Motivasi

Mereka yang beralasan tidak punya waktu adalah mereka yang membiarkan waktu mengatur hidupnya, bukan malah sebaliknya.

Motivasi

Masalah itu adil, ia datang kepada semua orang, tapi tidak dengan jalan keluar. Jalan Keluar hanya datang kepada mereka yang mencarinya.

Motivasi

Nasib baik tidak pernah salah memilih orang. ia memilih orang yang proaktif menjemputnya.

Motivasi

Hal yang perlu ditakuti saat mengkritik orang lain adalah ketika kita sendiripun tidak lebih baik dari mereka.

Motivasi

Jangan hanya tertarik dengan apa yang dicapai orang sukses, tertariklah dengan airmata yang mereka keluarkan untuk mencapainya.

Kamis, 28 Maret 2013

Tips : Untuk Para Yunior dan Senior


Penjelasan Ayat "Kabura Maqtan" | @salimafillah



Semoga Allah bimbing, semoga Dia karuniakan tuk kita semua ilmu yang barakah; berikut tentang "Kabura Maqtan"
  1. Banyak terfahami ayat "Kabura Maqtan" {QS61:2-3} sebagai ancaman bagi yang menyeru tapi belum melaksanakan. Sebagai renungan; ia baik

  2. Tapi tak seyogyanya ia menghalangi kita untuk "Berilmu Sebelum Bicara & Beramal", kemudian menyampaikan ilmu pada yang memerlukannya.

  3. Demikianlah Ibn Taimiyah yang tak menikah tetap membahas Munakahat dalam Fatawa; & Sayyid Quthb tetap mentafsir ayat-ayat rumahtangga.

  4. Sebab pada asalnya {QS61:2-3} bukan tentang halangan itu; melainkan soal kekokohan barisan jihad. Bersambung makna dengan ayat ke-4.

  5. "Hai orang-orang beriman; mengapa kalian katakan apa yang tak kalian kerjakan? Amat besar murka di sisi Allah jika.. dst." {QS61:2-3}

  6. Tafsir kedua ayat ini terkait dengan Asbab Nuzul-nya. Setidaknya ada 2 pendapat mengenai hal ini. Yang pertama dari Ibn 'Abbas, Rd'A.

  7. Bahwa ayat ini turun tentang para sahabat yang kala masih di Makkah bersemangat memerangi Musyrikin; sedang "Kuffu Aidiyakum"

  8. Tetapi ketika di Madinah & jihad diperintahkan; mereka justru mengajukan 'udzur sebab perang itu tak seperti yang mereka bayangkan.

  9. Mereka harus berhadapan dengan keluarga & kerabat tercinta. Berat. Maka Allah menegur mereka dengan lembut & tegas di {QS61:2-3} ini.

  10. Cermin tuk kita; junior yang terlalu terbakar idealita & belum terbentur realita pelik dalam da'wah agar belajar bijak & tak congkak.

  11. Pemahaman kedua; dari Ibn Mas'ud, Rd'A. Bahwa ayat ini turun tentang para sahabat yang masuk Islam lebih awal dibandingkan yang lain.

  12. Di antara mereka ada yang menyebut-nyebut amat beratnya derita & besarnya pengorbanan yang mereka berikan dalam menegakkan Islam.

  13. Allah menegur mereka agar terhindar dari 'penambahan cerita' & dari keadaan kini nan tak sesuai dengan apa yang dulu mereka tekadkan.

  14. Juga agar tak mengecilkan hati & membuat tak nyaman sahabat lain yang baru masuk Islam hingga merasa tak berharga & belum berjuang.

  15. Cermin kita; agar para senior tak mengungkit 'jayanya' masa lalu apalagi jika ditujukan untuk meremehkan & mengecilkan para junior.

  16. Agar dihindari kalimat, "Ente kagak ngerasain waktu kite awal dulu Tong; ngaji aja suse; tempatnye jauh, mesti atu-atu datengnye!"

