Pernikahan merupakan fase paling indah dan berkesan bagi manusia sepanjang hidup mereka. Perasaan ini, nyaris berlaku bagi siapapun. Tak terkecuali Anda yang mungkin sebentar lagi akan meninggalkan masa lajang Anda.
Tatkala hiruk-pikuk pesta telah selesai, dan para tamu telah pulang. Badan penat pun sejenak dilupakan, ketika Anda dan istri Anda telah memasuki kamar pengantin baru.
Apa yang selanjutnya Anda lakukan lazimnya pasangan pengantin baru ? Jangan dulu tergesa-gesa berkencan. Ada baiknya Anda mengikuti tuntunan Islam tatkala memasuki malam pengantin baru Anda.
Sebelum itu, agar suasana tegang tidak selalu menggayuti Anda berdua, peluklah istri Anda dengan hangat dan penuh keakraban. Sembari mengucapkan kata, “selamat datang dinda, semoga dinda, dengan izin Allah, menjadi pasangan kanda yang setia”.
Setelah itu duduklah dulu dengan santai untuk menghilangkan kepenatan. Tak ada salahnya, Anda ngobrol secukupnya dengan topik ringan seputar pengalaman menjadi pengantin baru yang barusan saja Anda berdua lalui.
Bila rasa penat telah hilang, ajaklah pasangan Anda berwudlu untuk melakukan sholat bersama.
Syaikh Al-Bani hafidhahullah, menyebutkan dalam kitabnya Adabuz Zifaf hal 20-23, “Disunnahkan bagi kedua pengantin untuk shalat dua raka’at bersama, karena itu diriwayatkan dari ipara salaf. Dalam masalah ini, kata beliau, ada dua atsar (riwayat).
Pertama, dari Abu Sa’id maula Usaid, ia mengatakan; Aku menikah, sedangkan aku seorang budak. Maka aku mengundang segolongan sahabat Nabi SAW. Di antara mereka ada Ibnu Mas’ud, Abu Dzar dan Hudzaifah rahiyallahu anhum. Dan kemudian shalat didirikan, lalu Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu maju ke depan. Maka mereka mengatakan, “Jangan”.
Dia berkata; “Apakah demikian?” Mereka mengatakan; “Ya!”
Maka aku maju mengimami mereka, sedangkan aku seorang budak. Dan kemudian mereka mengajariku dengan berkata; “Jika engkau mendatangi istrimu, maka shalatlah dua raka’at, kemudian mintalah kepada Allah terhadap apa yang masuk kepadamu, dan berlindunglah dari kejelekannya, kemudian keadaanmu dan istrimu.”
Kedua, dari Syaqiq, ia berkata; Seorang laki-laki yang bernama Abu Hariz datang sambil mengatakan; “Aku menikahi seorang perempuan dan aku takut kalau dia marah kepadaku.”
Maka Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata; “Sesungguhnya rasa kasih itu dari Allah dan marah dari syaithan. Dia (syaithan) ingin membuat kalian tidak suka kepada apa yang dihalalkan-Nya. Jika datang kepadamu, suruhlah dia sholat dua raka’at di belakangmu.”
Dalam riwayat lain ditambahkan; dari Ibnu Mas’ud berkata: “Ya Allah, berilah barokah bagiku pada keluargaku dan barakahilah bagi mereka padaku. Ya Allah, kumpulkanlah kami dengan baik dan pisahkan kami jika Engkau ingin memisahkan, kepada kebaikan.”
Itulah sunnah sahabat untuk memasuki pernikahan barokah. Salah satunya memanggil kerabat ke rumah kita untuk dapat sholat bersama sebagai shodaqoh bagi kita. Selanjutnya kita melaksanakan sholat dua raka’at berjama’ah bersama istri. Jangan lupa, pasangan pengantin baru juga disunnahkan untuk berdoa bersama (redaksi doa sengaja tidak dicantumkan).
Jika tidak bisa mengajak sahabat-sahabat kita sholat berjama’ah bersama di rumah kita, minimal kita melaksanakan sholat berjama’ah dua raka’at bersama istri lalu berdoa bersama. Namun sayang, kedua kebiasaan baik itu sudah kian terasing dari kehidupan kaum Muslimin. Mungkin salah satu penyebabnya, umat Islam lebih menghormati dan meninggikan tuntutan adat ketimbang tuntunan syari’at.
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla, memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa menghidupkan sunnah-sunnah di dalam proses pernikahan Islam. (sulthoni)
Dikutip dari : eramuslim
Kamis, 30 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar