena MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya.

Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya? Harus ada ‘Komunikasi dua arah’, ‘Ada kerelaan mendengar kritik’, ‘Ada keikhlasan meminta maaf’, ‘Ada ketulusan melupakan kesalahan,dan Keberanian untuk mengemukakan pendapat’.

Sekali lagi, apa sudah selesai sampai disini saja dalam hal cinta-mencintai? Salah.
Ketika memutuskan untuk siap mencintai, selanjutnya kita harus bersiap memasuki pintu gerbang cinta yang sebenarnya. Ya. gerbang itu bernama PERNIKAHAN. MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta, bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuhnya cinta, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil……

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kan diuji sejauh mana pembuktian cinta mereka yang sebenarnya.
Karena MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan kita. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana kita bisa memahami orang lain…?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana kita bisa memperhatikan pasangan hidup…??

Jika berani mencintai,
Harus berani menikahi.
Khususnya bagi para kaum lelaki.
Jangan bisanya cuma obral janji..
Sana-sini banyak yang terlukai.
Akhrnya menumpuk sakit hati.


Karena MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk ‘Menerima’ apa yang ada dan apa adanya.
Siapa yang berani mencintai, maka harus bersiap untuk menikahi...

Bukankah dengan menikah, mereka akan disejajarkan Rasululloh SAW dengan mujahid fii sabilillah yang dijanjikan akan mendapat pertolongannya! Karena kata beliau, tiga golongan yang menjadi keharusan Alloh untuk membantu mereka adalah orang yang menikah untuk memelihara kesucian diri, budak yang hendak membayar kemerdekaan dirinya, dan orang-orang yang berperang di jalan Alloh. [HR Ahmad, Turmudzi, an-Nasa'i dan Ibnu Majah]

Tuh… Subhanalloh khan? Nunggu apa lagi! Kalau udah siap lahir bathin, ikrarkan cinta dengan menikah saat ini! Jangan beraninya cuma bermain cinta sembunyi, diam-diam tapi gak punya nyali...


*Peace ^_^
*SekAr*

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Tips Menyikapi Nikmat Dan Musibah

oleh Midori Hanazaki pada 30 Mei 2009 jam 7:18



Allah SWT Menghendaki agar manusia bersikap pas atau tepat terhadap apa yang ia hadapi dan apa yang ia dapatkan di dunia ini. Allah Menghendaki kita sebagai manusia mensikapi semua itu dengan sikap tenang, stabil, tetap imbang dan tidak kehilangan orientasi hidup yang sesungguhnya yaitu orientasi menuju akhirat.Ini tercermin di ayat 20-23 Surah Al Hadid, yaitu: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu

jangan berduka cita dan jangan terlalu gembira di dunia ini, baik dalam menghadapi susah maupun senang. Bersikaplah tetap stabil dan imbang (balance) karena pada hakekatnya dunia ini hanya fatamorgana. Segala kesulitan dunia hanyalah kesulitan yang menipu, karena jika disikapi dengan sabar maka kesulitan tersebut merupakan karunia Allah yang memberikan kita kesempatan untuk banyak-banyak bersabar dan bertaubat, yang mana itu baik bagi kita, baik bagi akhirat kita.

Sedangkan segala kesenangan dan nikmat dunia juga hanya tipuan belaka, sebab boleh jadi mengandung fitnah atau bahaya besar bagi kita karena boleh jadi kita menjadi sombong atau berlebihan sehingga kita terjatuh ke dalam dosa dan kemurkaan Allah di akhirat kelak. Na’udzubiLlahi min dzalik.

Manusia yang mampu bersikap sebagaimana tuntunan ayat ini hanyalah manusia-manusia yang sudah mampu memahami tiga ayat sebelum ini, yaitu ayat 20, 21 dan 22 dari Surah Al Hadid di atas.

Muslim disebut Muslim karena kelekatannya pada sikap penyerahan diri pada Allah SWT. Islam artinya ”berserah diri”. Islam adalah jalan hidup yang menuntut penganutnya untuk menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk memiliki sikap atau pendapatnya sendiri dalam persoalan-persoalan penting dalam hidupnya. Jika non-Muslim (orang kafir) menganggap dirinya berhak memiliki sikap dan pendapatnya sendiri tentang hidup, musibah senang dan bahagia, Muslim harus bertanya kepada agamanya apakah arti itu semua. Oleh karena itulah ia dapat disebut ”Muslim” yang artinya berserah diri.

Seorang Musim harus memahami apakah hakekat dunia, maupun bagaimana mensikapinya menurut apa kata Allah, bukan apa kata nafsu dan keinginan manusia belaka. Berikut adalah sebagian dari poin-poin penting untuk difahami:

1.Allah SWT pasti akan menurunkan ujian kepada setiap orang, oleh karena itu selama ia hidup di dunia hendaknya ia selalu bersiap menghadapi ujian-ujian Allah baik atau buruk.

2.Allah Mengatakan dalam surat Al Fajr di atas dan banyak ayat-ayat lain baik dalam Al Qur’an maupun bimbingan Hadits Nabi SAW bahwa keadaan ”baik” maupun ”buruk” yang diberikan kepada manusia adalah sama-sama ujian. Nikmat maupun musibah adalah sama-sama alat uji keimanan bagi manusia yang mengaku beriman.

3.Dalam mensikapi kedua jenis ujian tersebut manusia hendaknya selalu memasang sikap imbang, yang pada dasarnya kembali kepada acuan sikap untuk bersyukur dan bersabar. Bersyukur ketika merasakan nikmat dan bersabar ketika merasa sempit atau susah.

4.Diantara mutiara kehidupan yang sangat berharga yang sepatutnya kita ambil sebagai sikap dalam menghadapi ujian hidup ada di ayat-ayat yang ditulis di awal tulisan ini, yang intinya adalah sikap netral terhadap dunia: supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Hendaknya perasaan kita tidak berlebihan, baik ketika mendapatkan musibah maupun ketika mendapatkan nikmat.

5.Sikap imbang atau netral di atas dapat terbentuk ketika kita sudah terlebih dahulu memahami bahwa kehidupan dunia hanyalah tipuan-tipuan fatamorgana belaka, dan bahwa akhiratlah kehidupan yang sesungguhnya.

MINTALAH PERTOLONGAN DENGAN SABAR & SHOLAT
dalam hal ini Allah swt berfirman :

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'(QS : Al Baqarah : 45)

Mudah-mudahan uraian singkat ini dpt memberi gambaran bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi dunia fana.

Wallahu'alam

Sabtu, 29 Januari 2011

Kesibukan yang Sia-Sia


oleh Midori Hanazaki pada 29 Agustus 2009 jam 20:27

“Jika kesibukan dapat menimbulkan kelelahan, maka waktu luang akan dapat menimbulkan kerusakan”
Apa kesibukan yang sering menghabiskan waktumu wahai saudaraku? Berapa menit kita shalat? Berapa jam kita bekerja? Berapa jam kita menonton televisi? Berapa majelis kita bikin gosip setiap hari? Berapa orang yang kita kunyah daging mentahnya dengan ghibah setiap harinya? Astaghfirullah…begitu banyak waktu habis tanpa amal. Padahal, seorang ulama sekadar membatin hal negative saja segera menghukum dirinya.

Hasan bin Hannan melewati sebuah rumah yang selesai dibangun. Beliau berkata, “Kapan rumah ini dibangun?” kemudian beliau menegur dirinya sendiri, “Mengapa engkau tanyakan sesuatu yang tak berguna untuk dirimu? Akan kujatuhkan sanksi dengan puasa setahun”(diluar waktu yang diharamkan puasa)…Subhanallah

SPORTIF. Itulah cara benar menjadi besar. Berani menghukum kelalaian diri agar tak mengulangi kesalahan yang serupa. Efektif, tepat sasaran. Mengapa harus berkomentar pada hal-hal yang tidak relevan? Sia-sia. “Barang siapa tidak menyibukkan diri dalam kebaikan, niscaya akan disibukkan dalam keburukan” ITULAH JEBAKAN KEKOSONGAN. “Tidak adanya kesibukan bagi kaum pria membawa kepada kelalaian, sedang kaum wanita akan membawa kepada hal-hal yang memuaskan syahwatnya”, kata Umar bin Khatab.

Bagaimana dengan kita? Berapa banyak sampah kita masukkan dalam hati dan otak kita setiap hari? Berapa banyak dosa kecil yang dibiasakan sehingga menjadi habbit, karakter, dan kultur. Kalau sahabat dan para salafus shalih bertemu saling muraja’ah hafalan Qur’an. Kini beda, saat bertemu kita mewiridkan jumlah kekayaan, jenis hiburan, dan aneka tontonan. Na’udzubillah…

INTROPEKSI. Belajar pada Umar atau melatih rasa bersama Hasan bin Hannan agar tak terjerumus pada perkara melenakan, membuat keras hati, mengeruhkan pikiran, mengotori jiwa serta menjauhkan dari kebaikan.

Sebaik-baik kesibukan adalah membaca Qur’an. Sebaik-baik teman duduk adalah buku. Sebaik-baik tempat hiburan adalah perpustakaan. Sebaik-baik majelis adalah halaqah zikir dan ilmu. Sebaik-baik pengawal adalah amal. Sebaik-baik sahabat adalah yang mengingatkanmu untuk taat kepada Allah, bahkan dengan melihatnya akan ingat kepada Allah. Subhanallah wal Hamdulillah wa laa ilaaha illallaahu Allahu akbar.

Begitulah sedikit bacaan dalam sebuah buku yang begitu menggugah saya. Mengapa? Karena hal tersebut sangat dekat dengan kita dan sering tidak kita sadari. Dan saya melihat fenomena ini banyak terjadi (pengalaman pribadi dan lingkungan sekitar), ironinya bahkan semakin meningkat. Mungkin kita tak sehebat para tokoh di atas (Umar dan Hasan bin Hannan). Namun dengan melihat semangat dan militasi mereka yang subhanallah, minimal kita bisa termotivasi untuk lebih baik dan meningkatkan penjagaan diri ini. Melihat seuatu sesuai proporsinya, jgn berlebihan (bhs gaulnya plizz dech jgn lebay:) tp sesekali gpp sih, tp jgn jd kebiasaan lho ^_*

Apalagi saat ini kita berada dalam bulan penuh berkah, dimana pahala dilipatgandakan (bukan berarti setelah Ramadhan selesai, selesai juga semangat kita). Apa mau kita menyia-nyiakannya berlalu begitu saja, bahkan tak ada jaminan kita kan bertemu Ramadhan berikutnya. Mau dapet yang minimal or maksimal?(kalo duit aja mau yang banyak :D).

Hayo-hayo isi waktu sebaik mungkin untuk hal yang bermanfaat. Dzikir, tilawah, tadabur, tarawih, I’tikaf, sedekah, baca buku, sialturahim dan masih buanyak lagi seabreg, bahkan bekerja or kuliah juga mendapat pahala asal atas dasar mengharap ridhoNya. Kesia-siaan pun tak kalah seabregnya bahkan lebih banyak, mau kasih contohnya?. Anehnya kalo diliat2 nih kok jama’ah tarawih semakin lama kok semakin berkurang, tapi keramaian meningkat di mol and pusat-pusat perbelanjaan (tu salah satu tanda kita belum bisa menahan nafsu jg lho, bedakan mana kebutuhan mana keinginan), he he ne biasana sih cewek, hayo kena deh ^_^V

“Kesia-siaan itu bagai buaian yang melenakan namun mematikan”, jangan sampai kita menyesal namun sudah terlambat, bersegeralah =]

(Sebuah kontemplasi bagi diri ini)

Arti Sebuah Obrolan

*Oleh : Ust. Musyaffa AbdurRahim, Lc.

Tersebutlah dalam buku-buku sejarah bahwa khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang terkenal juga sebagai khalifah Ar-Rasyid yang kelima, telah berhasil merubah gaya obrolan masyarakatnya.

Pada masa khalifah sebelumnya, obrolan masyarakat tidak pernah keluar dari materi dan dunia, di manapun mereka berada; di rumah, di pasar, di tempat bekerja dan bahkan di masjid-masjid.

Dalam obrolan mereka terdengarlah pertanyaan-pertanyaan berikut:

"Berapa rumah yang sudah engkau bangun? Kamu sudah mempunyai istana atau belum? Budak perempuan yang ada di rumahmu berapa? Berapa yang cantik? Hari ini engkau untung berapa dalam berbisnis? Dan semacamnya."

Pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi pemimpin, dan setelah dia melakukan tajdid (pembaharuan) dan ishlah (reformasi), dimulai dari meng-ishlah dirinya sendiri, lalu istrinya, lalu kerabat dekatnya dan seterusnya kepada seluruh rakyatnya, berubahlah pola obrolan masyarakat yang menjadi rakyatnya.

Dalam obrolan mereka, terdengarlah pertanyaan-pertanyaan sebaai berikut:

"Hari ini engkau sudah membaca Al Qur'an berapa juz? Bagaimana tahajjud-mu tadi malam? Berapa hari engkau berpuasa pada bulan ini? Dan semacamnya."

Mungkin diantara kita ada yang mempertanyakan, apa arti sebuah obrolan? Dan bukankah obrolan semacam itu sah-sah saja? Ia kan belum masuk kategori makruh? Apalagi haram? Lalu, kenapa mesti diperbincangkan dan diperbandingkan? Bukankah perbandingan semacam ini merupakan sebuah kekeliruan, kalau memang hal itu masuk dalam kategori mubah?

Dari aspek hukum syar'i, obrolan yang terjadi pada masa khalifah sebelum Umar bin Abdul Aziz memang masuk kategori hal-hal yang sah-sah saja, artinya, mubah, alias tidak ada larangan dalam syari'at.

Akan tetapi, bila hal itu kita tinjau dari sisi lain, misalnya dari tinjauan tarbawi da'awi misalnya, maka hal itu menujukkan bahwa telah terjadi perubahan feeling pada masyarakat, atau bisa juga kita katakan, telah terjadi obsesi pada ummat.

Pada masa Sahabat (Ridhwanullah 'alaihim), obsesi orang -dengan segala tuntutannya, baik yang berupa feeling ataupun 'azam, bahkan 'amal -selalu terfokus pada bagaimana menyebar luaskan Islam ke seluruh penjuru negeri, dengan harga berapapun, dan apapun, sehingga, pada masa mereka Islam telah membentang begitu luas di atas bumi ini. Namun, pada masa-masa menjelang khalifah Umar bin Abdul Aziz, obsesi itu telah berubah.

Dampak dari adanya perubahan ini adalah melemahnya semangat jihad, semangat da'wah ilallah, semangat men-tarbiyah dan men-takwin masyarakat agar mereka memahami Islam, menerapkannya dan menjadikannya sebagai gaya hidup.

Al Hamdulillah, Allah swt memunculkan dari hamba-Nya ini orang yang bernama Umar bin Abdul Aziz, yang mampu memutar kembali "gaya" dan "pola" obrolan masyarakatnya, sehingga, kita semua mengetahui bahwa pada masa khalifah yang hanya memerintah 2,5 tahun itu, Islam kembali jaya dan menjadi gaya hidup masyarakat.

Tersebut pula dalam sejarah bahwa beberapa saat setelah kaum muslimin menguasai Spanyol, ada seorang utusan Barat Kristen yang memasuki negeri Islam Isbania (Nama Spanyol saat dikuasai kaum muslimin).

Tujuan dia memasuki wilayah Islam adalah untuk mendengar dan menyaksikan bagaimana kaum muslimin mengobrol, ya, "hanya" untuk mengetahui bagaimana kaum muslimin mengobrol. Sebab dari obrolan inilah dia akan menarik kesimpulan, bagaimana obsesi kaum muslimin saat itu.

Selagi dia berjalan-jalan untuk mendapatkan informasi tentang gaya an kaum muslimin, tertumbuklah pandangannya kepada seorang bocah yang sedang menangis, maka dihampirilah bocah itu dan ditanya kenapa dia menangis? Sang bocah itu menjelaskan bahwa biasanya setiap kali dia melepaskan satu biji anak panah, maka dia bisa mendapatkan dua burung sekaligus, namun, pada hari itu, sekali dia melepaskan satu biji anak panah, dia hanya mendapatkan seekor burung.

Mendengar jawaban seperti itu, sang utusan itu mengambil kesimpulan bahwa obsesi kaum muslimin Isbania (Spanyol) saat itu masihlah terfokus pada jihad fi sabilillah, buktinya, sang bocah yang masih polos itu, bocah yang tidak bisa direkayasa itu, masih melatih diri untuk memanah dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa orang tua mereka masih terobsesi untuk berjihad fi sabilillah, sehingga terpengaruhlah sang bocah itu tadi.

Antara obrolan orang tua dan tangis bocah yang polos itu ada kesamaan, terutama dalam hal: keduanya sama-sama meluncur secara polos dan tanpa rekayasa, namun merupakan cermin yang nyata dari sebuah obsesi.

Setelah masa berlalu berabad-abad, datang lagi mata-mata dari Barat, untuk melihat secara dekat bagaimana kaum muslimin mengobrol, ia datangi tempat-tempat berkumpulnya mereka, ia datangi pasar, tempat kerja, tempat-tempat umum dan tidak terlupakan, ia datangi pula masjid.

Ternyata, ada kesamaan pada semua tempat itu dalam hal obrolan, semuanya sedang memperbincangkan: Budak perempuan saya yang bernama si fulanah, sudah orangnya cantik, suara nyanyiannya merdu dan indah sekali, rumah saya yang di tempat anu itu, betul-betul indah memang, pemandangannya bagus, desainnya canggih, luas dan sangat menyenangkan, dan semacamnya.

Merasa yakin bahwa gaya obrolan kaum muslimin sudah sedemikian rupa, pulanglah sang mata-mata itu dengan penuh semangat, dan sesampainya di negerinya, mulailah disusun berbagai rencana untuk menaklukkan negeri yang sudah delapan abad di bawah kekuasaan Islam itu. Dan kita semua mengetahui bahwa, semenjak saat itu, sampai sekarang, negeri itu bukan lagi negeri Muslim.

Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah... Betapa seringnya kita mengobrol,sadarkah kita, model manakah gaya obrolan kita sekarang ini?

Sadarkah kita bahwa obrolan adalah cerminan dari obsesi kita? Sadarkah kita bahwa obrolan kita lebih hebat pengaruhnya daripada sebuah ceramah yang telah kita persiapkan sedemikian rupa?

Bila tidak, cobalah anda reka, pengaruh apa yang akan terjadi bila anda adalah seorang ustadz atau da'i, yang baru saja turun dari mimbar khutbah, khutbah Jum'at dengan tema: "Kezuhudan salafush-Shalih dan pengaruhnya dalam
efektifitas da'wah".

Sehabis shalat Jum'at, anda mengobrol dengan beberapa orang yang masih ada di situ, dalam obrolan itu, anda dan mereka memperbincangkan. Bagaimana mobil Merci anda yang hendak anda tukar dengan BMW dalam waktu dekat ini, dan bagaimana mobil Pajero puteri anda yang sebentar lagi akan anda tukar dengan Land Cruiser, dan bagaimana rumah anda yang di Pondok Indah yang akan segera anda rehab, yang anggarannya kira-kira menghabiskan lima milyar rupiah dan semacamnya.

Cobalah anda menerka, pengaruh apakah yang akan terjadi pada orang-orang yang anda ajak mengobrol itu? Mereka akan mengikuti materi yang anda sampaikan lewat khutbah Jum'at atau materi yang anda sampaikan lewat obrolan?

Sekali lagi, memang obrolan semacam itu bukanlah masuk kategori "terlarang" secara syar'i, akan tetapi, saya hanya hendak mengajak anda memikirkan apa dampaknya bagi da'wah ilallah.

Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah... Sadarkah kita bahwa telah terjadi perubahan besar dalam gaya obrolan kita antara era 80-an dengan 90-an dan dengan 2000-an, obrolan yang terjadi saat kita bertemu dengan saudara seaqidah kita, obrolan yang terjadi antar sesama aktifis Rohis di kampus dan sekolah masing-masing kita.

Saat itu, obrolan kita tidak pernah keluar dari da'wah, da'wah, tarbiyah dan tarbiyah, namun sekarang?


Silahkan masing-masing kita menjawabnya, lalu kaitkan antara gegap gempita da'wah dan tarbiyah saat itu dengan seringnya kita mendengar adanya dha'fun tarbawi di sana sini.

Kamis, 27 Januari 2011

Tips : Buat para wanita

Rasulullah saw pernah memberi 10 wasiat kepada putrinya Fathimah binti Rasulillah.
Sepuluh wasiat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya, bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah. Wasiat tersebut adalah:

1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.

2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah menjadikana dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah.

3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu org yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang

4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.

5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah

6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Didalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.

8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih.

9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wannita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot

dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai2 sorga. Allah mempermudah sakaratul-maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman sorga. Dan Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.

Rabu, 26 Januari 2011

Ketika Cinta Berbicara

Teman...Di dalam cinta terdapat segala pengetahuan. Cinta manusia dan ketertarikannya kepada sesuatu, pada saatnya akan membuat sesuatu itu mengungkapkan rahasianya, sehingga manusia dapat mengetahui bagaimana cara mengembangkan, mengendalikan, dan memanfaatkannya. Tak seorang pun dapat mengetahui seseorang, sebesar apapun keinginannya untuk tahu, kecuali dengan cinta, karena tanpa cinta, mata ruhani buta; hanya mata luar yang terbuka, dan mata luar hanyalah semacam kaca mata bagi mata ruhani. Bila pandangan tidak tajam, apa manfaat kaca mata?

Karena itulah kita mengagumi semua yang kita cintai, dan kita buta terhadap kebaikan orang yang tidak kita cintai. Bukan karena mereka berhak kita abaikan, tetapi tanpa cinta, mata kita tak dapat melihat kebaikan mereka. Seseorang atau sesuatu yang kita cintai mungkin mempunyai keburukan pula, tetapi karena cinta melihat keindahan, kita hanya melihat kebaikan itu.

Kita belajar makna cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam dukungan. Kedua belah tangannya sibuk membetulkan selimut si bayi. Dalam dadanya tiada sesuatu selain ketulusan memberi atas nama cinta, dan akhirnya daya kekuatan manusia terlalu kecil bila dibandingkan dengan perlindungan cinta yang diberikan ibu kepada anaknya.

Kita belajar makna cinta dari seorang ayah yang bekerja untuk menghidupi keluarganya tanpa kenal lelah. Dalam dadanya, tiada sesuatu selain kegembiraan memberi atas nama cinta.

Kerana cinta bukan hanya sekadar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata penuh romantis. Kita belajar apa itu cinta dari apa pun yang ada di muka bumi. Dari cahaya matahari, dari sepasang merpati, dari sujud dan tengadah doa. Dari apapun!

Pada semua kelahiran yang bersambut dengan cinta, hingga kematian dalam cinta, kita dalam hidup ini, tiada lain selain mewujudkan cinta.

Kerana itu, tiada yang boleh kita lakukan selain atas nama cinta kita yang teragung: cinta buat Yang Maha Agung, Allah SWT. Apapun keputusan-NYA buat kita, Allah yang berbicara, yang menentukan untung-nasib kita, kerana setiap sesuatu yang menyedihkan itu ada hikmah-Nya.


"Yuhibbuhum wa yuribbuu nahuu". Dia (Allah) mencintai mereka dan mereka mencintai_Nya.
(QS. Al Maidah :54)

Tips Sukses : TSIQAH DAN I’TIMAD KEPADA ALLAH

Berikut adalah kisah nyata yang pernah disampaikan oleh Syekh Muhammad Hassan, semoga Allah SWT memberkati ilmu dan umurnya
Kisah tentang seorang wanita yang ditinggal pergi oleh suaminya karena suatu urusan, kepergian yang berkepanjangan.

Wanita tersebut menuturkan:
Saat suami saya pergi, dan ternyata kepergiannya berkepanjangan, saat itu tinggal bersama kami orang tua suami yang sudah sangat berumur dan menderita penyakit yang sudah sangat parah. Dan – Alhamdulillah – kami dikaruniai Allah SWT seorang anak perempuan yang masih kecil. Keluarga kami adalah keluarga yang sangat miskin, jika kami makan siang, maka kami tidak makan malam, dan sebaliknya. Kondisi seperti ini sudah berlangsung lama pada keluarga kami.

