Motivasi

Mereka yang beralasan tidak punya waktu adalah mereka yang membiarkan waktu mengatur hidupnya, bukan malah sebaliknya.

Motivasi

Masalah itu adil, ia datang kepada semua orang, tapi tidak dengan jalan keluar. Jalan Keluar hanya datang kepada mereka yang mencarinya.

Motivasi

Nasib baik tidak pernah salah memilih orang. ia memilih orang yang proaktif menjemputnya.

Motivasi

Hal yang perlu ditakuti saat mengkritik orang lain adalah ketika kita sendiripun tidak lebih baik dari mereka.

Motivasi

Jangan hanya tertarik dengan apa yang dicapai orang sukses, tertariklah dengan airmata yang mereka keluarkan untuk mencapainya.

Kamis, 25 Agustus 2011

Tips Idul Fitri : Ketika Iblis Menangis dan Happy Ending Ramadhan


Sebuah catatan Mohon Maaf Lahir & Bathin)


Tahukah teman? Bahwa Iblis yang sombong itu akhirnya menangis juga karena hasil godaannya untuk menjerumuskan manusia ke Neraka akhirnya menjadi sia-sia ketika hadirnya Ramadhan dan Idul Fitri.


Dari Wahab bin Munabbih ra, “sesungguhnya iblis memekik histeris pada setiap hari raya, lalu anak buah iblis berkumpul mengerumuninya dan bertanya : Hai tuan kami, apakah yang menyebabkan kemarahan anda? Iblis berkata : sesungguhnya Allah swt benar-benar telah mengampuni ummat Muhammad saw pada hari ini. Maka kamu sekalian harus berusaha keras dengan segala macam kelezatan dan kesenangan nafsu”.


Kacian deh loe Iblis.... Laknatullah ‘Alaihi (semoga Allah melaknatnya), Mungkin itu kata yang tepat yang harus kita sampaikan kepadanya, Musuh “Number 1” Manusia ini harus takluk ketika hari raya Idul Fitri tiba, kenapa tidak?

Ketika pagi hari raya Idul Fitri tiba, Allah mengutus para malaikat agar turun ke bumi. Mereka turun dan berdiri di pertigaan-pertigaan maupun persimpangan-persimpangan jalan, memanggil-manggil dengan suara yang dapat didengar makhluk-makhluk Allah, kecuali jin dan manusia. Mereka berkata, “Wahai Ummat Muhammad, keluarlah menuju panggilan Allah Yang Maha Pemurah. Dia akan menganugerahkan pemberian yang agung dan mengampuni dosa yang besar”.


Apabila para ummat Muhammad telah tiba pada tempat-tempat shalat hari raya-nya masing-masing, Allah berfirman kepada malaikat-malaikat-Nya, “apakah balasannya pekerja bila telah menyelesaikan pekerjaannya?” Malaikat-malaikat itu pun berkata, “balasannya adalah dipenuhi upahnya”. Allah swt berfirman lagi, “Aku persaksikan kepada kalian (manusia), sesungguhnya Aku menjadikan dan memberikan pahala mereka dengan keridhaan dan ampunan-Ku”.


So teman... Nikmat Tuhan yang mana lagi yang kita dustakan? Tapi patut dicamkan bahwa ada statemen dari Iblis kepada Pasukannya : “Maka kamu sekalian harus berusaha keras dengan segala macam kelezatan dan kesenangan nafsu”. Instruksi kalimat ini Jelas Iblis dan pasukannya akan mengerahkan segala kemampuannya untuk menjerumuskan kita setelah 1 Syawal. Maka tidak heran di Hari Raya Idul Fitri ada diantara kita yang keasyikan silaturahim sampai lupa shalat, lupa membaca Al-qur’an seperti yang pernah kita lakukan di bulan Ramadhan. Makan kita pada hari itu menjadi berlebihan seolah – olah hari itu adalah hari kebebasan, dan lebih parah lagi sering ada pesta Miras (Minuman keras) yang dilakukan disaat hari raya Idul Fitri oleh orang Islam sendiri. Naudzubillah...


Happy Ending Ramadhan

Disisi lain ada diantara kaum muslimin yang benar – benar merasakan Happy Ending Ramadhan, mereka adalah seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw : “barangsiapa yang berdiri pada malam hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dengan tulus ikhlas mengharap ridha Allah, maka hatinya tidak akan mati, pada hari ketika hati-hati sedang mati”.

