Sabtu, 29 Januari 2011

Kesibukan yang Sia-Sia


oleh Midori Hanazaki pada 29 Agustus 2009 jam 20:27

“Jika kesibukan dapat menimbulkan kelelahan, maka waktu luang akan dapat menimbulkan kerusakan”
Apa kesibukan yang sering menghabiskan waktumu wahai saudaraku? Berapa menit kita shalat? Berapa jam kita bekerja? Berapa jam kita menonton televisi? Berapa majelis kita bikin gosip setiap hari? Berapa orang yang kita kunyah daging mentahnya dengan ghibah setiap harinya? Astaghfirullah…begitu banyak waktu habis tanpa amal. Padahal, seorang ulama sekadar membatin hal negative saja segera menghukum dirinya.

Hasan bin Hannan melewati sebuah rumah yang selesai dibangun. Beliau berkata, “Kapan rumah ini dibangun?” kemudian beliau menegur dirinya sendiri, “Mengapa engkau tanyakan sesuatu yang tak berguna untuk dirimu? Akan kujatuhkan sanksi dengan puasa setahun”(diluar waktu yang diharamkan puasa)…Subhanallah

SPORTIF. Itulah cara benar menjadi besar. Berani menghukum kelalaian diri agar tak mengulangi kesalahan yang serupa. Efektif, tepat sasaran. Mengapa harus berkomentar pada hal-hal yang tidak relevan? Sia-sia. “Barang siapa tidak menyibukkan diri dalam kebaikan, niscaya akan disibukkan dalam keburukan” ITULAH JEBAKAN KEKOSONGAN. “Tidak adanya kesibukan bagi kaum pria membawa kepada kelalaian, sedang kaum wanita akan membawa kepada hal-hal yang memuaskan syahwatnya”, kata Umar bin Khatab.

Bagaimana dengan kita? Berapa banyak sampah kita masukkan dalam hati dan otak kita setiap hari? Berapa banyak dosa kecil yang dibiasakan sehingga menjadi habbit, karakter, dan kultur. Kalau sahabat dan para salafus shalih bertemu saling muraja’ah hafalan Qur’an. Kini beda, saat bertemu kita mewiridkan jumlah kekayaan, jenis hiburan, dan aneka tontonan. Na’udzubillah…

INTROPEKSI. Belajar pada Umar atau melatih rasa bersama Hasan bin Hannan agar tak terjerumus pada perkara melenakan, membuat keras hati, mengeruhkan pikiran, mengotori jiwa serta menjauhkan dari kebaikan.

Sebaik-baik kesibukan adalah membaca Qur’an. Sebaik-baik teman duduk adalah buku. Sebaik-baik tempat hiburan adalah perpustakaan. Sebaik-baik majelis adalah halaqah zikir dan ilmu. Sebaik-baik pengawal adalah amal. Sebaik-baik sahabat adalah yang mengingatkanmu untuk taat kepada Allah, bahkan dengan melihatnya akan ingat kepada Allah. Subhanallah wal Hamdulillah wa laa ilaaha illallaahu Allahu akbar.

Begitulah sedikit bacaan dalam sebuah buku yang begitu menggugah saya. Mengapa? Karena hal tersebut sangat dekat dengan kita dan sering tidak kita sadari. Dan saya melihat fenomena ini banyak terjadi (pengalaman pribadi dan lingkungan sekitar), ironinya bahkan semakin meningkat. Mungkin kita tak sehebat para tokoh di atas (Umar dan Hasan bin Hannan). Namun dengan melihat semangat dan militasi mereka yang subhanallah, minimal kita bisa termotivasi untuk lebih baik dan meningkatkan penjagaan diri ini. Melihat seuatu sesuai proporsinya, jgn berlebihan (bhs gaulnya plizz dech jgn lebay:) tp sesekali gpp sih, tp jgn jd kebiasaan lho ^_*

Apalagi saat ini kita berada dalam bulan penuh berkah, dimana pahala dilipatgandakan (bukan berarti setelah Ramadhan selesai, selesai juga semangat kita). Apa mau kita menyia-nyiakannya berlalu begitu saja, bahkan tak ada jaminan kita kan bertemu Ramadhan berikutnya. Mau dapet yang minimal or maksimal?(kalo duit aja mau yang banyak :D).

Hayo-hayo isi waktu sebaik mungkin untuk hal yang bermanfaat. Dzikir, tilawah, tadabur, tarawih, I’tikaf, sedekah, baca buku, sialturahim dan masih buanyak lagi seabreg, bahkan bekerja or kuliah juga mendapat pahala asal atas dasar mengharap ridhoNya. Kesia-siaan pun tak kalah seabregnya bahkan lebih banyak, mau kasih contohnya?. Anehnya kalo diliat2 nih kok jama’ah tarawih semakin lama kok semakin berkurang, tapi keramaian meningkat di mol and pusat-pusat perbelanjaan (tu salah satu tanda kita belum bisa menahan nafsu jg lho, bedakan mana kebutuhan mana keinginan), he he ne biasana sih cewek, hayo kena deh ^_^V

“Kesia-siaan itu bagai buaian yang melenakan namun mematikan”, jangan sampai kita menyesal namun sudah terlambat, bersegeralah =]

(Sebuah kontemplasi bagi diri ini)

0 komentar:

Posting Komentar