Pada suatu malam, saat kami sedang menderita kelaparan dengan sangat berat, tiba-tiba anak perempuannya terkena demam serius, badannya sangat panas, tubuhnya menggigil dengan sangat kuat, padahal bapak mertua juga tidak dalam keadaan yang baik, saya sendiri juga sangat lapar, dan perut sudah berkelit-kelit. Saat itu saya teringat kepada Q.S. An-Naml: 62

أَمَّنْ يُجْيْبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْءَ ... [النمل : 62]

Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan

Ya, betul, bukankah kami sedang dalam kesulitan dan kesulitan, bukankah kami dalam keadaan lapar, sakit, fakir, kanker, dan … banyak dosa?
Teringat ayat tersebut, saya segera berwudhu, lalu aku basahi potongan kain dengan air, lalu saya tempelkan pada dahi putri saya, maksudnya adalah mengkompress-nya agar panasnya mereda, sebab kami tidak mempunyai es untuk mengkompresnya. Setelah itu aku berdiri untuk melakukan shalat hajat. Selesai shalat, saya berdo’a kepada Allah SWT. Lalu kuganti kain kompres yang telah mongering dengan kain basah yang baru, lalu aku shalat lagi dan berdo’a lagi, begitu seterusnya berulang-ulang aku melakukannya.

Tiba-tiba pintu rumah diketuk orang dan saat saya buka, ternyata seorang dokter berdiri di depan pintu. Dokter? Ya.. yang berdiri di depan pintu adalah seorang dokter yang datang ke rumah kami di tengah malam. Sang dokter bertanya: “Mana putrimu yang sakit itu?”. Sambil menyimpan rasa bingung dan belum hilang rasa terkejut saya, saya menjawab: ‘Ada di dalam. Sang dokter masuk rumah dan langsung memeriksa putri saya. Selesai memeriksa, sang dokter menyuguhkan faktur biaya yang harus kami bayar. Maka saya pun menjawab: “Mohon maaf, karena kami tidak memiliki apa-apa, kami tidak mempunyai uang, kami tidak mempunyai sesuatu apa pun untuk membayar tagihan ini.

Sambil marah sang dokter menjawab: “Kalau memang tidak mempunyai apa-apa, kenapa kamu menelpon kami di tengah malam, sehingga saya tergopoh-gopoh bangun dan berangkat ke tempat ini!”.

Wanita itu menjawab sambil gemetaran karena teringat harus membayar biaya pemanggilan dokter, biaya periksa dan biaya obat: “Mohon maaf dokter, di rumah kami tidak ada telpon!”.

Dengan bingung dokter menjawab: “Bukankah ini rumah si fulan?”
Sang wanita menjawab: “Bukan, si fulan itu adalah tetangga sebelah kami”.
Dokter terdiam sejenak, lalu pergi berpamitan.

Tidak berapa lama dokter itu datang lagi sambil menangis, dan ia berkata: “demi Allah, saya tidak akan keluar dari rumah ini sebelum kami mengetahui kisah kalian, sebab, saat kami datangi rumah si fulan itu, mereka dalam keadaan tidur semua, dan saat kami bangunkan, mereka ternyata tidak memiliki anggota keluarga yang sakit”.
Maka wanita tersebut menceritakan kondisinya secara lengkap, termasuk cerita tentang bagaimana ia memohon kepada Allah SWT, sehingga sang dokter itu tiba.

Segera sang dokter itu pergi lalu kembali lagi dengan membawa makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya, dia juga membawa obat. Lalu ia berkata kepada wanita tersebut: “Nanti setiap bulan insyaAllah aka nada yang datang ke sini untuk memberi kafalah kepada kalian, begitu seterusnya sampai waktu yang Allah SWT kehendaki”.
Sungguh, ini sebuah kisah yang menggambarkan betapa penting tsiqah dan I’timad (bersandar) kepada Allah SWT


dikutip dari Milis : BIDANG KADERISASI oleh : ustd Musyafa

Selasa, 25 Januari 2011

Tips Bahagia..

Jangan Bersedih, Inilah Kiat-Kiat untuk Bahagia :

1. Sadarilah bahwa jika Anda tidak hidup hanya dalam batasan hari ini saja, maka akan terpecahlah pikiran Anda, akan kacau semua urusan,dan akan semakin menggunung kesedihan dan kegundahan diri Anda.Inilah makna sabda Rasulullah: "Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore; dan jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi."

2. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang terpaku pada yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohan dan kegilaan.

3. Jangan menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada di alam gaib. Jangan pikirkan hingga ia datang dengan sendirinya.

4. Jangan mudah terguncang oleh kritikan. Jadilah orang yang teguh pendirian, dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri Anda setara dengan kritikan tersebut.

5. Beriman kepada Allah, dan beramal salih adalah kehidupan yang baik dan bahagia.

6. Barangsiapa menginginkan ketenangan, keteduhan, dan kesenangan, maka dia harus berdzikir kepada Allah.

7. Hamba harus menyadari bahwa segala sesuatu berdasarkan ketentuan qadha' dan qadar.

8. Jangan menunggu terima kasih dari orang lain.

9. Persiapkan diri Anda untuk menerima kemungkinan terburuk.

10. Kemungkinan yang terjadi itu ada baiknya untuk diri Anda.

11. Semua qadha' bagi seorang muslim baik adanya.

12. Berpikirlah tentang nikmat, lalu bersyukurlah.

13. Anda dengan semua yang ada pada diri Anda sudah lebih banyak
daripada yang dimiliki orang lain.

14. Yakinlah, dari waktu ke waktu selalu saja ada jalan keluar.

15. Yakinlah, dengan musibah hati akan tergerak untuk berdoa.

16. Musibah itu akan menajamkan nurani dan menguatkan hati.

17. Sesungguhnya setelah kesulitan itu akan ada kemudahan.

18. Jangan pernah hancur hanya karena perkara-perkara yang sepele.

19. Sesungguhnya Rabb itu Maha Luas ampunan-Nya.

Oleh DR. 'Aidh al-Qarni

ISTRI IDAMAN

Sungguh kaum wanita telah melewati suatu masa yang mana mereka ditempatkan pada posisi yang tidak layak, tidak proporsional dan sangat memilukan, tidak ada perlindungan bagi mereka, hak-hak mereka dihancurkan, kemauan mereka dirampas, jiwa mereka dibelenggu, bahkan saat itu mereka berada pada posisi yang amat rendah dan hina.

Pada zaman Romawi seorang suami bisa menetapkan hukuman mati kepada istrinya jika suaminya menghendaki, bangsa Romawi menganggap bahwa wanita adalah sama dengan harta dan perabot rumah tangga, sementara bangsa Yahudi menganggap wanita adalah najis atau kotor, dan yang lebih buruk lagi adalah sikap orang Nashrani yang mempertanyakan keberadaan wanita, apakah wanita itu manusia yang memiliki jiwa atau tidak?! Yang pada akhirnya perlakuan buruk ini mencapai puncaknya dengan menganggap wanita sebagai sumber keburukan, di mana wanita dikubur hidup-hidup, sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Arab Jahiliah.

Setelah melalui berbagai macam kebiadaban dan perlakuan pahit sepanjang masa, muncullah cahaya Islam yang menempatkan wanita pada posisi yang adil untuk melindungi kehormatan mereka. Islam memberikan hak-hak wanita secara sempurna tanpa dikurangi, juga meninggikan derajat wanita yang masa sebelumnya mereka dihinakan dan direndahkan sepanjang sejarah.

Islam memproklamirkan bahwa wanita adalah manusia sempurna, memberikan hak-haknya secara wajar dan manusiawi serta menjaga mereka agar tidak dijadikan pelampiasan syahwat belaka yang diperlakukan seperti binatang. Islam menjadikan wanita sebagai unsur yang memegang peranan penting dalam membangun masyarakat yang beradab.

Untuk mencapai tujuan itu, Islam menjadikan kasih sayang antara suami dan isteri sebagai penjaga kelangsungan hidup berumah tangga. Kecintaan dan kasih sayang seorang wanita kepada suaminya merupakan bukti adanya karakter yang kuat dari sifat alamiah yang ada pada dirinya, sehingga hal itu akan menghindarkan dirinya dari berselingkuh atau mencari perhatian laki-laki lain.

Diantara kebahagian seorang suami adalah dikaruniainya isteri yang shalehah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :

Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalehah, jika engkau memandangnya maka engkau kagum kepadanya, dan jika engkau pergi darinya (tidak berada di sisinya) engkau akan merasa aman atas dirinya dan hartamu. Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia melontarkan kata-kata kotor kepadamu, dan jika engkau pergi darinya engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu. (HR. Ibnu Hibban dan lainnya dalam As-Silsilah ash-Shahihah hadits 282)

Dalam sabdanya yang lain: Dan isteri shalehah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu adalah sebaik-sebaik (harta) yang disimpan manusia. (HR. Baihaqi dalam Syu'abul Iman, Shahihul jami' 4285)

Oleh karena itu isteri shalehah adalah idaman bagi setiap suami shaleh di setiap waktu dan tempat. Isteri idaman dia adalah wanita mukminah, wanita shalehah yang jiwanya sebagai cerminan ilmu syar'i yang hanif, aqidahnya murni, akhlaknya agung, dan
perangainya baik, untuk mendapatkannya harus diperhatikan hal-hal berikut:

Cara memilih isteri idaman

Memilih wanita karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :

Wanita itu dinikahi karena empat hal: Hartanya, keturunannya, kecantikan-nya dan agamanya. Maka hendaknya engkau utamakan wanita yang memiliki agama, (jika tidak) niscaya kedua tangan-mu akan berdebu (miskin merana). (HR.Al-Bukhari, Fathul Bari 9/132)

Dengan memilih wanita yang berasal dari lingkungan yang baik dan karakter yang benar-benar shalehah maka akan menghasilkan ketenangan dalam hidup berumah tangga. Karena adat kebiasaan dan gaya hidup suatu kaum sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya.

Diutamakan yang gadis sebagai-mana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : (Nikahilah)gadis-gadis sesungguhnya mereka lebih banyak keturunannya, lebih manis tutur katanya dan lebih menerima dengan sedikit(qanaah).

dan dalam riwayat lain Lebih sedikit tipu dayanya. (HR.Ibnu Majah No.1816 dan dalam As Silsilah ash Shahihah, hadits No.623)

Diutamakan wanita yang subur atau tidak mandul, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam :

Kawinilah wanita yang penuh cinta dan yang subur peranakannya. Sesung-guhnya aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di antara para nabi pada hari kiamat. (HR. Imam Ahmad 3/245 dari Anas, dikatakan dalam Irwaul Ghalil hadits ini shahih)

Aqidah isteri idaman

Seorang isteri idaman harus memahami arti pentingnya aqidah islamiyah yang shahihah, karena sah tidaknya suatu amal tergantung kepada benar dan tidaknya aqidah seseorang.

Isteri idaman adalah sosok yang selalu bersemangat dalam menuntut ilmu agama sehingga dia dapat mengetahui ilmu-ilmu syar'i baik yang berhubungan dengan aqidah, akhlak maupun dalam hal muamalah sebagaimana semangatnya para shahabiyah dalam menuntut ilmu agama Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk menghilangkan kebodohan mereka dan beribadah kepada Allah di atas cahaya ilmu, sebagaimana riwayat dibawah ini:

Dari Abu Said Al Khudri dia berkata: Pernah suatu kali para wanita berkata kepada Rasulullah : Kaum laki-laki telah mengalahkan kami, maka jadikanlah satu hari untuk kami, Nabi pun menjanjikan satu hari dapat bertemu dengan mereka, kemudian Nabi memberi nasehat dan perintah kepada mereka. Salah satu ucapan beliau kepada mereka adalah:

Tidaklah seorang wanita di antara kalian yang ditinggal mati tiga anaknya, kecuali mereka sebagai penghalang baginya dari api nereka. Seorang wanita bertanya: Bagaimana kalau hanya dua? Beliau menjawab: Juga dua. (HR. Al-Bukhari No 1010)

Seorang isteri yang aqidahnya benar akan tercermin dalam tingkah lakunya misalnya:

Dia hanya bersahabat dengan wanita yang baik. Selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Rabbnya. Bisa menjadi contoh bagi wanita lainnya.

Akhlak Isteri Idaman

Berusaha berpegang teguh kepada akhlak-akhlak Islami yaitu:
1. Ceria, pemalu, sabar, lembut tutur katanya dan selalu jujur.

2. Tidak banyak bicara, tidak suka merusak wanita lain, tidak suka ghibah (menggunjing) dan namimah (adu domba).

3. Selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan isteri suaminya yang lain (madunya) jika suaminya mempunyai isteri lebih dari satu.

