Rabu, 02 Februari 2011

Ciri-ciri Pemimpin Yang Berprinsip

Pemimpin berprinsip adalah pemimpin yang efektif dan membawa kemajuan.
Ciri-ciri pemimpin berprinsip mempunyai 8 ciri:

1. Mereka Terus Belajar

Mereka selalu belajar dari pengalaman. Membaca, mengikuti pelatihan dan kursus, mendengar orang lain, selalu ingin tahu, selalu bertanya. Mereka mengembangkan keterampilan baru, minat baru. Energi untuk belajar dan bertumbuh muncul dengan sendirinya dan akan mengisinya sendiri pula

2. Mereka Berorientasi pada Pelayanan

Orang-orang yang berprinsip melihat kehidupan sebagai suatu misi, tidak sebagai karir. Sumber-sumber pertumbuhan mereka untuk melayani, memikirkan orang lain. Segala usaha akan mubazir apabila tidak disertai rasa tanggung jawab, pelayanan, sumbangsih dan adanya beban yang harus dipikul. Hadits. Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

3. Mereka Memancarkan Energi Positif

Air muka orang-orang berprinsip itu riang, menyenangkan dan bahagia. Sikap mereka optimis, positif dan bergairah. Semangat mereka antusias, penuh harap, mempercayai.
Energi positif ini merupakan aura yang mengelilingi mereka dan juga mengisi atau merubah energi negatif disekitar mereka. Mereka juga menarik dan memperbesar medan-medan energi positif yang lebih kecil. Apabila mereka bertemu dengan sumber energi negatif yang kuat, mereka akan menetralisir atau menyingkiri energi negatif tersebut.

4. Mereka Mempercayai Orang Lain

Orang-orang berprinsip tidak bereaksi berlebihan pada prilaku negatif, kritikan atau kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat ketika menemukan kelemahan-kelemahan orang lain
Mereka menyadari bahwa perilaku dan potensi adalah dua hal yang berbeda. Mereka percaya orang mempunyai potensi yang tak nampak. Mereka mensyukuri kelebihan mereka dan merasa wajar untuk dengan tulus memaafkan dan melupakan kekasaran orang lain. Mereka tidak berkeluh kesah. Mereka tidak mau mencap orang lain, mencirikan mereka, mengkotak-kotakan dan berprasangka. Mereka lebih memilih untuk melihat potensi terpendam pada setiap orang dan memahami proses untuk membuat potensi itu terwujud.



5. Mereka Hidup Seimbang (Tawazun)

Mereka aktif dalam kegiatan sosial dan mempunyai banyak teman dan beberapa teman kepercayaan. Secara intelektual aktif dan mempunyai banyak minat. Mereka membaca, melihat, mengamati dan belajar. Dalam batas-batas umum dan kesehatan, mereka aktif secara fisik. Mereka menikmati saat-saat menyenangkan. Mereka bergembira. Mereka mempunyai selera humor yang sehat (khususnya dapat menertawakan diri sendiri dan bukan orang lain). Anda dapat merasakan bahwa mereka memiliki rasa hormat yang sehat dan kejujuran pada diri mereka sendiri.

Mereka sadar akan martabat mereka sendiri, yang terlihat dalam semangat dan integritas mereka dan dalam sikap mereka yang tidak perlu menyombongkan diri, memutuskan hubungan, berlindung dibalik harta milik, identitas atau gelar atau prestasi terdahulu. Mereka terbuka dalam berkomunikasi, sederhana, lugas, tidak manipulatif. Mereka juga dapat merasakan apa yang patut, bagi mereka lebih baik kurang dari pada berlebih-lebihan.

Tindakan dan sikap mereka seimbang dengan situasi-seimbang, tidak berlebihan, menguasai diri, dan bijak. Sebagai contoh, mereka tidak gila kerja, tidak ekstrem dalam beragama, bukan orang diet berlebihan, bukan orang yang suka makan tanpa kontrol, bukan pecandu kenikmatan atau martir yang berpuasa. Mereka bukanlah budak dari rencana dan jadwal mereka. Mereka tidak mengutuk diri sendiri untuk setiap kesalahan yang tolol atau kecerobohan sosial. Mereka tidak terikat pada masa lalunya atau melamun mengenai hari esok. Mereka dengan nalar menjalani masa sekarang, dengan teliti merencanakan masa depan dengan luwes menyesuaikan diri terhadap keadaan yang berubah-ubah. Kejujuran diri mereka terungkap dalam selera humor mereka, dalam kerelaan mereka untuk mengakui dan kemudian melupakan kesalahan, dan untuk dengan gembira mengerjakan berbagai hal selanjutnya yang berada dalam kemampuan mereka.

6. Mereka Melihat Hidup Sebagai Suatu Perjuangan

Orang-orang berprinsip menikmati hidup. Hidup adalah perjuangan untuk memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya. Rasa aman mereka terletak dalam inisiatif mereka, keterampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamika dan kecerdikan mereka dan bukan pada keamanan, perlindungan dan kelimpahan kediaman mereka atau pada daerah-daerah kenyamanan mereka. Mereka selalu memberi perhatian pada orang lain setiap kali bertemu, selalu tertarik. Mereka mengajukan pertanyaan dan melibatkan diri. Mereka benar-benar memperhatikan saat mendengar. Mereka tidak mencap orang-orang itu berdasarkan pada kesuksesan atau kegagalan masa lalu. Mereka melihat tak seorangpun benar-benar luar biasa. Mereka tidak terlalu kagum pada tokoh-tokoh puncak. Mereka tidak mau menjadi pengikut siapapun dengan buta tuli. Mereka pada dasarnya tidak dapat dipengaruhi dan mampu untuk menyesuaikan diri hampir pada semua hal yang sedang terjadi. Mereka benar-benar hidup berkelimpahan (bank deposito kebaikan).


7. Mereka Sinergistik

Orang-orang yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan. Mereka memperbaiki hampir semua situasi yang melibatkan mereka. Mereka bekerja secerdik seperti mereka bekerja keras. Mereka luar biasa produktif, tetapi dalam cara-cara baru dan kreatif

Dalam kerja kelompok mereka menyumbangkan kekuatan dan berusaha keras untuk memperbaiki kelemahan mereka dengan kekuatan orang lain. Pendelegasian untuk memperoleh hasil adalah mudah bagi mereka, sebab mereka percaya pada kekuatan dan kemampuan orang lain. Dan karena mereka tidak terancam oleh kenyataan bahwa orang lain itu lebih baik dalam beberapa hal. Mereka memusatkan pada kepentingan dan urusan orang lain dari pada berebut kedudukan. Pemecahan sinergistik dimana masing-masing pihak ada dalam keadaan menang/menang.

8. Mereka Selalu Memperbaiki Diri.

Pada akhirnya mereka secara teratur memperbaiki dimensi kepribadiannya : fisik, fikir, ma’nawi spiritual.

Secara fisik mereka memperhatikan hak-hak badan seperti olah raga, menjaga makanannya, istirahat yang cukup.
Fikiran dengan membaca, dengan pemecahan masalah secara kreatif, menulis dan menvisualisasikan.
Ma’nawi spiritualnya mereka memusatkan pada doa, mengkaji kitab suci, mendekatkan diri pada Allah dan berpuasa. Berusaha untuk bersabar, untuk mendengarkan orang lain dengan empati yang tulus, untuk mencintai yang tulus. Kita tidak boleh menjadi terlalu sibuk menggergaji sampai tidak sempat mengasah gergajinya.

Hadits. ”Hari ini sama dengan hari kemarin adalah kerugian”. Kemenangan pribadi dan menjamin kemenangan publik sebagaimana sabda Nabi SAW ” Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”.

Prinsip-prinsip pembaharuan diri ini secara bertahap akan menghasilkan karakter yang kuat dan sehat dengan keinginan melayani yang sangat kuat pula.

Dari berbagai sumber.

0 komentar:

Posting Komentar