  17. Kedua makna ini pelajaran penting bagi junior maupun senior; agar senantiasa berjihad di jalan Allah dengan menjaga harmoni barisan.

  18. Itulah makna yang diikat ayat ke-4; "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang rapi..

  19. Seakan-akan mereka adalah bangunan yang tersusun kokoh." WaLlahu A'lam. Demikian; semoga bermanfaat.

Senin, 18 Maret 2013

TIPS : BEKERJA ATAU IBU RUMAH TANGGA?


Bekerja atau Menjadi Ibu Rumah Tangga ya? kali ini saya publish Tulisan Istri Saya yang beberapa waktu lalu (Sabtu 16 Maret 2013) di Muat di Harian Malut Post...

BEKERJA ATAU IBU RUMAH TANGGA?
Oleh : Ati’ah Dyah Lestari, S.S.T.

Bismillahirrohmanirrohim.
Perempuan, selalu menarik, dalam hal apapun. Termasuk membicarakan tentang kodratnya sebagai seorang isteri sekaligus ibu. Perbincangan mengenai bekerja atau menjadi ibu rumah tangga selalu menjadi isu 'hot'  yang tak kunjung habis. Sebab, masing-masing peran, entah sebagai wanita bekerja atau irt, memiliki ruang 'dilema'nya masing-masing. Saya jadi teringat, sebuah adegan di sinetron, saat seorang mertua meminta menantu perempuannya berhenti bekerja.
"Saya masih bingung Bu, kalau saya tidak bekerja, saya ngapain ya di rumah?"
"Ya banyak, kamu bisa shopphing, perawatan di salon, memasak untuk suamimu, dan mengurus rumah"
Dua kata dalam adegan tersebut sengaja saya beri warna biru. Saya sempat tersenyum saat mendengar dialog ini, bersenang-senang, bersantai apalagi bisa perawatan dan shopping, itu semua dambaan setiap wanita. Tetapi, hakikat dalam tulisan ini tidak menuju kesana. Kita akan berbicara tentang ruang 'dilema' yang senantiasa digundahkan oleh perempuan-perempuan, termasuk saya.
Menurut saya, secara kodrati, seorang ibu pekerja atau ibu rumah tangga, kedua status tersebut tidak dapat dipilah-pilah, keduanya menyatu. Seorang ibu yang bekerja (dalam rangka mencari nafkah) juga tetap mengurus rumah. Kita telah banyak menyaksikan ibu-ibu pekerja yang begitu cekatan mengurus keluarganya, bangun pagi-pagi, membuatkan sarapan, mengurus cucian dan banyak lagi. Sebaliknya, seorang ibu rumah tangga, jelas ia juga seorang yang bekerja. Seorang ibu rumah tangga, bahkan tidak memiliki waktu untuk berhenti, di sepanjang harinya, pekerjaannya di rumah, senantiasa bertambah dan menanti.
Kalau begitu, apa yang membuat ruang 'dilema' itu muncul? dilema itu muncul, saat perbincangan mengarah kepada pemenuhan pendidikan dan hak anak. Seorang ibu yang bekerja, dihadapkan pada persoalan bagaimana mengasuh anak, memenuhi ASInya, dan lebih dari itu, memenuhi kebutuhan aspek psikologisnya. Oleh karena itu, banyak wanita bekerja yang pada akhirnya memutuskan untuk berhenti. Tetapi, permasalahannya, mungkin tidak hanya sampai disitu, sebab kenyataannya mendidik anak bukanlah persoalah mudah sehari selesai. Atau sekedar berdebat panjang tentang status sang ibu, tetap bekerja atau menjadi ibu rumahan saja. Maka, sekedar berbagi pemikiran saja, mungkin ada baiknya kita merenungkan kembali hal-hal berikut ini:

1. Untuk Apa Saya Bekerja?
Islam sangat memuliakan kedudukan wanita, hingga dengan terang benderang menyatakan bahwa kewajiban mencari nafkah diberikan kepada suami. Tetapi, dewasa ini, seorang isteri pun banyak yang turut ikut bekerja (mencari nafkah) dengan beragam alasan. Jika pun demikian, maka coba fikirkan baik-baik, dengan alasan apa kita harus bekerja (mencari nafkah) membantu suami. Baik bekerja maupun di rumah saja, masing-masing memiliki kebaikan. Dengan bekerja, selain mandiri secara finansial, membantu keuangan di rumah, memiliki banyak relasi, mengenal dunia luar, menjadi seorang profesional dan banyak lagi.
Tetapi, tidak perlu khawatir, jika pilihan itu jatuh, untuk menjadi ibu rumah tangga. Banyak kebaikan juga tersimpan disana, kebersamaan bersama anak, waktu yang banyak untuk mengurus dan melayani keluarga, lalu banyak lagi. Menjadi seorang ibu rumah tangga juga tidak serta merta membuat kita tidak mandiri secara finansial. Seorang IRT juga bisa mandiri secara finansial tanpa harus kehilangan momen berharga bersama anak-anak dan keluarga. Membuka warung/toko, mengajar privat di rumah, berjualan di dunia maya, menulis, hanyalah satu dari sekian banyak pilihan yang bisa dipilih. Seorang IRT juga bisa memiliki banyak relasi dan dunia luar, saat bisnis rumahannya bertambah maju, ikut aktif berperan dalam perkumpulan ibu-ibu semisal arisan, pengajian, PKK, Posyandu atau banyak lagi.

2. Air Susu Ibu atau Air Susu Sapi?
Jika saya ditanya, apa yang hendak saya lakukan jika saya bukan lagi seorang pegawai? barangkali, saya akan membuka sekolah, untuk anak-anak saya dan banyak anak lagi di luar sana. Membuka daycare, tempat penitipan anak atau semacam itu, bayangan yang sempurna dibenak saya. Lalu, saya sekalian saja membuka toko buku, atau warung kelontongan sederhana juga tak apa.
Bukan bermaksud mendiskreditkan seorang pegawai atau karyawan, bukan begitu. Tetapi, saya hanya ingin mengajak kita semua, untuk memiliki rencana. Jika pun tetap ingin bekerja, jadilah pengusahanya. Jadilah pemilik waktunya. Bagi yang telah memutuskan untuk berhenti bekerja, jangan khawatir, anda masih bisa memikirkan pekerjaan apa yang tepat sebagai seorang irt yang mandiri. Pakailah modal yang telah anda himpun selama bekerja, untuk membuka usaha kecil-kecilan, atau sekalian saja usaha besar jika memang modalnya besar. Bagi ibu-ibu yang bekerja full sebagai ibu rumah tangga, yang saat ini tengah kerepotan mengurus si kecil atau sibuk dengan banyaknya anak-anak, sehingga belum bisa merealisasikan keinginan untuk mandiri secara finansial. Berfokus saja dulu mengurus keluarga (jika semua kebutuhan telah terpenuhi oleh suami), kemudian bergabunglah dengan komunitas yang membangun. Olah setiap kreativitas yang dimiliki untuk dikembangkan.
Bagi yang tetap bekerja (mencari nafkah) atau apapun alasan yang mendasarinya. Ibu-ibu yang menjadikan profesinya sebagai ladang amal. Guru, perawat, dokter, dosen atau pegawai pemerintahan atau semacam itu, jika memang kesempatan, kemampuan dan keadaan memang mendudukkan kita berada disana, jalani dan syukuri. Resiko selalu ada, baik sedang bekerja atau dirumah saja.
Saya membaca status seorang ibu pekerja yang hari ini sedang kelabakan, karena hendak dinas luar, dengan catatan tidak diperkenankan membawa anak. Padahal, anaknya masih berumur bulan. Gundah gulana si ibu tentu pernah juga dirasakan oleh ibu-ibu pekerja kantoran yang lain. Saya jadi teringat status saya beberapa bulan lalu, tentang cuti melahirkan di negara kita yang hanya tiga bulan. Sementara di negara-negara lain telah lebih bijak dengan memberikan jangka cuti yang lebih panjang, untuk memenuhi kebutuhan bayi akan ASI. Tetapi, banyak juga tanggapan yang tidak sependapat dengan itu (maksud saya, jika negara kita juga ikut menerapkan cuti lebih dari tiga bulan), dan ucapan itu terlontar pula dari seorang perempuan. Maka, jangan heran jika beberapa peraturan yang dibuat terkadang tidak menguntungkan bagi ibu, yang akhirnya berujung pada tidak terpenuhinya hak anak.
Tetapi, para ibu di tahun 2012 lalu, begitu berbahagia dan berbunga-bunga setelah muncul PP ASI yang baru. Dan bagi saya secara pribadi, hal ini sangat baik dan membuat peraturan cuti melahirkan pegawai menjadi berimbang. Dalam Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 Tentang ASI, dimana dengan jelas menguraikan tentang tanggung jawab pemerintah tentang pencapaian program pemberian ASI Eksklusif yang tertuang dalam Pasal 3, 4 dan 5:
Pemerintah bertanggung jawab membina, mengawasi, serta mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat.
Maka, seharusnya tidak boleh ada pelarangan saat seorang ibu membawa bayi ke tempat kerja, meski hal ini nampaknya masih begitu tabu dan berlawanan dengan mainstream yang telah melekat di masyarakat. Sehingga tidak perlu lagi, ada ibu-ibu yang harus bercucuran airmata saat harus berangkat bekerja.
Pasal 30
(1) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI Eksklusif.
(2) Ketentuan mengenai dukungan program ASI Eksklusif di Tempat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perusahaan antara pengusaha dan pekerja/buruh, atau melalui perjanjian kerja bersama antara serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha.
(3) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 34
Pengurus Tempat Kerja wajib memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi atau memerah ASI selama waktu kerja di Tempat Kerja.
Pasal 35
Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum wajib membuat peraturan internal yang mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif.
Jika membaca cuplikan dari PP tersebut, maka jelas bahwa seharusnya tempat kerja wajib memberikan fasilitas tempat menyusui, wajib memberi kesempatan memberikan ASI Eks saat jam kerja, mendukung tercapainya program ASI Eksklusif.
Pasal 36
Setiap pengurus Tempat Kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (3), atau Pasal 34, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagi ibu-ibu pekerja yang dilema terhadap peraturan yang membelenggu seperti kasus yang dihadapi sang Ibu yang hendak dinas luar tadi, secara hukum dapat mengajukan keberatan, gugatan atau semacamnya berdasarkan PP ini, yang dikuatkan dalam pasal 36.

Butuh perjuangan untuk dapat merealisasikan peraturan Tuhan. Saya katakan demikian, sebab peraturan menyusui ini sendiri sudah jelas-jelas tertuang dalam Al-Quran. Tetapi, syukurlah jika pemerintah kita telah cukup peduli dengan membuat Peraturan Pemerintah. Dengan begitu, saat terjadi ketidaksepahaman, ibu pekerja masih dapat berkilah dengan payung hukum negara.
Tentang ASI inilah adalah ruang 'dilema' bagi ibu pekerja, melahirkan keresahan yang begitu dalam tentang pilihan, bekerja atau ibu rumah tangga?
Bagi saya, keduanya tidak ada bedanya, sama-sama hebat dan memiliki sisi baik.
Jadi tidak perlu ada dikotomi atau membanding-bandingkan kondisi keduanya, baik yang saat ini berstatus ibu pekerja maupun ibu rumah tangga.
Keduanya sama hebatnya!!