4. Tidak menceritakan rahasia rumah tangga, diantaranya adalah hubungan suami isteri ataupun percekcokan dalam rumah tangga.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam : Sesungguhnya di antara orang yang terburuk kedudukan-nya disisi Allah pada hari kiamat yaitu laki-laki yang mencumbui isterinya dan isteri mencumbui suaminya kemudian ia sebar luaskan rahasianya. (HR. Muslim 4/157)

Isteri idaman di rumah suaminya

5. Membantu suaminya dalam kebaikan. Merupakan kebaikan bagi seorang isteri bila mampu mendorong suaminya untuk berbuat baik, misalnya mendorong suaminya agar selalu ihsan dan berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagaimana firman Allah:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah. (Al Ahqaf 15)

5. Membantunya dalam menjalin hubungan baik dengan saudara-saudaranya.

6. Membantunya dalam ketaatan. Berdedikasi (semangat hidup) yang tinggi. Ekonomis dan pandai mengatur rumah tangga. Bagus didalam mendidik anak.

Penampilan:

* Di dalam rumah, seorang isteri yang shalehah harus selalu memperhatikan penampilannya di rumah suaminya lebih-lebih jika suaminya berada di sisinya maka Islam sangat menganjurkan untuk berhias dengan hal-hal yang mubah sehingga menyenangkan hati suaminya.

* Jika keluar rumah, seorang isteri yang sholehah harus memperhati-kan hal-hal berikut:
1. Harus minta izin suami.
2. Harus menutup aurat dan tidak menampakkan
3. perhiasannya.
4. Tidak memakai wangi-wangian.
5. Tidak banyak keluar kecuali untuk tujuan
6. syar'i atau keperluan yang sangat mendesak.

Maraji': Tarbiyatul Athfal fil Hadits Asy-Syarif, Khalid Ahmad Asy-Syanthot, Tarbiyatul Athfal fil Islam, Habsyi Fathullah Al-Hafnawiy (Ummu Ahmad)

Dikirim ke redaksi oleh Abu Shabrina
DI KUTIP DARI BULETIN AN-NUR

Senin, 24 Januari 2011

MEMFORMAT KEMBALI KADER KAMMI


Oleh Hariadi Hardy

Kritik mendasar pada gerakan mahasiswa adalah ekspresi reaksionernya pada berbagai isu. Bentuk reaksioner ini mengindikasikan bahwa gerakan itu tidak memiliki agenda atau termakan oleh agenda orang lain. Dalam hal ini KAMMI tidak layak untuk memposisikan demikian. Sebagai organisasi pergerakan dan pengkaderan, KAMMI memiliki agenda tersendiri yang memfungsikan dirinya sebagai tren setter (penyeting tren). Bagi KAMMI gerakan mahasiswa bukanlah alat pukul politik yang disibukkan mencari musuh dan bergerak sebagai watch dog. Gerakan mahasiswa adalah aset masa depan, maka ia harus memiliki rencana masa depan bangsanya yang kelak ia pun ikut andil dalam proses kepemimpinan bangsa ini.
(Formula MNHJ 1427 H)

Sebuah pertanyaan penting yang harus dijawab oleh kader KAMMI, mungkinkah selama KAMMI dideklarasikan sudah memberikan hal yang positif bagi perkembangan Mahasiswa dan masyarakat?? Mungkinkah KAMMI sudah Independen dalam Mengawal agendanya?? Mungkinkah kader KAMMI telah memiliki kualitas baik?

Pertanyaan itu seharusnya dipikirkan oleh seluruh Kader KAMMI, mengapa tidak? Hampir dalam setiap rekomendasi Muktamar KAMMI telah digambarkan dengan jelas bahwa KAMMI adalah organisasi kader, gerakan mahasiswa, gerakan islam, organisasi kepemudaan, dan organisasi kemayarakatan. Ruang lingkup gerak yang luas seperti ini seharusnya memberikan pemahaman kepada kader KAMMI bahwa peningkatan kuantitas dan kualitas kader harus terus dilakukan, ini penting agar pencapaian Visi dan Misi KAMMI bisa terwujud.

Memformat kembali kader KAMMI seharusnya dilakukan secepat mungkin, dengan agenda perpolitikan Nasional dan daerah yang semakin memanas, dengan kondisi mahasiswa dan Masyrakat yang rentan konflik dan ketidakstabilan, KAMMI harus menempatkan dirinya sebagai barisan yang independent, independent yang dimaksudkan KAMMI adalah gerakan KAMMI harus berpihak pada jalan kebenaran bukan pada wilayah yang sifatnya abu-abu. Apalagi berorientasi pada sikap matrealitis.

Dalam memformat kader KAMMI Ada beberapa hal yang perlu disiapkan KAMMI:

Pertama : Sejauh mana kesiapan kader KAMMI untuk berubah, pola pembinaan yang relatif monoton perlu untuk segera dirubah, peningkatan basis melalui Madrasah KAMMI merupakan sarana peningkatan Kualitas kader, selain itu sarana-sarana pembelajaran lain perlu untuk terus diberdayakan, keaktifan kader untuk hadir dalam madrasah KAMMI setiap pekannya harus segera dioptimalkan.

Kedua : KAMMI memiliki Indeks Jati Diri kader (IJDK) yang menjadi sarana melihat perkembangan kader tiap tahunnya, namun sangat disayangkan, banyak kader KAMMI yang belum memahami penerapan IJDK ini akibatnya proses penjenjangan kader terkesan biasa-biasa saja. Setiap tahapan marhalah kader berjalan biasa-biasa saja tanpa melihat sejauh mana Indeks Jati diri Kader tersebut.

Ketiga Dalam hal lain, KAMMI bukan sekedar mempublikasikan bahwa orientasi kaderisasi nasional adalah menghasilkan kader muslim Negarawan tapi yang paling penting adalah melihat aturan bahwa dalam membangun kader muslim Negarawan yang perlu kita siapkan adalah enam kompetensi kritis kader KAMMI yang menyangkut Pengetahuan Ke-Islam-an, Kredibilitas Moral, Wawasan ke-Indonesia-an, Kepakaran dan profesionalisme, Kepemimpinan, serta Diplomasi dan Jaringan, kompetensi ini menjadi penting untuk dimiliki kader KAMMI, karena kompetensi ini harus dibangun secara bertahap.

Mungkin sudah saatnya untuk kembali mendobrak kualitas dan kuantitas kader KAMMI, yang kita inginkan adalah kader KAMMI tidak hanya dikenal sebagai orang yang memiliki moral yang baik, akan tetapi yang perlu ditunjukkan kader KAMMI memiliki kompetensi dan basic keilmuan yang siap bertarung membela kebenaran, membawa aspirasi mahasiswa dan Masyrakat, sudah saatnya untuk ditunjukan kekuatan itu, bahwa Madrasah KAMMI adalah sekolah peradaban, yang akan melahirkan kepemimpinan daerah dan kepemimpinan Nasional

Keempat : MAN POWER Kader KAMMI yang menyangkut dengan membangun Basis sosial, basis operasional, basis konsepsional, dan membangun basis pengambil kebijakan perlu untuk segera digalakkan, perubahan besar-besaran ini sangat diharapkan agar Kader KAMMI tidak sekedar menjadi penambah banyaknya gerakan mahasiswa yang telah ada, akan tetapi KAMMI benar-benar lahir untuk mengadakan perubahan di Mahasiswa dan Masyarakat.

Kelima : Agar proses pemformatan kader KAMMI bisa berjalan optimal maka diperlukan peranan Komisariat disetiap kampus sebagai penggerak utama untuk mengadakan perbaikan, maka seharusnya penyebaran Al-islam kepada para Mahasiswa harus lebih baik, kita tidak hanya membutuhkan kader KAMMI yang memiliki semangat, tapi dibalik itu semua adalah keikhlasan untuk bekerja dengan planing dan strategi yang matang. Tidak kalah pentingnya kuatnya basis kader Komisariat disetiap kampus akan semakin baik jika struktur KAMMI DAERAH, KAMMI Wilayah, serta KAMMI Pusat juga kuat, membangun kebersamaan dalam satu visi dan Misi menjadi sangat Vital.

Allahualam Bissawab

Minggu, 23 Januari 2011

YANG BERJATUHAN DI JALAN DA'WAH

Oleh : Fathi Yakan

I. PENDAHULUAN
Da'wah merupakan perjalanan panjang yang penuh dengan duri dan rintangan. Kemenangan da'wah akan diperoleh apabila para anggota-anggotanya komitmen dan teguh dalam menapaki jalan da'wah.

Sudah menjadi sunnatullah bahwa akan ada anggota da'wah yang berjatuhan, baik bentuknya penyelewengan, penyimpangan, pengunduran diri dan sebagainya, sebelum meraih kemenangan. Fenomena ini tidak bisa dihindari, sehingga ada sebagian orang memandang hal ini sebagai suatu fenomena yang wajar / sehat guna memperbaharui sel-sel intinya, dan membebaskan da'wah dari segala hal yang memberatkan dan menghambat pergerakan.

II. FENOMENA YANG BERJATUHAN DI ZAMAN NABI
Pada zaman Rasulullah saw, sudah terjadi fenomena pembelotan para anggota jama’ah untuk melepaskan tanggung jawab ataupun sekedar bermalas-malasan dalam berda’wah. Beberapa peristiwa berjatuhan di jalan da'wah yang sempat terjadi adalah:
a. Kelompok mutakhollifin (orang-orang yang tidak berangkat) pada perang Uhud, diantaranya: Ka’ab bin Malik, Muroroh Ibnu ‘Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah. Namun mereka bertiga ini kemudian diterima taubatnya oleh Allah swt, dan penerimaan taubat mereka diabadikan di dalam Al Qur’an dalam surat al Bara-ah, dan karena pertaubatan besar inilah surat ini juga dinamakan surat at-Taubah.
b. Pembocoran rahasia negara oleh Hathib bin Abi Balta’ah. Namun mengingat kebaikan masa lalunya, yaitu keikut sertaannya dalam perang Badar yang merupakan yaumul furqan, Rasulullah saw mengampuni dan tidak menghukumnya.
c. Haditsul Ifki (berita kebohongan besar) terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. Diantara orang-orang yang terlibat dalam penyebaran berita ini, ada tiga sahabat nabi, mereka telah mendapatkan hukuman had, yaitu masing-masing di dera 80 kali, dan setelah itu merekapun bertaubat. Mereka itu adalah: Hassan bin Tsabit, Hamnah binti Jahsy dan Misthah bin Utsatsah.
d. Pengkhianatan Abu Lubabah yang membocorkan rahasia hukum yang akan diterapkan kepada orang-orang Yahudi Bani Quraizhah. Dia telah menyatakan taubat kepada Allah swt dan Rasul-Nya, dan Allah swt-pun telah menerima taubatnya.
e. Peristiwa berdirinya masjid dhirar.

III. SEBAB-SEBAB BERJATUHAN
a. Sebab-sebab yang berhubungan dengan pergerakan
1. Lemahnya segi pendidikan.
2. Tidak menempatkan personal dalam posisi yang tepat.
3. Distribusi penugasan yang tidak merata pada setiap individu.
4. Tidak adanya monitoring personal secara baik.
5. Tidak menyelesaikan berbagai urusan dengan cepat.
6. Konflik intern. Konflik intern ini disebabkan oleh:
- Lemahnya kepemimpinan.
- Adanya tangan tersembunyi dan kekuatan luar yang sengaja menyebar fitnah.
- Perbedaan watak dan kecenderungan individu.
- Persaingan dalam memperebutkan kedudukan.
- Tidak adanya komitmen dan penonjolan tingkah laku individu.
- Kevakuman aktifitas dan produktifitas.

Dalam sejarah, konflik yang pernah terjadi antar ummat Islam adalah pada peristiwa konflik golongan Aus dan Khazraj. Dalangnya (provokatornya) adalah orang-orang Yahudi, yaitu Syammas bin Qais. Atas prakarsa Rasulullah saw maka golongan Aus dan Khazraj bersatu kembali. Hal tersebut terbukti dengan turunnya QS Ali Imran: 100 – 105.
7. Kepemimpinan yang tidak ahli dan qualified. Sebabnya antara lain:
- Kelemahan dalam kemampuan idiologi.
- Kelemahan dalam kemampuan organisatoris.
Oleh karena itu, seorang pemimpin yang diangkat haruslah memiliki syarat:
- Mengenal da'wah.
- Mengenal diri sendiri.
- Pengayoman yang kontinyu.
- Teladan yang baik.
- Pandangan yang tajam.
- Kemauan yang kuat.
- Kharisma kepribadian yang fitri.
- Optimisme.

b. Sebab-sebab yang berhubungan dengan individu
Yaitu berjatuhannya anggota disebabkan oleh atau bersumber pada pribadi anggota.
Yang termasuk dalam hal ini adalah:
1. Watak yang tidak disiplin, sehingga menyebabkan dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan organisasi / jama’ah.
2. Takut terancamnya diri dan periuk nasinya (QS 4 : 120, QS 3 : 175).
Tersebut dalam hadits:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ (رواه أحمد ومسلم والترمذي).
“Syurga dipagari dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menyenangkan”. (HR Ahmad, Muslim dan At-Tirmidzi).
3. Sikap ekstrim dan berlebih-lebihan.
Tersebut dalam hadits:

“Hendaklah kamu menjauhi sikap ekstrim dalam agama. Sesungguhnya orang yang sebelum kamu binasa karena ekstrim dalam beragama”. (HR Ahmad dan An-Nasai).
4. Sikap terlalu memudah-mudahkan dan meremehkan.
Tersebut dalam hadits:

“Sesungguhnya kamu melakukan pekerjaan-pekerjaan dosa menurut pandangan mata kamu lebih halus dari rambut. Di masa Rasulullah saw, kami menggolongkan perbuatan itu termasuk al muubiqoot (hal-hal yang menghancurkan)”. (HR Bukhari).
5. Tertipu kondisi gemar menampilkan diri (QS 28 : 83).
6. Kecemburuan terhadap orang lain / kedengkian. (QS 5 : 27 – 30).
7. Bencana senajata / penggunaan kekuatan.
Syarat-syarat penggunaan kekuatan:
- Habis segala usaha dengan jalan lain.
- Urusannya dipegang oleh pimpinan dan jama’ah Islam dan bukan oleh individu.
- Tidak menjurus pada pengrusakan dan bencana.
- Tidak boleh keluar dari ketentuan syara’.
- Penggunaan kekuatan sesuai skala prioritas.
- Penggunaan senjata harus mempunyai persiapan yang matang dan cermat.
- Hati-hati akan pancingan berbagai reaksi.
- Tidak boleh menjerumuskan ummat Islam bila posisi kekuatan tidak seimbang.

c. Tekanan Luar
1. Tekanan dari suatu cobaan (QS 3 : 175).
2. Tekanan keluarga dan kerabat (QS 9 : 24).
3. Tekanan Lingkungan.
4. Tekanan gerakan agitasi (penyebaran kritik dan keragu-raguan).
5. Tekanan figuritas (QS 7 : 12).

Sabtu, 22 Januari 2011

Profesor dan Mahasiswa, Sebuah Pertarungan Pemikiran.

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan".

"Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?".

"Tentu saja," jawab si Profesor,

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada.

Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.

Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak.

Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.

Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.

Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak.

Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.

Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam.

(dikutip dari milis PKS)

DELAPAN KADO TERINDAH

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat, dan tak perlu membeli ! Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.

KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya.Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.
NB.: pantes ya.. setiap kali hari raya keagamaan, orang selalu berbondong-bondong mudik...

MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang lebih
suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketahui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kepedulian.

KERENDAHAN HATI.
Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.
D I A M
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya.
Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya "ruang". Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya ? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, "Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan

KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? (eh..)Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jita Anda mengkadokannya tiap hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah.
Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

TANGGAPAN POSITIF
Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian ( dan juga permintaan maaf ), adalah kado cinta yang sering terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjai bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalanitu ?. Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado"kesediaan mengalah". Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu
pertengkaran yang berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah sudah dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.

SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi ?

Sunyi..

Dalam kesunyian ini kucoba untuk bertahan
Entah sampai kapan
Tapi jiwa-jiwa ini tak mau kalah dengan luapan kesunyian
Bergerak dalam dakwa dengan kesunyian

Kucoba untuk rehat sejenak
Tapi teringat dengan kisah para sahabat Rasulullah
Mereka pantang lelah
Malamnya mereka laksana Rahib yang tekun beribadah
Siangnya mereka laksana Singa yang berjuang tak kenal lelah

Kucoba menguatkan tekad di hati
Jika ada 100 orang yang berjihad maka saya salah satu diantaranya
Jika ada 10 orang yang berjihad maka saya salah satu diantaranya
Jika ada 1 orang yang berjihad maka itulah saya
Jika tidak ada lagi yang berjihad itu berarti saya telah syahid

Karena Kita hanya memiliki dua pilihan
Hidup Mulia atau Mati Syahid

Jumat, 21 Januari 2011

Puisi Cantik Buat Kamu..

Puisi tercipta dari romantika kehidupan
Dan jadi kilas balik untuk kehidupan
bacalah untuk direnungkan……
Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang
Sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata, semoga kamu memimpikan orang seperti itu
Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakkan
Tetapi acapkali kita terpaku terutama pada pintu yang tertutup,
Sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan untuk kita
Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya
Tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya
Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati
cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat.
Kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi.
Pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia.
Dan uang yang cukup untuk membeli segalanya
Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan
Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dirinya.
Cinta adalah jika kamu
Kehilangan rasa
Gairah, Romantika
Dan masih tetap perduli padanya
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dam mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya
Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat,
Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba
Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentinganya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.!!!
Cinta dimulai dengan sebuah senyuman
Dan berakhir dengan sebuah tetesan airmata
Bermimpilah tentang apa yang kamu impikan
Pergilah ketempat-tempat kamu ingin pergi
Jadilah seperti yang kamu inginkan
Karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kamu inginkan
Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain.
Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang lain pula.
Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya
Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah
Tertariklah kepada seseorang yang memiliki keimanan yang hatinya dapat membuat kita tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.
Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya

Pesan ini dibuat dari seorang teman untuk teman yang lainnya jadi tolong kirim pesan ini untuk teman

Kamis, 20 Januari 2011

Tips Menundukkan Pandangan

Fitnah An-Nazhar (bahaya pandangan) merupakan salah satu problematika terbesar yang menimpa kaum muslimin pada umumnya, kelompok pemuda pada khususnya dan lebih khusus lagi kepada mereka yang belum menikah. Sebuah fitnah yang mengepung kita pada berbagai situasi dan kondisi. Seperti di pasar, mall, rumah sakit, kampus, sekolah, bis kota, kereta api, pesawat terbang, bahkan pada tempat-tempat suci sekalipun.

Sejauh mata memandang bisa saja kita terjatuh pada maksiat pandangan ini. Karena fitnah an-nazhar tidak terbatas pada kondisi dadakan saja --misalnya seseorang berlalu di hadapan kita, secara tidak sengaja kita melihat aurat orang tersebut—boleh jadi lingkungan kita memang dipenuhi orang-orang yang secara sadar mempertontonkan auratnya. Kalau sudah begini maka naluri ke-dai-an kita harus bangkit untuk menyadarkan mereka yang terlanjur jatuh pada mepertontonkan aurat.

Bagi mereka yang keluar rumah, Islam memberikan sebuah ajaran indah untuk menundukkan pandangan. Bukan hanya bagi muslimah, tetapi juga bagi kaum lelaki. Maksudnya, melindungi pandangan mata agar terhindar dari obyek maksiyat dan segala sesuatu yang berdampak buruk. Sepintas ajaran ini nampak remeh, sepele, dan gampang. Tetapi ternyata tidak. Di balik itu tersimpan begitu besar hikmah, misalnya bisa menjadi barometer kondisi hati --yakni menyangkut kebersihan dan kekotorannya. Lebih jauh tentang manfaat menundukkan pandangan diuraikan di sini.

HUKUM MELIHAT AURAT
Bagi mereka yang keluar rumah, Islam memberikan sebuah ajaran bagus untuk menundukkan pandangan. Bukan hanya bagi muslimah, tetapi juga bagi kaum lelaki. Maksudnya, melindungi pandangan mata agar terhindar dari obyek maksiyat dan segala sesuatu yang berdampak buruk. Sepintas ajaran ini nampak remeh, sepele, dan gampang. Tetapi ternyata tidak. Di balik itu tersimpan begitu besar hikmah, misalnya bisa menjadi barometer kondisi hati --yakni menyangkut kebersihan dan kekotorannya. Lebih jauh tentang manfaat menundukkan pandangan diuraikan di sini.
Di antara yang harus ditundukkannya pandangan, ialah kepada aurat. Karena Rasulullah s.a.w. telah melarangnya sekalipun antara laki-laki dengan laki-laki atau antara perempuan dengan perempuan baik dengan syahwat ataupun tidak.

Sabda Rasulullah s.a.w.: "Seseorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain, dan begitu juga perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain, dan tidak boleh seorang laki-laki bercampur dengan laki-laki lain dalam satu pakaian, dan begitu juga perempuan dengan perempuan lain bercampur dalam satu pakaian." (Riwayat Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tarmizi)
Aurat laki-laki yang tidak boleh dilihat oleh laki-laki lain atau aurat perempuan yang tidak boleh dilihat oleh perempuan lain, yaitu antara pusar dan lutut, sebagaimana yang diterangkan dalam Hadis Nabi. Tetapi sementara ulama, seperti Ibnu Hazm dan sebagian ulama Maliki berpendapat, bahwa paha itu bukan aurat.

Sedang aurat perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki lain ialah seluruh badannya kecuali muka dan dua tapak tangan. Adapun yang dalam hubungannya dengan mahramnya seperti ayah dan saudara, maka seperti apa yang akan diterangkan dalam Hadis yang membicarakan masalah menampakkan perhiasan. Ada yang tidak boleh dilihat, tidak juga boleh disentuh, baik dengan anggota-anggota badan yang lain.
Semua aurat yang haram dilihat seperti yang kami sebutkan di atas, baik dilihat ataupun disentuh, adalah dengan syarat dalam keadaan normal (tidak terpaksa dan tidak memerlukan). Tetapi jika dalam keadaan terpaksa seperti untuk mengobati, maka haram tersebut bisa hilang. Tetapi bolehnya melihat itu dengan syarat tidak akan menimbulkan fitnah dan tidak ada syahwat. Kalau ada fitnah atau syahwat, maka kebolehan tersebut bisa hilang juga justru untuk menutup pintu bahaya.
BATAS DIBOLEHKANNYA MELIHAT AURAT LAKI-LAKI ATAU PEREMPUAN
Dan keterangan yang kami sebutkan di atas, jelas bahwa perempuan melihat laki-laki tidak pada auratnya, yaitu di bagian atas pusar dan di bawah lutut, hukumnya mubah, selama tidak diikuti dengan syahwat atau tidak dikawatirkan akan menimbulkan fitnah. Sebab Rasulullah sendiri pernah memberikan izin kepada Aisyah untuk menyaksikan orang-orang Habasyi yang sedang mengadakan permainan di masjid Madinah sampai lama sekali sehingga dia bosan dan pergi.

Yang seperti ini ialah seorang laki-laki melihat perempuan tidak kepada auratnya, yaitu di bagian muka dan dua tapak tangan, hukumnya mubah selama tidak diikuti dengan syahwat atau tidak dikawatirkan menimbulkan fitnah.

Aisyah meriwayatkan, bahwa saudaranya yaitu Asma' binti Abubakar pernah masuk di rumah Nabi dengan berpakaian jarang sehingga tampak kulitnya. Kemudian beliau berpaling dan mengatakan: "Hai Asma'! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah datang waktu haidh, tidak patut diperlihatkan tubuhnya itu, melainkan ini dan ini -- sambil ia menunjuk muka dan dua tapak tangannya." (Riwayat Abu Daud)

Dalam hadis ini ada kelemahan, tetapi diperkuat dengan hadis-hadis lain yang membolehkan melihat muka dan dua tapak tangan ketika diyakinkan tidak akan membawa fitnah. Ringkasnya, bahwa melihat biasa bukan kepada aurat baik terhadap laki-laki atau perempuan, selama tidak berulang dan menjurus yang pada umumnya untuk kemesraan dan tidak membawa fitnah, hukumnya tetap halal.

Salah satu kelapangan Islam, yaitu: Dia membolehkan melihat yang sifatnya mendadak pada bagian yang seharusnya tidak boleh, seperti tersebut dalam riwayat di bawah ini: "Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah s.a. w. tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi: Palingkanlah pandanganmu itu!" (Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tarmizi) -- yakni: Jangan kamu ulangi melihat untuk kedua kalinya.
PERHIASAN PEREMPUAN YANG BOLEH TAMPAK DAN YANG TIDAK BOLEH
Ini ada hubungannya dengan masalah menundukkan pandangan yang oleh dua ayat di surah an-Nur 30-31, Allah perintahkan kepada laki-laki dan perempuan. Adapun yang khusus buat orang perempuan dalam ayat kedua (ayat 31) yaitu:

a. Firman Allah: "Janganlah orang-orang perempuan menampakkan perhiasannya, melainkan apa yang biasa tampak daripadanya."

Yang dimaksud perhiasan perempuan, yaitu apa saja yang dipakai berhias dan untuk mempercantik tubuh, baik berbentuk ciptaan asli seperti wajah, rambut dan potongan tubuh, ataupun buatan seperti pakaian, perhiasan, make-up dan sebagainya.

