Minggu, 02 Januari 2011

Tahun Baru 2011 : Sebuah Catatan Evaluasi "Menjemput setitik Harapan"

Melihat kondisi bangsa ini rasanya Indonesia begitu susah untuk bangkit dari keterpurukan, mengapa tidak sampai 2011 ini problem bangsa ini tak kunjung selesai, mulai dari masalah kemiskinan, busung lapar, pengangguran yang masih meningkat, korupsi terus saja terjadi, belum lagi kasus kriminal atau kasus Mutilasi yang sering terjadi , dan sebagainya
Namun ketika kita mendengar salah satu lagu Nasyid Islami yang salah satu baitnya berbunyi “bangkitlah negeriku… harapan itu masih ada” maka kita akan mencoba meyakini bahwa ditengah keterpurukan ini masih ada setitik harapan, namun bagaimana menjemput harapan itu? Apakah cukup dengan berpangku tangan? Atau sekedar menunggu harapan itu? Yang pastinya tidak, kita butuh bergerak berpindah dari satu titik ketitik yang lainnya kearah yang lebih baik. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan yaitu :

Mencoba Belajar dari setiap masalah yang menghimpit negeri ini.
Pertama Sekedar mengulang kembali bahwa sampai saat ini Budaya Korupsi tak pernah Hilang dari Bangsa ini, masalah korupsi adalah masalah klasik yang terus saja terjadi, tidak mengenal siapapun, tidak tanggung-tanggung para anggota dewan kita yang lahir di era Reformasi pun ikutan – ikutan Mencontek Budaya Korupsi ini, satu persatu mereka terseret pada Budaya ini, apakah karena tuntutan ekonomi? Tidak juga, karena kita tahu rata-rata mereka adalah orang yang berpanghasilan ”besar”, kita akan sampai pada satu titik yang sama yaitu bangsa kita kehilangan ”kejujuran”, hilangnya nilai kejujuran menyebabkan penyelewengan amanah, amanah sebagai wakil rakyat kemudian menjadi sumber penghasilan tambahan, ya hilangnya kejujuran menyebabkan kasus korupsi semakin marak terjadi, lalu bagaimana mengatasinya?? Merubah Budaya Korupsi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, menarik ketika beberapa waktu yang lalu diacara periskop Metro TV menampilkan bahwa KPK Membuat ”warung Jujur”, warung yang dibuat tanpa ada penjualnya, dimana pembeli yang mau membeli barang diwarung itu cukup meninggalkan uangnya dilaci uang dalam warung tersebut, menarik juga karena kembalian uang pembeli pun bisa diambil sendiri, sekali lagi tanpa ada penjual atau penjaga siapapun dalam warung jujur KPK tersebut, katanya warung jujur tersebut tidak dibuat untuk mencari keuntungan tapi untuk melatih para pembeli yang juga masyarakat indonesia itu untuk bisa berbuat jujur, yang anehnya dari warung jujur tersebut semenjak didirikan belum mendapatkan kerugian sama sekali atau dengan kata lain warung jujur tersebut belum pernah kemalingan atau belum ada pembeli yang iseng mengambil barang tanpa membayarnya. Jika itu benar maka titik terang itu akan datang jika saja semua element bangsa ini bisa berbuat jujur, sudah pasti korupsi bisa dikurangi secara perlahan.

Kedua seperti yang disampaikan oleh wakil presiden kita sekarang, bahwa semenjak reformasi, komunikasi antara mantan presiden dan presiden tepilih tidak pernah ada, atau dengan kata lain jika seorang presiden baru di indonesia naik, maka mantan presiden yang lama belum pernah duduk bersama menyampaikan agenda apa yang perlu dilanjutkan, yang pada masa jabatannya belum terselesaikan, justru yang ada adalah sebaliknya, mantan presiden menjadi semacam ”barisan oposisi’ yang sekedar mengkritik setiap kebijakan yang diambil oleh presiden yang sementara memimpin, yang lebih lucu lagi mantan presiden menggalang kekuatan baru untuk naik lagi menjalonkan diri pada pemilihan presiden nantinya, seandainya saja (walaupun itu sangat tidak mungkin ya) jika para mantan presiden kita bisa duduk bersama untuk saling mendukung mengusulkan solusi pencerahan bangsa ini maka yakinlah perubahan bisa saja terjadi.

Ketiga, Isu pemimpin Muda yang digulirkan belakangan ini menjadi hal yang menarik, apakah memang karena pertimbangan kondisi bangsa kita yang lagi banyak masalah dan dengan kondisi geografis yang cukup sulit sehingga kita membutuhkan pemimpin muda? Mungkin saja itu benar karena orang yang muda lebih cepat bergerak dan idenya progresif, lalu bagaimana jika pemimpin itu tua dan banyak pengalaman? Apakah mereka juga layak memimpin? Karena ada yang mengatakan orang muda belum tentu banyak pengalaman, tapi bagaimana jika kita menawarkan Pemimpin muda yang berpengalaman? Bisa saja bukan? Artinya tawaran pemimpin muda bukan dari sekedar usia dan fisik yang lebih muda tapi kita butuhkan adalah pemimpin muda yang cerdas dan berpengalaman, maksudnya dia masih muda tetapi wilayah pergerakannya telah jauh, kita lihat aja gubernur terpilih dari Jawa Barat dan NTB, mereka adalah orang – orang Muda bahkan usianya 36 – 40 tahun, tapi mereka bisa memimpin juga, artinya isu pemimpin muda bukan sesuatu yang salah karena memang kondisi memaksakan demikian, namun sudah tentu kita tidak bisa diskriminasi dalam hal ini, artinya mereka yang ”Tua” pun layak ikut dalam suatu pencalonan, tinggal rakyat aja yang memilih yang ”Tua” atau yang ”Muda”

Keempat jika semua usaha telah kita lakukan namun hasilnya masih nihil juga maka kita harus kembali melihat Firman Allah swt, ”Dan tidak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari Kiamat atau Kami siksa (penduduknya) dengan siksaan yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Lauh Mahfuz).” (QS. Al-Isra: 58). mungkin saja dosa bangsa kita terlalu besar dan kita belum kembali bertobat kepada-Nya, padahal dalam pembukaan UUD 1945 bangsa kita mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia bukan Cuma hasil jeripayah para pejuang tetapi disana ada Rahmat dari Allah swt. Bangsa ini bukan Negara Agama tapi Bangsa ini Mengakui adanya Tuhan, jadi mari kita kembali menguatkan bangsa ini dengan berlomba – lomba melaksanakan kebaikan dan mencegah segala kemungkaran, yang lebih penting lagi keterlibatan semua elemen baik anda Mahasiswa, Pengusaha, pemerintah, dan sebagainya menjadi sangat penting untuk membangun Bangsa ini, mari kita jemput harapan itu, bankit Negeriku... harapan itu Masih ada....!!!

”Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebaikan (amal shaleh), bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

.....Allahuallam Bissawab

0 komentar:

Posting Komentar