Wallohu a'lam bish showab

Dakwah Itu……………………


Dakwah Itu……………………

Dakwah itu, membina, bukan menghina…
Dakwah itu, mendidik, bukan 'mendelik'…
Dakwah itu, mengobati, bukan melukai
Dakwah itu, mengukuhkan, bukan meruntuhkan…
Dakwah itu, menguatkan, bukan melemahkan…
Dakwah itu, mengajak, bukan mengejek…
Dakwah itu, menyejukkan, bukan memojokkan..
Dakwah itu, mengajar, bukan menghajar....
Dakwah itu, belajar, bukan kurang ajar ..
Dakwah itu, menasehati, bukan mencaci maki…
Dakwah itu, merengkuh, bukan menuduh...
Dakwah itu, bersabar, bukan gusar…
Dakwah itu, argumentative, bukan provokatif..
Dakwah itu, bergerak cepat, bukan sibuk berdebat…
Dakwah itu, realistis, bukan fantastis
Dakwah itu, adu konsep di dunia nyata, bukan adu mulut dan olah kata.
Dakwah itu, mencerdaskan, bukan mencemarkan…
Dakwah itu, menawarkan solusi, bukan mengumbar janji...
Dakwah itu, berlomba dalam kebaikan, bukan berlomba saling menjatuhkan..
Dakwah itu, menghadapi masyarakat, bukan membelakangi masyarakat...
Dakwah itu, memperbarui masyarakat, bukan membuat masyarakat baru..
Dakwah itu, mengatasi keadaan, bukan meratapi kenyataan…
Dakwah itu, pandai memikat, bukan mahir mengumpat
Dakwah itu, menebar kebaikan, bukan mengorek kesalahan...
Dakwah itu, menutup aib dan memperbaikinya, bukan mengumpat aib dan menyebarkannya..
Dakwah itu, menghargai perbedaan, bukan memonopoli kebenaran..
Dakwah itu, apresiasi terhadap langkah positif, bukan mencari-cari motif….
Dakwah itu, mendukung semua proyek kebaikan, bukan memunculkan keraguan..  
Dakwah itu, memberi senyum manis J, bukan menjatuhkan vonis…
Dakwah itu, berletih-letih menanggung problema umat, bukan meletihkan umat…
Dakwah itu, menyatukan kekuatan, bukan memecah belah barisan..
Dakwah itu, kompak dalam perbedaan, bukan ribut atas nama persatuan…
Dakwah itu, menghadapi musuh, bukan mencari musuh…
Dakwah itu, mencari teman, bukan memusuhi teman…
Dakwah itu, melawan kesesatan, bukan berbicara menyesatkan…
Dakwah itu, menjulurkan tangan, bukan menjulurkan lidah…   
Dakwah itu, asyik dengan kebersamaan, bukan bangga dengan kesendirian…
Dakwah itu, menampung semua lapisan, bukan mengkotak-kotakkan…
Dakwah itu, kita mengatakan.. 'aku cinta kamu'… bukan… 'aku benci kamu..'
Dakwah itu, kita mengatakan, 'Mari bersama kami…' bukan.. 'Kamu harus ikut kami...'
Dakwah itu, dapat di masjid, di sekolah, di pasar, di kantor, di parlemen, di jalanan, hingga di tempat kebanjiran…. Dakwah bukan hanya di pengajian….!

Dakwah itu, ……asyik dah  ……… Mau ikutan?... Hayuu lah..! 