Semoga kita termasuk dalam orang – orang tersebut, sebab Happy Ending Ramadhan tidak pernah identik dengan baju baru. Marilah kita lihat kisah berikut :

Diceritakan, sesungguhnya Umar bin Khattab ra pernah melihat putranya memakai baju yang usang pada hari raya, lalu Umar menangis, sehingga putranya bertanya, “Apa yang membuat ayah menangis?”. Umar berkata, “Hai anakku, aku khawatir kalau hatimu menjadi susah di hari raya ini, ketika teman-temanmu melihatmu memakai baju usang itu”. Putranya berkata, “sesungguhnya hanya hati orang yang kehilangan ridha Allah yang merasa bersedih atau orang yang berani kepada Ibu atau bapaknya. Dan sesungguhnya aku benar-benar mengharap ridha Allah berkat ridha ayah padaku”. Umar kemudian mendekap putranya sambil menangis tersedu-sedu serta mendoakan anaknya mudah-mudahan Allah meridhainya.


Teman.. tidak perlu bersedih dengan baju lama kita yang paling penting adalah kita tidak kehilangan Allah swt.


Tersenyumlah teman.. seperti kata Dr M. Zainuddin MA : Memang iblis pernah bersumpah akan senantiasa menggoda anak Adam sepanjang hidup manusia. Tetapi, Allah menjamin senantiasa mengampuni dosa-dosa anak Adam selagi masih mau meminta ampunan kepada-Nya. Maka, Syawal ini merupakan momentum yang paling tepat bagi umat Islam untuk saling memaafkan di antara mereka, berhalalbihalal sebagai bentuk penghapusan dosa secara horizontal dan masal.


Minal Aidin Wal Faizin

Kullu Amin wa Antum Bikhairin

Taqabbalallah Minna wa Minkum

Taqabbal, ya Karim




Salam

Hariadi Hardy



Rabu, 24 Agustus 2011

Selamat Idul FItri 1432 H

Ya Allah……
Perkayalah Saudaraku yang membaca Blog ini dengan keilmuan
Hiasi hatinya dengan kesabaran
Muliakan wajahnya dengan ketaqwaan
Perindalah fisiknya dengan kesehatan
Serta terimalah amal ibadahnya dengan kelipat gandaan
Karena hanya Engkau Dzat penguasa sekalian alam
Selamat Idul Fitri 1432 H
Mohon maaf lahir dan bathin…



Hariadi Hardy ST & Ati'ah Dyah Lestari SST

Rabu, 10 Agustus 2011

Tips : 10 Indikasi “Gagal” Meraih Keutamaan Ramadhan

10 Indikasi “Gagal” Meraih Keutamaan Ramadhan
“Beberapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga” (HR Bukhari dari Muslim).

Pertama, Ketika kurang optimal melakukan “Warning up” dengan memperbanyak ibadah sunnah di bulan Sya’ban. Ibarat sebuah mesin, memperbanyak ibadah sunnah di bulan Sya’ban berfungsi sebagai pemanasan bagi ruhani dan fisik untuk memasuki bulan Ramadhan. Berpuasa sunnah, memperbanyak ibadah, tilawah Qur’an sebelum Ramadhan, akan menjadikan suasana hati dan tubuh kondusif untuk pelaksanaan ibadah di bulan puasa.

Kedua, Ketika target membaca Al-Qur’an yang dirancangkan minimal satu kali khatam, tidak terpenuhi selama bulan Ramadhan. Dibulan ini pembacaan Al-Qur’an merupakan bentuk ibadah tersendiri yang sangat dianjurkan. Orang yang berpuasa di bulan ini sangat dianjurkan memiliki Al-Qur’an yang lebih baik dari bulan-bulan selainnya. Kenapa minimal harus dapat menghatamkan 1 kali sepanjang bulan ini ? karena memang itu adalah target minimal pembacaan Al-Qur’an yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. Ketika Abdullah bin Umar bertanya kepadanya, “Berapa lama sebaiknya seseorang menghatamkan Al-Qur’an. Rasul menjawab, “Satu kali dalam satu bulan”. Abdullah bin Umar mengatakan,” Aku mampu untuk lebih lebih dari satu kali khatam dalam satu bulan.” Rasul berkata lagi, “Kalau begitu, bacalah dalam satu pekan.” Tapi Abdullah bin Umar masih mengatakan bahwa dirinya masih mampu membaca seluruh Al-Qur’an lebih cepat dari satu pekan. Kemudian Rasul mengatakan ,”Kalau begitu, bacalah dalam tiga hari “.