Dalam ayat di atas Allah memerintahkan kepada para perempuan supaya menyembunyikan perhiasan tersebut dan melarang untuk dinampak-nampakkan. Allah tidak memberikan pengecualian, melainkan apa yang bisa tampak. Oleh karena itu para ulama kemudian berbeda pendapat tentang arti apa yang biasa tampak itu dan ukurannya. Apakah artinya: apa yang tampak karena terpaksa tanpa disengaja, misalnya terbuka karena ditiup angin; ataukah apa yang biasa tampak dan memang dia itu asalnya tampak?

Kebanyakan ulama salaf berpendapat menurut arti kedua, Misalnya Ibnu Abbas, ia berkata dalam menafsirkan apa yang tampak itu ialah: celak dan cincin. Yang berpendapat seperti ini ialah sahabat Anas. Sedang bolehnya dilihat celak dan cincin, berarti boleh dilihatnya kedua tempatnya, yaitu muka dan kedua tapak tangan. Demikianlah apa yang ditegaskan oleh Said bin Jubair, 'Atha', Auza'i dan lain-lain. Sedang Aisyah, Qatadah dan lain-lain menisbatkan dua gelang termasuk perhiasan yang boleh dilihat. Dengan demikian, maka sebagian lengan ada yang dikecualikan. Tetapi tentang batasnya dari pergelangan sampai siku, masih diperselisihkan.
Di samping satu kelonggaran ini, ada juga yang mempersempit, misalnya: Abdullah bin Mas'ud dan Nakha'i. Kedua beliau ini menafsirkan perhiasan yang boleh tampak, yaitu selendang dan pakaian yang biasa tampak, yang tidak mungkin disembunyikan. Tetapi pendapat yang kami anggap lebih kuat (rajih), yaitu dibatasinya pengertian apa yang tampak itu pada wajah dan dua tapak tangan serta perhiasan yang biasa tampak dengan tidak ada maksud kesombongan dan berlebih-lebihan, seperti celak di mata dan cincin pada tangan. Begitulah seperti apa yang ditegaskan oleh sekelompok sahabat dan tabi'in.

Ini tidak sama dengan make-up dan cat-cat yang biasa dipakai oleh perempuan-perempuan zaman sekarang untuk mengecat pipi dan bibir serta kuku. Make-up ini semua termasuk berlebih-lebihan yang sangat tidak baik, yang tidak boleh dipakai kecuali di dalam rumah. Sebab perempuan-perempuan sekarang memakai itu semua di luar rumah, adalah untuk menarik perhatian laki-laki. Jadi jelas hukumnya adalah haram.
Sedang penafsiran apa yang tampak dengan pakaian dan selendang yang biasa di luar, tidak dapat diterima. Sebab itu termasuk hal yang lumrah (tabi'i) yang tidak bisa dibayangkan untuk dilarangnya sehingga perlu dikecualikan. Termasuk juga terbukanya perhiasan karena angin dan sebagainya yang boleh dianggap darurat. Sebab dalam keadaan darurat, bukan suatu yang dibuat-buat. Jadi baik dikecualikan ataupun tidak, sama saja. Sedang yang cepat diterima akal apa yang dimaksud istimewa (pengecualian) adalah suatu rukhsah (keringanan) dan justru untuk mengentengkan kepada perempuan dalam menampakkan sesuatu yang mungkin disembunyikan; dan ma'qul sekali (bisa diterima akal) kalau dia itu adalah muka dan dua tapak tangan.

Adanya kelonggaran pada muka dan dua taak tangan, adalah justru menutupi kedua anggota badan tersebut termasuk suatu hal yang cukup memberatkan perempuan, lebih-lebih kalau mereka perlu bepergian atau keluar yang sangat menghajatkan, misalnya dia orang yang tidak mampu. Dia perlu usaha untuk mencari nafkah buat anak anaknya, atau dia harus membantu suaminya. Mengharuskan perempuan supaya memakai cadar dan menutup kedua tangannya adalah termasuk menyakitkan dan menyusahkan perempuan.

Imam Qurthubi berkata: "Kalau menurut ghalibnya muka dan dua tapak tangan itu dinampakkan, baik menurut adat ataupun dalam ibadat, seperti waktu sembahyang dan haji, maka layak kiranya kalau pengecualian itu kembalinya kepada kedua anggota tersebut. Dalil yang kuat untuk pentafsiran ini ialah hadis riwayat Abu Daud dari jalan Aisyah r.a., bahwa Asma' binti Abubakar pernah masuk ke rumah Nabi s.a.w. dengan berpakaian tipis, kemudian Nabi memalingkan mukanya sambil ia berkata: "Hai Asma'! Sesungguhnya perempuan apabila sudah datang waktu haidhnya (sudah baligh) tidak patut dinampakkan badannya, kecuali ini dan ini -- sambil ia menunjuk muka dan dua tapak tangannya."
Sedang firman Allah yang mengatakan: "Katakanlah kepada orang-orang mu'min laki-laki supaya menundukkan pandangan" itu memberikan suatu isyarat, bahwa muka perempuan itu tidak tertutup. Seandainya seluruh tubuh perempuan itu tertutup termasuk mukanya, niscaya tidak ada perintah menundukkan sebagian pandangan, sebab di situ tidak ada yang perlu dilihat sehingga memerlukan menundukkan pandangan. Namun, kiranya sesempurna mungkin seorang muslimah harus bersungguh-sungguh untuk menyembunyikan perhiasannya, termasuk wajahnya itu sendiri kalau mungkin, demi menjaga meluasnya kerusakan dan banyaknya kefasikan di zaman kita sekarang ini. Lebih-lebih kalau perempuan tersebut mempunyai paras yang cantik yang sangat dikawatirkan akan menimbulkan fitnah.

b. Firman Allah: "Hendaknya mereka itu melabuhkan kudungnya sampai ke dadanya." (an-Nur: 31)
Pengertian khumur (kudung), yaitu semua alat yang dapat dipakai untuk menutup kepala. Sedang apa yang disebut juyub kata jama' (bentuk plural) dari kata jaibun, yaitu belahan dada yang terbuka, tidak tertutup oleh pakaian/baju. Setiap perempuan muslimah harus menutup kepalanya dengan kudung dan menutup belahan dadanya itu dengan apapun yang memungkinkan, termasuk juga lehernya, sehingga sedikitpun tempat-tempat yang membawa fitnah ini tidak terbuka yang memungkinkan dilihat oleh orang-orang yang suka beraksi dan iseng.

c. Firman Allah: "Dan hendaknya mereka itu tidak menampak-nampakkan perhiasannya terhadap suami atau ayahnya." (an-Nur: 31)
Pengarahan ini tertuju kepada perempuan-perempuan mu'minah, dimana mereka dilarang keras membuka atau menampakkan perhiasannya yang seharusnya disembunyikan, misalnya: perhiasan telinga (anting-anting), perhiasan rambut (tusuk); perhiasan leher (kalung), perhiasan dada (belahan dadanya) dan perhiasan kaki (betis dan gelang kaki). Semuanya ini tidak boleh dinampakkan kepada laki-laki lain. Mereka hanya boleh melihat muka dan kedua tapak tangan yang memang ada rukhsah untuk dinampakkan.

LARANGAN INI DIKECUALIKAN UNTUK 12 ORANG
1. Suami. Yakni si suami boleh melihat isterinya apapun ia suka. Ini ditegaskan juga oleh hadis Nabi yang mengatakan: "Peliharalah auratmu, kecuali terhadap isterimu."
2. Ayah. Termasuk juga datuk, baik dari pihak ayah ataupun ibu.
3. Ayah mertua. Karena mereka ini sudah dianggap sebagai ayah sendiri dalam hubungannya dengan isteri.
4. Anak-anak laki-lakinya. Termasuk juga cucu, baik dari anak laki-laki ataupun dari anak perempuan.
5. Anak-anaknya suami. Karena ada suatu keharusan untuk bergaul dengan mereka itu, ditambah lagi, bahwa si isteri waktu itu sudah menduduki sebagai ibu bagi anak-anak tersebut.
6. Saudara laki-laki, baik sekandung, sebapa atau seibu.
7. Keponakan. Karena mereka ini selamanya tidak boleh dikawin.
8. Sesama perempuan, baik yang ada kaitannya dengan nasab ataupun orang lain yang seagama. Sebab perempuan kafir tidak boleh melihat perhiasan perempuan muslimah, kecuali perhiasan yang boleh dilihat oleh laki-laki. Demikianlah menurut pendapat yang rajih.
9. Hamba sahaya. Sebab mereka ini oleh Islam dianggap sebagai anggota keluarga. Tetapi sebagian ulama ada yang berpendapat: Khusus buat hamba perempuan (amah), bukan hamba laki-laki.
10. Keponakan dari saudara perempuan. Karena mereka ini haram dikawin untuk selamanya.
11. Bujang/orang-orang yang ikut serumah yang tidak ada rasa bersyahwat. Mereka ini ialah buruh atau orang-orang yang ikut perempuan tersebut yang sudah tidak bersyahwat lagi karena masalah kondisi badan ataupun rasio. Jadi yang terpenting di sini ialah: adanya dua sifat, yaitu mengikut dan tidak bersyahwat.
12. Anak-anak kecil yang tidak mungkin bersyahwat ketika melihat aurat perempuan. Mereka ini ialah anak-anak yang masih belum merasa bersyahwat. Kalau kita perhatikan dari kalimat ini, anak-anak yang sudah bergelora syahwatnya, maka orang perempuan tidak boleh menampakkan perhiasannya kepada mereka, sekalipun anak-anak tersebut masih belum baligh.

Dalam ayat ini tidak disebut-sebut masalah paman, baik dari pihak ayah ('aam) atau dari pihak ibu (khal), karena mereka ini sekedudukan dengan ayah, seperti yang diterangkan dalam hadis Nabi: "Pamannya seseorang adalah seperti ayahnya sendiri." (Riwayat Muslim)
BUAH DARI MENUNDUKKAN PANDANGAN
a. Menjadikan Pikiran Jernih.
Alam pikiran manusia tidak terjadi dengan sendirinya. Tidak pula ditentukan sewenang-wenang oleh Allah. Yang bisa membentuknya adalah si empunya pikiran sendiri, melalui pemrosesan data dan informasi dalam otak. Informasi itu masuk melalui panca indera. Apa yang dilihat, didengar, dicium, disentuh dan dirasa, semuanya akan terekam di dalam otak. Ada yang cepat hilang dan dilupakan, ada yang lekat sampai tua. Semakin banyak dan semakin sering data dimasukkan, semakin besar pula kemungkinannya untuk tertanam tajam dalam memori, lalu membentuk pola pikir seseorang.

Proses pembentukan pola pikir itu bisa berjalan walau tanpa dikehendaki pemiliknya sendiri. Karena itu sangat penting untuk memperhatikan apa-apa yang didengar dan dilihat demi menjamin kebersihan hati dan pikiran. Menjaga pandangan adalah salah satu sarananya.Pikiran yang jernih akan menghasilkan keputusan-keputusan yang sehat dan tepat. Tentunya ini akan sangat bermanfaat bagi semua pihak.

b. Mempertajam Hati Nurani.
Pola pikir yang telah terbentuk, lama-kelamaan akan mempengaruhi standar nurani seseorang. Hati bisa menjadi keras bila dalam kurun cukup lama tidak dilatih dekat dengan Allah lantaran pola pikirnya tidak mendukung. Proses perubahan suasana hati itupun bisa berjalan tanpa disadari.