Riyadh, 1434 H

(dikutip dari milis duat oleh abdullah haidir )

Jumat, 01 Maret 2013

TIPS : SEDEKAH MESRA DI JUMAT YANG BERKAH


SEDEKAH MESRA DI JUMAT YANG BERKAH
Hatta Syamsuddin

Hari jumat memang berbeda. Rasulullah SAW pun menyebutnya dengan hari raya. Banyak amalan sunnah disyariatkan dengan pahala yang dilipat gandakan. Bahkan bukan hanya amalan yang terkait dengan ibadah dan sedekah, namun juga seputar kemesraan suami istri, atau lebih jauh lagi : berjimak (hubungan suami istri) di Jumat pagi.  Sebagian ada yang ragu-ragu tentang hal ini, sebagian yang lain menyambutnya dengan gembira dan bersemangat. Bahkan fenomena jumat mesra ini ditabuh begitu kencang di media sosial seperti facebook dan twitter. Akibatnya, banyak suami yang tambah menggebu, sebagaimana pula banyak istri yang malu-malu. Nah, perlu rasanya kita kupas sejenak tentang dalil dan hikmah dari aktifitas mesra suami istri khususnya di jumat pagi. Agar tak perlu lagi ada rasa ragu-ragu dan malu-malu dalam menjalaninya. 

Dalil berhubungan suami istri di hari Jumat
Para ulama berbeda pendapat seputar anjuran berhubungan suami istri di hari jumat. Mereka yang mendukung mengambil pendapat yang tersurat dan tersirat dalam beberapa hadits. Dua riwayat shohih menyebutkan secara tersirat (isyarat), dan ada dua riwayat lemah yang menyebutkan secara tersurat nan jelas. 

Pertama,  Riwayat Bukhori Muslim dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW  bersabda, "Barangsiapa mandi di hari Jum’at seperti mandi janabah, kemudian datang di waktu yang pertama, ia seperti berkurban seekor unta... dan seterusnya (HR. Bukhari Muslim). Ibnu Hajar menyebutkan bahwa dari hadits diatas sebagian ulama menyebutkan adanya isyarat anjuran berjimak di hari Jumat, agar dapat mandi janabah setelahnya.

Kedua, Riwayat Aus bin Aus ra yang berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa memandikan (ghosala) dan mandi (igthasala) pada hari Jum'at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia), maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun." (HR. Abu Dawud,  Al-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad dan sanad hadits ini dinyatakan shahih). Kalimat ghosala atau memandikan dalam lafadz hadits di atas, banyak diartikan oleh sebagian ulama dengan artian : memandikan istrinya yaitu membuat istrinya mandi karena berhubungan badan sebelumnya.

Ketiga, Riwayat yang lebih spesifik namun tidak terlampau kuat, disampaikan oleh Imam Suyuthi dalam Tanwir Hawalik, yaitu hadits : “Apakah tidak mampu salah seorang dari kalian untuk menjimak istrinya setiap hari Jumat ?  Maka sesungguhnya ia akan mendapat dua pahala : pahala mandinya, dan pahala mandi istrinya. (HR Baihaqi dalam Syuabul Iman dari Abu Hurairah)

Keempat, Riwayat ini memberikan keutamaan secara khusus dan diibaratkan sebagai sebuah sedekah. Dari hadits ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bertanya pada seorang dari sahabat, beliau bertanya: “ Apakah engkau hari ini telah menjenguk orang sakit ? “. Sahabat tadi menjawab : “ belum”.  Rasulullah SAW bertanya : “ apakah sudah bersedekah”. Ia menjawab : “ belum”.  Rasul kembali bertanya: “ engkau sudah sholat jenazah?” . Ia menjawab kembali : “ belum”. Rasulullah SAW kembali bertanya : “ apakah engkau sudah berjimak dengan istrimu ? “. Ia menjawab : “ belum”. Lalu Rasulullah SAW melanjutkan : “ Kalau begitu berjimaklah, karena itu sesungguhnya sedekah darimu bagi mereka (istrimu)”. (HR Thobroni dalam Al-Austah, Al-Haitsami mengatakan dalam kitab Majmu Zawaid : di dalam sanadnya ada an-Nashr bin Asim bin Hilal al-Bariqi yang aku tidak tahu, sedangkan sisanya adalah perawi terpercaya)

Nah empat riwayat diatas setidaknya yang menjadi acuan tentang anjuran bermesraan suami istri secara mendalam (berjimak), pada hari jumat pagi atau malam jumat. Tentu saja ini bukan sekedar soal hitam putih hukum dan dalil, karena secara umum ‘bersedekah’ kepada istri pada setiap waktu - kecuali yang terlarang seperti ramadhan, ihrom dan haidh-  adalah hal yang berpahala. Namun tentu perlu bagi kita untuk menelisik lebih jauh hikmah dari anjuran sedekah mesra di Jumat pagi. 

Hikmah Anjuran Berhubungan Suami Istri di Jumat Pagi
Tentu selain mendapatkan pahala kemesraan, ada beberapa hal yang menjadi hikmah dari anjuran mesra ini, para ulama seperti Ibnu Hajar juga menyebutkan beberapa hal, saya tambahkan dan lengkapi menjadi hal-hal sebagai berikut :

Pertama, Lebih menenangkan Jiwa sehingga lebih siap untuk beribadah 
Desakan gejolak seksual akan terasa sangat mengganggu bagi kaum pria, dan itu menjadi lebih tidak mengenakkan pada hari Jumat yang semestinya dioptimalkan dengan kekhusyukan beribadah. Karenanya gejolak tersebut perlu disalurkan lebih awal, agar jiwa lebih tenang pada hari yang tersisa.

Kedua, Lebih menundukkan pandangan saat di jalan
Diriwayatkan pada masa awal Islam kaum muslimah juga pergi keluar untuk mengikuti sholat Jumat berjamaah, karenanya hal tersebut menjadi ujian tersendiri bagi kaum laki-laki dalam menjaga pandangan di jalanan. Hari ini meskipun tidak banyak wanita yang mengikuti sholat Jumat di masjid, namun esensinya tak jauh berbeda karena di jalanan pun begitu mudah ditemui hal-hal yang mengganggu dan menggoda pandangan. Dengan telah berjimak di pagi hari maka hal-hal teknis semacam itu diharapkan bisa berkurang atau teratasi.

Ketiga, Lebih Sehat dan Bahagia di Hari Raya.
Hari Jumat adalah hari raya yang tidak hanya berisi ibadah semata, namun juga kebahagiaan nan penuh semangat. Karenanya dengan berhubungan badan suami istri di pagi hari, akan melahirkan sehat dan semangat yang berlebih untuk menyambut hari bahagia tersebut. Hal ini didukung dengan serangkaian penelitian soal tersebut, pakar kesehatan menyebutnya dengan morning sex. Dikatakan dalam sebuah situs kesehatan bahwa : "pasangan yang melakukan hubungan intim di pagi hari mampu meningkatkan suasana hati di siang hari. Tak hanya itu, hal ini juga mampu meningkatkan kesehatan kulit, rambut dan kuku. Estrogen kimia yang dilepaskan selama “sexy time” bisa membuat rambut lebih bersinar, kuku lebih kuat dan meningkatkan warna kulit. Para ahli juga mengatakan, tingkat testosteron pria mengalami lonjakan sepanjang malam saat tertidur, sehingga pagi hari sebenarnya para pria lebih cenderung berada dalam mood untuk bercinta. Bercinta di pagi hari juga membuat tubuh kita lebih sehat dan lebih bahagia, serta mampu membakar rata-rata 300 kalori per jam dan meningkatkan tingkat denyut jantung dan sirkulasi darah sambil menurunkan tekanan darah."

Nah, akhirnya tak ada alasan lagi untuk tidak menyambut hari Jumat dengan penuh riang gembira. Bukan hanya ada dosa-dosa kecil yang berguguran di janjikan, namun sebentuk kemesraan nyata nan berpahala juga telah menunggu untuk ditunaikan. Segera bacakan artikel ini dihadapan istri Anda tercinta ...

Semoga bermanfaat dan salam optimis. 

http://www.indonesiaoptimis.com/2013/03/sedekah-mesra-suami-istri-di-hari-jumat.html