Oleh : abdullah haidir
Ada dua peristiwa yang disikapi berbeda oleh Rasulullah saw;
Pertama saat setan yang berpura-pura menjadi manusia berpesan kepada Abu Hurairah (dalam sebuah hadits panjang riwayat Bukhari) untuk membaca ayat Kursi sebelum tidur agar selalu dijaga Allah dan tidak diganggu setan. Maka ketika mendengar berita tersebut, Rasulullah saw bersabda,
صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ
"Dia telah benar kepadamu sedangkan dia adalah pendusta. Dia adalah setan." (HR. Bukhari)
Peristiwa lain terjadi menjelang Fathu Makkah (Penaklukan kota Mekah). Rasulullah saw telah mempersiapkan matang, namun beliau berupaya merahasiakan rencana tersebut agar tidak diketahui kaum kafir Quraisy Mekah. Siapa nyana, seorang shahabat membocorkan rencana tersebut dengan mengirim surat kepada keluarganya yang masih berada di Mekah melalui kurir seorang wanita. Singkat cerita rencana tersebut tercium oleh Rasulullah saw, wanita tersebut dicegat dan akhirnya diketahui bahwa dia diperintahkan oleh Hatib bin Abi Balta'ah. Beliau segera di interogasi. Rupanya dia beralasan karena khawatir dengan keluarganya kalau-kalau terjadi pertumpahan darah, maka keluarganya cepat berlindung, sebab keluarganya bukan dari suku besar yang dapt melindunginya.
Pelanggaran berat! Umar minta izin kepada Rasulullah saw untuk membunuhnya sebagai pengkhianat! Namun apa jawab Rasulullah saw….?
Beliau berkata,
وَمَا يُدْرِيك يَا عُمَرُ لَعَلّ اللّهَ قَدْ اطّلَعَ إلَى أَصْحَابِ بَدْرٍ يَوْمَ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ، فَقَدْ غَفَرْت لَكُمْ
"Tidakkah kau tahu wahai Umar, Allah telah menyatakan untuk ahli Badar saat perang Badar dengan berfirman, 'Perbuatlah sesuka kalian, sungguh Aku telah ampuni kalian.' " (Lihat sirah Ibnu Hisyam, 2/398, Maktabah Syamilah)
Pelajaran berharga dari dua peristiwa di atas adalah bahwa memberikan penilaian terhadap seseorang (atau institusi) tidak cukup hanya mengandalkan satu dua kejadian yang tampak sekilas. Tapi harus dilihat track record (rekam jejak)nya.
Seseorang yang track recordnya buruk, boleh jadi satu dua kali melakukan kebaikan, jangan langsung kita anggap bahwa dia adalah pionir kebaikan, apalagi pahlawan yang dipuja-puja, namun juga kebaikannya ketika itu tidak perlu diingkari. Sebagaimana Rasulullah saw tidak mengingkari kebenaran yang dibawa oleh setan saat dia mengajarkan ayat Kursy kepada Abu Hurairah ra. Maka, beliau katakan bahwa setan itu benar, tapi dia tetaplah makhluk pendusta berdasarkan rekam jejaknya.
Sebaliknya, seseorang yang track recordnya baik, boleh jadi suatu saat melakukan kekhilafan, kesalahan atau pelanggaran. Jangan kemudian keburukan itu yang selalu kita semati kepadanya, meskipun tidak kita ingkari keburukan yang dia lakukan saat itu. Sahabat yang ikut perang Badar (Ahlu Badr) memiliki kedudukan tinggi, namun boleh jadi dia suatu saat melakukan kesalahan. Hatib bin Abi Balta'ah adalah Ahlu Badr yang melakukan kesalahan. Rasulullah saw tetap nyatakan bersalah, namun beliau tetap tidak melupakan rekam jejaknya sebagai seorang pejuang mulia.
Semoga kita pandai meneladani jejak Rasulullah saw, tidak hanya dalam shalat dan puasanya, tapi juga dalam sikap dan pandangannya.
Wallahua'lam.