Sebaliknya jika mata terjaga, begitu pula indera yang lain, hati pun ikut terjaga kebersihannya, sehingga hati terselubungi oleh cahaya keimanan dan terjauhkan dari kegelapan, seperti firman Allah, "Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lobang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar." (An-Nur: 35)

c. Senantiasa Dzikir Kepada Allah.
Pola pikir kotor yang mulai meracuni hati dapat diselamatkan jika seseorang masih mampu mengingat Allah banyak-banyak. Ini ibarat sebuah perang antara kebersihan hati yang didasarkan pada ingat kepada Allah dengan pola pikir kotor yang berdasarkan hawa nafsu. Dengan menundukkan pandangan, seseorang akan lebih mudah mengingat Allah sehingga memberinya kekuatan kepada hati untuk memerangi pengaruh negatif yang disodorkan pikiran kotor dan hawa nafsu. Telah berfirman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi 28, ".... Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya melewati batas."

d. Mencegah Sikap Liar.
Liar artinya tak bisa dikendalikan. Sikap ini gampang muncul bila tidak ada niatan dari yang bersangkutan untuk mengendalikan dirinya. Prosesnya bisa dimulai dari hal-hal sepele, misalnya mulai menganggap remeh perintah Allah. Kian lama kian berani melanggar larangan dan mengabaikan anjuran, hingga akhirnya keyakinanpun bisa goyah. Menjaga pandangan merupakan salah satu sarana latihan mengendalikan diri.

e. Melihat Dengan Fitrah Bashirah
Setiap orang memiliki bashirah yang dapat membedakan kebaikan dari keburukan. Apabila intuisi ini dipelihara, dirawat, dan dijaga maka ia akan berfungsi banyak bagi pemiliknya. Apalagi jika seseorang selalu menjaga pandangan matanya, sehingga dapat membersihkan hati maka intuisi bukan sekedar terpelihara melainkan terasah semakin tajam. Sebaliknya, jika intuisi tidak terpelihara gara-gara hati tidak bersih, maka ukuran benar salah menjadi rancu baginya. Fitrahnya rusak, sehingga hatinya lebih sulit diajak meniti jalan kebenaran.

LANGKAH -LANGKAH MENJAUHKAN DIRI DARI FITNAH AN-NAZHAR
Jauh empat belas abad yang lampau Rasulullah telah mengingatkan kita dengan sabdanya : "Tiada suatu fitnah (bencana) sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum pria selain daripada wanita." (Muttafaqun `Alaih).
Rasulullah juga bersabda:"Sesungguhnya dunia itu manis nan menawan, dan sesungguhnya Allah memberikan penguasaannya kepada kamu sekalian, kemudian Dia melihat apa yang kamu kerjakan. Maka berhati-hatilah kamu terhadap (godaan) dunia dan wanita, karena sesungguhnya sumber bencana Bani Israil adalah wanita." (H.R. Muslim)

1. Meyakini tentang perintah Allah berkenaan dengan perintah untuk menundukkan pandangan (ghadhdhul bashar) dan larangan melepaskan pandangan kepada hal-hal yang haram. Diantaranya firman Allah: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. 24:30)

"Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak Adam mendapat bagian dari zina, tidak boleh tidak, zina kedua mata ialah memandang, zina lidah ialah perkataan, dan zina hati ialah keinginan dan syahwat, sedang faraj (kemaluan) saja yang menentukan benar ataau tidaknya dia berbuat zina." (Muattafaqun `Alaih)

Dari Jarir bin Abdillah z berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah mengenai "pandangan yang tiba-tiba", maka beliau bersabda :"Palingkan pandanganmu." ( H.R. Muslim dan Abu Daud, lafadz hadits Abu Daud) Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda:"Jangan kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya), pandangan pertama untukmu, dan tidak untuk yang pandangan kedua." ( H.R. Tirmidzi dan Abu Daud, Tirmidzi dan AlBani menilai hadits ini hasan.) Yang dimaksud dengan pandangan pertama adalah pandangan yang terlontar tanpa sengaja.

2. Berlindung kepada Allah dan berpaling dari fitnah nazhar ini, serta mengikat diri terhadap syahwat pandangan sebagai tindakan pencegahan untuk melindungi diri dari kejahatan fitnah tersebut. Dalam hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim : "Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali yang Aku beri hidayah (petunjuk), maka mintalah petunjuk itu dari-Ku niscaya kalian akan Ku tunjuki." Firman Allah : "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. 2:186)

Beliau berdoa :"Ya Allah, jadikanlah bagi kami dari rasa ketakutan kami terhadap-Mu sebagai dinding pemisah antara kami dengan kemaksiatan kepada-Mu." ( H.R. At-Tirmidzi dan Al Bani menilai hadits ini hasan.)

Beliau juga berdoa : "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bahaya pendengaranku, penglihatanku, lidahku, hatiku dan maniku." (H.R. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Bani.)

3. Pada prinsipnya kita mengetahui dan menyadari, bahwa pada situasi dan kondisi bagaimana pun Anda tidak memiliki hak khiyar (pilihan) dalam perkara ini. Kita wajib menundukkan pandangan kita terhadap hal-hal yang diharamkan, di seluruh tempat, waktu dan kondisi. Tidak ada alasan bagi kita untuk ikut tergelincir pada kerusakan moral dan membebaskan diri dari kesalahan dengan adanya situasi dan kondisi yang merangsang kita melakukankan fitnah tersebut. Firman Allah :"Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (QS. 33:36)

4. Menghadirkan pengawasan Allah dan keluasan ilmu-Nya sehingga kita merasa takut dan malu kepada-Nya ketika ada kesempatan berbuat dosa. Firman Allah : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (QS. 50:16) "Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati". (QS. 40:19) Rasulullah bersabda : "Saya wasiatkan kepadamu, hendaklah kamu malu (berbuat dosa) di hadapan Allah seperti kamu malu (berbuat dosa) di hadapan seorang yang shalih dari kaummu." H.R. Al Hasan bin Sufyan, Ahmad dalam kitab Az Zuhud dan dishahihkan oleh Al Bani.

5. Kita menyadari bahwa kedua mata kita akan menjadi saksi di Yaumil Hisab kelak atas apa yang kita lihat selama hidup di dunia. Firman Allah : "Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan." (QS. 41:20)

Dalam shahih Muslim dari Anas berkata:"Pada suatu hari kami sedang bersama-sama Rasulullah kemudian beliau tertawa, maka beliau bertanya : "Apakah kalian mengetahui apa yang menjadikan saya tertawa ?", kami menjawab : "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah n bersabda : (Seorang hamba bertanya kepada Rabbnya : "Wahai Rabbku bukankah kamu berjanji untuk melindungiku dari tindakan kezhaliman, Allah l menjawab : "Benar". Kemudian hamba tersebut berkata : Saya tidak memperkenankan (perhitungan) atas diri saya kecuali dihadirkan saksi dari diriku sendiri". Allah berkata: "Cukuplah bagimu saksinya dirimu sendiri pada hari ini dan para Malaikat pencatat. Maka mulutnya terkunci dan diperintahkan kepada seluruh anggota tubuhnya untuk berbicara, maka anggota tubuhnya menceritakan seluruh perbuatannya, lalu orang tersebut dipersilahkan untuk berbicara,ia berkata: menjauhlah engkau (kepada anggota tubuhnya) selanjutnya ia berdebat dengannya." Dari sini telah menjadi jelas bahwa mata yang anda tundukkan dari hal-hal yang haram akan memberikan persaksian terhadap anda di hari Qiamat maka ikatlah ia dari hal-hal yang haram.

6. Mengingat eksistensi Malaikat yang bertugas mencatat segala perbuatan anda. Firman Allah :"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. 50:18)
"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. 82:10-12)
7. Mengingat bahwa bumi yang kita pijak akan memberikan persaksian atas seluruh peristiwa kemaksiatan yang terjadi diatasnya. Allah l berfirman mengenai ihwal bumi pada Hari Qiamat kelak : "Pada hari itu bumi menceritakan beritanya." (QS. 99:4) Nabi menafsirkan ayat ini dengan sabdanya : "Akhbaaruhaa (beritanya) yaitu dengan bumi ini bersaksi atas setiap manusia dan umat terhadap setiap perbuatan yang dilakukannya di permukaan bumi, dengan berkata : (Dia melakukan ini dan begini, pada hari ini dan ini)". H.R. At Tirmidzi, dan berkata : "Hadits hasan shahih".
8. Ingatlah bahwa bidadari yang menyejukkan mata menunggu para penghuni surga, dari Abu Hurairah dari Nabi : "Setiap lelaki penduduk syurga memiliki dua istri dari bidadari yang cantik jelita, setiap bidadari memiliki 70 pakaian, tampak sumsum betisnya dari belakang daging.

Pandangan Ikhwan Dalam Keberagaman Etnis dan Agama

Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam menanggapi berbagai isu selalu dalam bingkai aturan, rambu dan prinsip yang jelas bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunah. Diantara sikap mereka adalah sikap terhadap orang-orang Kristen Koptik sebagai sesama warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Ditambah beberapa sikap Ikhwan terhadap isu-isu kekinian sudah ditegaskan dalam etika perjuangan sejak tahun 1928. Artinya, sikap-sikap itu sudah terdata dan jelas sekali, tidak ada keraguan didalamnya.

Akan tetapi sejumlah tulisan tak bertanggungjawab biasanya menggunakan kesempatan untuk melakukan kampanye hitam atas prinsip-prinsip Jama’ah.
Menghadapi kampanye murahan ini, Jama’ah mengatakan kepada para penyeru kampanye itu seperti arahan Mursyid ‘Am Ikhwan, asy-Syahid Hasan Al-Banna yang menyatakan;”…. Atau seseorang yang berburuk sangka kepada kami dengan berbagai keraguannya. Ia tidak memandang kami selain dengan pandangan buruk semata, tidak berbicara tentang kami selain dengan bahasa orang yang tak suka dan buruk sangka. Orang semacam kami selalu mendo’akan kepada Allah ta’ala, untuk kami dan untuk dia, semoga Allah menunjuki kebenaran kepadanya dan kepada kami serta memberikan kepada kami untuk bisa mengikutinya. Dan menunjukkan kepada kami kebatilan adalah kebatilan semata, semoga Allah membimbing kami agar dijauhkan dari kebatilan tersebut. Kami terus mendakwahinya tanpa jenuh karena Allah ta’ala selalu menjadi harapan kami. Seperti yang difirmankan oleh-Nya dalam Al-Qur’an yang artinya; ”Sesungguhnya engkau (hai Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai, namun Allah yang memberikan hidayah (petunjuk) kepada orag yang Ia kehendaki.”

Berikut ini kami paparkan sikap Jama’ah terhadap isu etnis dan beragam agama seperti sikap Jama’ah atas isu-isu lainnya;

Sikap Umum Terhadap Muslim dan Non Muslim

Sikap ini bukanlah transisi atau pilihan untuk memilih yang lebih baik, namun sebuah sikap yang bersumber dari Islam, khususnya Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ikhwan melihat bahwa manusia semuanya membawa kebaikan, siap mengemban amanah dan konsisten di jalan kebenaran. Ikhwan tidak disibukkan dengan mengkafirkan seseorang walaupun terjerumus dalam kemaksiatan, mereka melihat orang yang nampak diluarnya saja. Sedangkan masalah hati, itu rahasia Tuhan. Dia yang memberi ketaqwaan jiwa dan menghitung setiap apa yang dilakukan jiwa tersebut.
Ikhwan selalu mengatakan bahwa kami adalah para da’i dan bukan hakim, tak pernah sedetikpun untuk memikirkan membenci seseorang yang berlainan agama dan keyakinannya. Sebagaimana yang diajarkan oleh agama kita; “Tidak ada paksaan dalam beragama.”

Sikap Ikhwan terhadap orang-orang Kristen di Mesir dan dunia Arab adalah sikap yang jelas, lama dan sudah dikenal. Hak dan kewajiban mereka sama dengan kami, mereka sekutu di tanah air dan saudara dalam perjuangan nasional sejak lama. Mereka memiliki hak sebagai warga negara, baik material maupun spiritual, hak sipil dan politik, berbuat baik dan bekerjasama dengan mereka dalam hal kebaikan. Barangsiapa yang mengatakan diluar itu, maka kami berlepas diri dari apa yang ia ucapkan.
Islam sejak diturunkan wahyu kepada Rasulullah SAW menilai perbedaan manusia sebagai sebuah realita alam dan kemanusiaan. Sistem politik, sosial dan kebudayaan dibangun atas dasar perbedaan dan keberagaman ini. “Dan Kami jadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal.”

Keberagaman ini dalam konteks Islam berarti mengakui orang lain, dan ini berarti harus ada kesiapan diri dan persepsi untuk menggandeng orang lain karena memiliki kebaikan, kebenaran dan kemaslahatan. Hal itu tidak lain berdasarkan sebuah riwayat yang artinya: “Hikmah adalah sesuatu yang hilang dari seorang mukmin, kapan saja ia menemukannya ia adalah orang yang paling berhak dari yang lainnya.”