Ketiga Ketika berpuasa tidak menghalangi sesorang dari menjaga mulut seperti membicarakan keburukan orang, mengeluarkan kata-kata kasar, membuka rahasia, mengadu domba, berdusta dan lain sebagainya. Mulut merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sukar untuk dikendalikan namun nilainya sangat mahal. Rasulullah berpesan, adakalanya kalimat buruk yang sering diucapkan oleh seseorang, tapi karena Allah tidak ridha dengan kalimat itu, orang tersebut dimasukan kedalam neraka (HR. Ahmad).

Keempat Ketika berpuasa tidak bisa menjadikan pelakunya berupaya memelihara mata dari melihat yang haram. Puasa yang tidak menambah pelakunya lebih memelihara mata dari yang haram, menjadikan puasa itu nyaris tak memiliki pengaruh apapun dalam perbaikan diri. Karenanya boleh jadi puasanya secara hukum sah, tapi substansi puasa itu tidak akan tercapai.

Kelima, Ketika malam-malam Ramadhan tak ada bedanya dengan malam-malam selain Ramadhan, salah satu ciri khas malam bulan Ramadhan adalah Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menghidupkan malam dengan shalat dan doa-doa tertentu. Ibadah shalat malam di bulan Ramadhan yang biasa disebut tarawih, merupakan amal ibadah khusus di bulan ini. Tanpa menghidupkan malam dengan ibadah tarawih, tentu seseorang akan kehilangan momentum berharga. Selain itu, di dalam shalat ini pula Rasulullah mengajurkan doa-doa khusus yang insya Alalh akan diijabah oleh Allah swt. Diantara doa yang perlu diperbanyak dalam shalat tarawih adalah,“ Allahuma inni as aluka ridhaka Wal jannah wa na’udzu bika min sakhotika wan naar”. Ya Allah, aku mohon keridhaan-Mu dan surga-Mu dan Aku mohon perlindungan-Mu dari neraka-MU..” .

Keenam Jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hari hingga petang. Menjadikan saat berbuka sebagai kesempatan “balas dendam” dari upaya melawan hawa lapar dan haus selama siang hari. Bila terjadi seperti ini nilai puasa akan hilang. Puasa menjadi kecil tak bernilai dan lemah unsur pendidikannya ketika upaya menahan dan mengendalikan nafsu itu hancur oleh pelampiasan nafsu yang dihempaskan pada saat berbuka puasa.


Ketujuh Ketika bulan Ramadhan tidak dioptimalkan untuk banyak berinfaq dan bersadaqah. Rasulullah seperti di gambarkan dalam sebuah hadits menjadi sosok yang paling murah dan dermawan di bulan Ramdhan, hingga kedermawanannya mengalahkan angin yang tertiup.

Kedelapan Ketika hari-hari menjelang Idul Fitri sibuk dengan persiapan lahir, tapi tidak sibuk dengan memasok perbekalan sebanyak-banyaknya pada 10 malam terakhir untuk memperbanyak ibadah. Lebih banyak berfikir untuk merayakan Idul Fitri dengan berbagai kesenangan, tapi melupakan suasana akan berpisah dengan bulan mulia tersebut. Rasulullah dan para sahabatnya memperbanyak beribadah berdzikir dan berupaya meraih keutamaan malam seribu bulan, saat diturunkannya Al-Qur’an. Pada detik-detik terakhir menjelang usainya Ramadhan mereka merasakan kesedihan mendalam karena harus berpisah dengan bulan mulia itu. Sebagian mereka bahkan menangisi karena akan berpisah dengan bulan mulia. Ada juga yang bergumam jika mereka dapat merasakan Ramadhan sepanjang tahun.

Kesembilan Ketika Idul Fitri dan selanjutnya dirayakan laksana hari “merdeka” dari penjara untuk kembali melakukan berbagai penyimpangan. Fenomena ini sebenarnya hanya akibat pelaksaan puasa yang tak sesuai dengan adabnya. Orang yang berpuasa dengan baik tentu tidak akan menyikapi Ramadhan sebagai pengekang.

Kesepuluh Setelah Ramadhan, nyaris tidak ada ibadah yang ditindaklanjuti pada bulan-bulan selanjutnya. Misalnya memelihara kesinambungan puasa sunnah, shalat malam, membaca Al-Qur’an. Amal-amal satu bulan Ramadhan adalah bekal pasokan agar ruhani dan keimanan seseorang meningkat untuk menghadapi sebelas bulan setelahnya. Namun orang akan gagal meraih keutamaan Ramadhan, saat ia tidak berupaya menghidupkan amal-amal ibadah yang pernah ia jalankan dalam satu bulan itu. Wallahu a’lam busahawab.
“Dikutip dari majalah Tarbawi edisi Ramadhan”