Oleh karena itu, sangatlah zalim orang yang menyebut Islam dan umatnya sebagai jama’ah yang tertutup meninggalkan dunia, tidak memiliki take and give terhadap bangsanya. Ikhwan kembali menegaskan akan komitmennya terhadap pandangan Islam ini dan mengingatkan kepada para pengikutnya agar setiap mereka, dalam ucapan dan pikiran, menjadi simbol bagi konsep ini. Menyatukan dan disatukan. Membuka hati dan pikirannya terhadap semua orang, tidak menganggap dirinya lebih atas orang lain. Tangannya terbuka bagi semua orang dalam hal kebaikan, kecintaan dan kejernihan hati. Ia memulai semuanya, baik ucapan dan perbuatan, dengan ucapan salam dan perdamaian. Dengan cara ini, Rasulullah SAW menjadi pemimpin bagi seluruh alam dan dengan ini saja orang bisa loyal kepadanya serta kepada kebenaran yang datang darinya. Kalaulah kamu berkeras hati, tentu mereka akan kabur dari kamu. Itu adalah peringatan untukmu, buat umatmu dan kamu sekalian akan ditanya.

Al-Ikhwan Al-Muslimun
Kairo, 30 Dzulqaidah 1415/ 30 April 1995

Kesatuan Nasional

Syariat Islam membolehkan non muslim untuk menjalankan secara bebas agama, keyakinan dan syiarnya masing-masing.
Risalah Imam Al-Banna dan buku-buku Ikhwan secara umum, mempertegas pemahaman ini dan berusaha mempertajamnya di kalangan orang berdasarkan kaedah yang disepakati oleh para ahli fiqh tradisional; mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kita.
Hubungan antara Ikhwan dan Nasrani tergolong lama dan baru, model yang unik dan gaya yang istimewa menunjukkan hubungan kuat di antara mereka. Belum pernah terjadi tindakan-tindakan yang bisa mengotori kebersihan hubungan ini. Hal mana mengingatkan kita akan peristiwa mengejutkan, yaitu sejumlah pendeta asal Qina, selatan Mesir pada tahun 40-an meminta perdana menteri saat itu untuk menerapkan syri’at Islam setelah mereka mendengar ceramah Imam Al-Banna seputar keistimewaan syari’at Islam yang berisikan jaminan terhadap hak, keamanan dan kestabilan bagi non muslim.

Ikhwan melihat bahwa kewarganegaraan yang diberikan oleh negara kepada rakyatnya telah menggantikan kedudukan “ahlu dzimmah”. Kewarganegaraan ini dasarnya adalah keikutsertaan utuh dan persamaan dalam hak dan kewajiban. Tinggal masalah yang terkait dengan status pribadi seperti nikah, talaq, warisan dll, itu diserahkan kepada keyakinan masing-masing penduduk.

Dalam kaitan kewarganegaraan ini, agar masyarakat mendapatkan akses kemampuan dan kapasitas anggotanya, Ikhwan melihat bahwa orang-orang Nasrani bisa menjabat, selain sebagai kepala negara, semua jabatan lain seperti penasehat, kepala kantor bahkan menteri sekalipun. Ikhwan juga melihat bahwa keberagaman ini sebagai faktor kekuatan dan kekayaan, bukan faktor pemecahbelah.
Rasulullah SAW bersabda:

" أيها الناس إن ربكم لواحد، وإن أباكم واحد كلكم لآدم وآدم من تراب، لا فضل لعربي على أعجمي ولا لأبيض على أحمر إلا بالتقوى.).. رواه أحمد وأبونعيم في الحلية، والطبراني في الأوسط والبزار، وقال الهيثمي رجال البزار رجال الصحيح.

“Hai manusia, Tuhanmu itu satu, bapakmu juga satu, setiap kamu dari Adam dan Adam dari tanah. Tidak ada keutamaan bagi Arab atas orang non Arab, juga bagi si putih atas si merah, kecuali dengan ketaqwaan.” (HR. Ahmad dan Abu Nu’aim di kitab “al-Hilyah”, Tabrani dalam kitab “al-Ausath” juga oleh al-Bazzar. Imam al-Haitsami mengatakan bahwa orang-orang al-Bazzar adalah perawi-perawi hadits shahih)

Dalam kaitan kaedah ini, Ikhwan menyikapi isu tersebut dalam koridor berikut ini:

1- Tidak ada paksaan dalam agama, setiap orang memiliki hak untuk menjalankan praktek agamanya sesuai dengan aturan umum yang dipakai oleh masyarakat.
2- Sama-sama dalam meraih kesempatan hidup dan sama di depan hukum adalah hak mutlak bagi semua penduduk tanpa melihat etnis, warna kulit, bahasa ataupun agama apapun.
3- Status pribadi untuk minoritas diserahkan kepada syariat dan keyakinan masing-masing. Kecuali kalau memang mereka mau menjadikan syari’at Islam sebagai tempat rujukan mereka, itu dikembalikan kepada mereka.
4- Non muslim digolongkan mendapatkan hak dalam mayoritas muslim jika berhukum dengan syari’at Islam.
5- Jama’ah melihat bahwa pondasi hidup bersama (koeksistensi) di masyarakat memiliki 4 hal:

Pertama: menghormati dan mengakui orang lain serta berinteraksi dengannya. Bagi kita selaku umat Islam ini adalah masalah legitimasi, mencakup perbedaan agama dan politik, sesuai pembagian sekarang ini. Allah ta’ala telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih, iman atau kafir. Walau demikian Allah ta’ala tidak membeda-bedakan antara kafir dan mukmin dalam pembagian rezeki. Akan tetapi Allah ta’ala menjelaskan bahwa iman itu adalah ikatan kuat yang tidak akan terpisah. Allah ta’ala mengajaknya kesana dan memberikan dorongan ke jalan iman. “Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thogut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-baqarah: 256).
Kedua: moral (akhlaq). “Dan sesungguhnya kamu (hai Muhammad) berahlaq mulia.” (QS. Al-Qalam: 4).
Ketiga: keadilan. “Dan Kami turunkan bersama mereka, Al-Kitab (Al-Qur’an) dan al-Mizan (As-Sunnah) untuk menegakkan keadilan di kalangan manusia.” (QS. Al-Hadid: 25). Dua pondasi ini (moral dan keadilan) yang disebutkan dalam Al-Qur’an; “Allah tidak melarang kamu terhadap orang-orang yang tidak memerangi agama kamu dan tidak mengusir dari rumah kamu, untuk berbuat baik kepada mereka dan berlaku adil. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8).
Keempat: kerja sama. Tentu tidak ada artinya bila hidup bersama ini tidak dibarengi dengan kerja sama antar anggota masyarakat untuk mewujudkan kepentingan bersama. Bahkan Allah ta’ala menjelaskan bahwa kerja sama ini sebuah tuntutan walaupun dilakukan dengan orang-orang musyrik. “….Dan jangan sampai kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam hal (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, serta janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2).
****

Ikhwan dengan Kristen Koptik, Sebagai Contoh
Koptik Dalam Pemikiran Al-Banna

Ketika kita berbicara tentang Koptik dan pandangan Al-Banna tentang mereka, kita harus memahami bahwa beliau adalah pendiri bagi sebuah pemikiran. Beliau ingin mengungkap prinsip dan yang tidak ketahui oleh masyarakat umum. Sebagaimana diketahui, aliran Islam saat itu, seperti ungkap Ust. Tareq Bishri, pada fase sejarah yang menuntutnya untuk mengokohkan prinsip-prinsip umum, bukan di fase penyelesaian masalah-masalah yang tidak prinsipil.
Maka apa yang disampaikan oleh Al-Banna tentang Koptik atau isu-isu lainnya tidak jauh dari logika di atas. Berbagai sarana beliau gunakan, seperti konfrensi, ceramah, tulisan makalah, pergi ke desa atau unjuk rasa dan dengan cara beliau yang khas mengajak bicara semua pihak. Dengan pemahaman yang mengemuka kala itu dan sesuai dengan yang dikenal di kalangan para pembaharu di masanya.
Tidak Ada Sektarian di Ikhwan
Dalam risalah berjudul “Ila Syabab (kepada pemuda)” Imam Al-Banna mengatakan:
“Islam sangat menghormati ikatan kemanusiaan secara umum antara anak cucu Adam, sebagaimana Islam itu datang untuk kebaikan mausia dan rahmat bagi seluruh alam. Diharamkan menyerang di antara manusia, baik dalam kondisi marah atau permusuhan. Oleh karena itu, kami tidak menyerukan perbedaan etnis dan fanatisme sektarian.”
Dalam risalah lain, “Dakwatuna fi thaurin jadid (dakwah kami dalam di era baru)” Al-Banna memandang bahwa dakwah kami bersifat mendunia karena mengajak semua orang. Dan manusia, pada asalnya, adalah bersaudara dari satu bapak. Tidak ada yang mulia di antara mereka selain dengan taqwanya dan dengan kebaikan yang dipersembahkan untuk umat manusia. “Hai manusia, takutlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari jiwa yang satu.” (QS. An-Nisa: 1).
Imam Al-Banna pernah menulis surat kepada perdana menteri Mesir tahun 1938, Muhammad Mahmud Basha. Dalam suratnya, Al-Banna meminta perdana menteri untuk penerapan syariat Islam, melarang pesta-pesta jorok dan menjalankan kewajiban. Perdana menteri menjawab denga mengataka; mungkin ada di dalam umat ada unsur lain non muslim yang tidak ingin menggunakan hukum Islam. Untuk menjawab itu, realita dan fakta sudah membuktikan bahwa unsur ini telah berinteraksi dengan Islam selama beberapa abad lamanya. Tidak pernah dilihat selama waktu itu selain keadilan yang utuh. Ucapan yang disampaikan oleh khalifah Umar bin Khatab kala bertemu dengan gubernur Mesir;”Wahai Amr, sejak kapan kamu menjadikan orang sebagai budak padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dengan status merdeka.” selalu mengiyang-iyang di telingah setiap muslim.

Imam Al-Banna dan Sistem Kewarganegaraan

Ada beberapa tudingan yang diarahkan kepada Imam Al-Banna bahwa beliau tidak memiliki ide atau pemikiran tentang sistem kewarganegaraan.
Secara aksiomatik historis harus kita akui bahwa ide jamiah islamiyah atau persaudaraan akidah bukanlah ide Al-Banna sendiri dan bukan orang yang pertama kali mendengungkannya. Ada tokoh gerakan Islam lainnya seperti Jamaludin al-Afghani, Mustafa Kamel, Khaerudin al-Tunisi, penulis Kristen Salim Bustan, salah satu pendukung negara Utsmani. Ia melihat bahwa tidak ada masalah, dalam koridor kewarganegaraan ini, agama negara itu Islam.
Seorang pemikir Koptik Kristen, Dr. Yusuf Khalel menjelaskan dengan mengatakan;”Kita tidak bisa memungkiri bahwa pengaruh agama Islam sebagai kekuatan penggerak massa hingga hari ini. Sebab Islam bukanlah sekedar agama dan keyakinan saja, akan tetapi hukum yang mencakup semua urusan agama dan dunia. Kekuatan yang menyatukan di Islam tidak datang dari loyalitas kepada keimanan bersama, namun lebih banyak kepada struktur sosial bersama dan satu methode dalam kehidupan yang dipersiapkan oleh Islam…. Bahkan, ia memandang Al-Qur’an sebagai penjaga bahasa Arab karena Al-Qur’an tidak dikhususkan kepada Islam dan kaum muslimin saja, tapi juga warisan Nasrani Arab.
Sementara pemikir Kristen lain, Qistanten Razeq dalam buku kesadaran nasional terbitan tahun 1938 melihat bahwa setiap orang Arab, tanpa melihat apapun keyakinannya, harus belajar tentang Islam dan Nabi Muhammad SAW dari sisi bahwa Nabi adalah pemersatu bangsa Arab. Karena nasionalisme yang sejati tidak akan bertentangan dengan agama yang benar.
Imam Al-Banna mengartikan jamiah Islamiyah sebagai ikatan persaudaraan umat Islam yang terdiri dari berbagai etnis, bahasa dan agama. Non muslim adalah bagian dari umat universal bagi setiap orang yang memiliki loyalitas politik walaupun berbeda keyakinan.
Imam Al-Banna, dalam banyak penjelasannya menegaskan bahwa beliau tidak mempersoalkan penyerapan formula kewarganegaraan dengan segala artinya. Tanpa ada penghalang, dalam korikor umat universal, disebabkan oleh etnis, geografis dan agama.
Beliau juga melihat bahwa nasioalisme, Arabisme dan Islam merupakan area yang saling bersinergi dan bukan bertolak-belakang. Kecuali jika mereka menginginkan dengan kewarganegaraan ini adalah membagi umat kepada kelompok-kelompok yang saling bersaing dan saling cemburu. Atau ada umat yang ingin menjadikan slogan-slogan nasionalis khusus sebagai senjata untuk menghancurkan perasaan slogan yang lain. Maka jika ini yang mereka inginkan, maka Ikhwan berlepas diri dari mereka.
***

dikutip dari email : Ustad amrzi muhammad