Motivasi

Mereka yang beralasan tidak punya waktu adalah mereka yang membiarkan waktu mengatur hidupnya, bukan malah sebaliknya.

Motivasi

Masalah itu adil, ia datang kepada semua orang, tapi tidak dengan jalan keluar. Jalan Keluar hanya datang kepada mereka yang mencarinya.

Motivasi

Nasib baik tidak pernah salah memilih orang. ia memilih orang yang proaktif menjemputnya.

Motivasi

Hal yang perlu ditakuti saat mengkritik orang lain adalah ketika kita sendiripun tidak lebih baik dari mereka.

Motivasi

Jangan hanya tertarik dengan apa yang dicapai orang sukses, tertariklah dengan airmata yang mereka keluarkan untuk mencapainya.

Rabu, 27 April 2011

“Karena Lelaki pun Ingin Dimengerti”_ Catatan Akhir Pekan

oleh Fachrian Cansa Akiera As-samawiy pada 19 Februari 2011 jam 11:55

"..tangisan itu ada dan lelaki tetaplah sosok berperasa. Hanya saja, ia lebih berani untuk tidak membulirkan air matanya di hadapan kalian. Kerapkali tetesan bening itu tersembunyi di balik raut mukanya. Kerapkali, air mata itu tertumpah di sepertiga malam terakhir saat sujud di hadapan ar-rahman..."

***

Sepertinya pena kami tak akan jemu menulis hal-hal yang berkaitan dengan kaum kalian, wahai wanita. Kami harap kalian pun tak akan jemu menelusuri kalimat-kalimat kami. Dengan apa yang akan kami bicarakan, kami tak berharap agar kalian menjadi sosok yang sempurna. Tetapi, dengan anugerah Allah yang ada pada kalian, kami begitu ingin agar kalian mendekati kesempurnaan itu.


>>Malam Itu

Pernah suatu malam, kami menghadiri acara makan malam sebuah keluarga. Makanan istimewa tengah terhidang di meja makan. Ini adalah suasana penuh kehangatan dan canda.

Tiba-tiba seorang wanita berteriak memarahi seorang laki-laki yang merupakan suaminya. Suara wanita itu bernada tinggi dan lebih tepatnya disebut sebagai bentakan. Hanya karena kekeliruan yang amat sepele, wanita itu mempermalukan dan mencaci suaminya habis-habisan.

Begitu kasihan sang suami. Di hadapan kami sebagai tamu, ia mendapat “menu istimewa”. Bukan panah asmara yang tertancap lembut di hatinya tetapi sebuah tusukan jarum panas, tajam nan pedas. Oleh sang istri, bukan sekali atau dua kali ia dipermalukan tapi begitu sering.

Walaupun episode pernikahan kami belum menapaki jenjang pernikahan, kami bisa merasakan sakitnya hati yang tersayat lisan-lisan berduri tajam seperti itu. Ah, bagitu sedih terasa.

Inikah yang dinamakan kesetiaan cinta seorang istri?

Inikah yang dinamakan ketaatan kepada suami?

Dimanakah dawai-dawai cinta yang terdengar syahdu di awal-awal pernikahan itu?

Wahai wanita, kenapa lisan-lisan kalian kerap kali menjelma menjadi silet tajam yang mengiris dan mencabik hati?

Wanita manakah yang kalian teladani dalam adegan seperti ini?

Apakah kalian meneladani Khadijah bintu Khuwailid? Oh tidak, tidak. Khadijah tidaklah seperti itu. Dia adalah wanita teladan sepanjang masa yang mencontohkan ketaatan yang luar biasa apiknya. Dia adalah wanita yang menjadi sandaran hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan bukan wanita yang menyayatkan hati.

Apakah kalian meneladani istri Ayyub ‘alaihissalam? Oh tidak, tidak. Istri Ayyub 'alaihissalam tidaklah seperti itu. Seperti Ayyub ‘alaihissalam, dia adalah salah satu lambang wanita penyabar yang begitu mengesankan hati, bukan mengirisnya. Bertahun-tahun, ia menemani Ayyub ‘alaihissalam melewati episode-episode penuh ujian.


>>Sinetron yang Tertuduh

Nampaknya sinetron adalah salah satu tertuduh utama yang menjadikan kalian berlidah tajam. Artis-artis wanita yang melakoni sejuta dusta kerapkali “meneladankan” wanita-wanita yang bermulut kasar, mencaci-maki suami mereka sepuas-puasnya, terlebih di depan anak-anak. Apa yang diharapkan dari adegan buruk itu?


>>Dialah Pangeranmu

Lihatlah lelaki yang merupakan suami kalian itu. Ia tak bisa terlelap sebelum kalian nyenyak di malam hari. Ia keluar rumah dengan semangat untuk melawan asa hidup. Ia mencari nafkah dan berterik mentari di arena kehidupan.



Dahulu, bukankah ia yang engkau damba menjadi pangeran di istana hatimu?

Dengan kejantanannya, bukankah ia yang datang melamarmu agar engkau terselamatkan dari zina?

Bukankah dia yang menyuapimu nasi dengan tangannya?

Bukankah dia yang mencumbumu dengan mesra nan penuh kasih?

Lantas kenapa mulut-mulut kalian begitu mudahnya menyemburkan lisan api yang membakar hatinya?

Kenapa lisan kalian begitu semena-menanya menancapkan busur-busur tajam yang mengetuk pintu air matanya?


>>Dengarlah Tangisannya

Tahukah engkau wahai wanita, tangisan itu ada dan lelaki tetaplah sosok berperasa. Hanya saja, ia lebih berani untuk tidak membulirkan air matanya di hadapan kalian. Kerapkali tetesan bening itu tersembunyi di balik raut mukanya. Kerapkali, air mata itu tertumpah di sepertiga malam terakhir saat sujud di hadapan ar-rahman. Tak jarang pula air matanya menjelma menjadi keringat yang membasahi pakaiannya saat berterik mentari demi mencari rizki Allah. Itu semuanya demi kebahagiaan kalian.


>>Retak-retak Rumah Tangga

Wahai wanita yang kami muliakan. Begitu sering terdengar bahwa lidah itu tak bertulang. Begitu sering terbaca bahwa wanita tidak dibenarkan menyakiti hati suaminya. Lantas apa yang membuat kalian bicara dengan begitu kasarnya, ceplas-ceplos, seolah-olah kalianlah sang raja, seolah-olah kalianlah kepala rumah tangga?

Lihatlah di luar sana, lisan-lisan kalian telah menghacurkan biduk rumah tangga, melubangi bahtera cinta hingga kandas tak sampai tujuan. Betapa banyak kasus perceraian di era modern ini yang bermoduskan ketajaman lisan kalian.


>>Ungkapan dan Nasehat

Ukhti yang kami muliakan, tidak ada teladan kalian yang lebih mendekatkan kalian ke surga Allah selain mereka yang mengadegankan sejuta kebaikan. Merekalah wanita-wanita yang telah dikisahkan tinta-tinta sejarah. Temui dan teladanilah mereka yang ada dalam kitab/buku-buku yang banyak membicarakan tentang mereka. Dan kami pun sedang menyusun naskah buku khusus kalian.

Ukhti, olehmu, biasakanlah berdzikir pagi dan sore seperti apa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ada banyak manfaat. Salah satunya agar kalian tak berlidah tajam, membiasakan kalian agar meluncurkan kata-kata yang terdengar apik oleh telinga.

Tahanlah lisan kalian agar tak berduri hingga menusuk siapapun yang mendengarnya, terlebih di hadapan suami kalian yang merupakan jejak-jejak menuju surga.

Ukhtii.

Menutup catatan ini, jujur kami akui, sebagai calon nahkoda dalam bahtera pernikahan, kami akan berpikir seratus kali untuk mengajak wanita berlidah tajam sebagai permaisuri hati. Kelak, kami tak ingin bahtera itu kandas dan tenggelam sebelum berlabuh syahdu di surga. Kami tak ingin mengambil resiko dengan menikahi wanita tipe ini.

Akankah anak-anak kami mewarisi lisan tajam ibunya? Tidak, tidak, karena “bersamamu, aku tak ingin terluka.”

***

Allahu a’lam wa subhanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila ha illa anta asytaghfiruka wa atuubu ilaika.


Abdullah Akiera Van As-samawiey

Selesai ditulis saat adzan-adzan berkumandang di Pulau Seribu Masjid. Sabtu, 19.55 WITA.
Mataram, 15 Rabiul Awwal 1432 H (19 February 2011 M).
Taman Orang-orang Jatuh Cinta (Raudhoh al Muhibbin)

Jumat, 15 April 2011

KUNCI RAHASIA HATI LELAKI

by ; Ustd Musyafa (by milis kaderisasi)

Seorang pengamat hati kaum lelaki menulis:

Ternyata, hati laki-laki itu beraneka macam;

· Ada yang mudah dijangkau dan mudah didapatkan hanya sekedar kata: “cinta”

· Ada juga yang langsung terbuka kunci-kuncinya begitu dihadapkan kecantikan yang menawan.

· Ada juga yang menjadi perwujudan dari peribahasa yang mengatakan: “Jalan terpendek untuk mendapatkan hati lelaki adalah perutnya”, maksudnya melalui makanan.

· Cara seorang istri yang memperlakukan suaminya dengan cinta, diplomasi dan akhlaq, ternyata hal inilah yang membuat sang suami mencintainya.

o Sebab, ada sementara lelaki yang menginginkan agar segala tuntutan dan keinginannya terpenuhi, ingin diperhatikan, dan dikesankan bahwa dirinya adalah manusia istimewa dan penting dalam kehidupan sang istri.

o Terus terang, jalan untuk mendapatkan hati seorang lelaki (suami) adalah ia ingin melihat wanita (istrinya) tempat ke-tsiqah-annya, sehingga, kalau saja sang istri pernah berbohong kepadanya sekali saja, maka lelaki (suami) tidak akan mampu membangun hubungan yang kuat dengan wanita (istrinya), sebab ia akan selalu teringat bahwa ia pernah dibohongi oleh istrinya, yang bisa jadi, ia akan dibohongi untuk kedua kalinya, ketiga kalinya dan seterusnya, apalagi kalau ia menyadari bahwa dirinya (lelaki) dengan mudah akan tertawan oleh kecantikan wanita, atau oleh “kebaikan”-nya dan tindak tanduknya.

o Terkadang (kalau tidak sering) rahasia hati seorang lelaki, kuncinya berada pada kecerdikan seorang yang wanita yang dengan cerdas mampu menangkap hal-hal yang diutamakan oleh kaum lelaki; apakah dalam bentuk menjauhkan hal-hal yang tidak disukai laki-laki, ataukah dengan melalui sentuhan-sentuhan yang membuatnya senang dan puas, ataukah dengan tehnik-tehnik lainnya yang saat di-“main”-kan oleh seorang wanita (istri), maka sang lelaki akan berubah bak cincin di jari jemari wanita yang dipermainkannya sesuka hatinya.

o Diantara rahasia hati lelaki adalah ia tidak suka kalau begitu sampai di rumah sang istri langsung menumpahkan segala problem rumah tangga, namun sang istri bersabar menunggu momentum yang tepat dengan menghiburnya, menyenangkannya terlebih dahulu, sehingga sang lelaki (suami) betah duduk di dalam rumah, dan dalam tempo yang lama, lalu sang lelaki yang terlebih dahulu menceritakan berbagai problem dan urusannya, dan dengan setia serta penuh kesabaran sang istri mendengarkan dan membantu menyelesaikannya, setelah itu, sang lelaki pasti akan “terpegang” oleh sang istri!!

o Bukan hal yang aneh kalau seorang lelaki hati-nya akan “terpegang” manakala perintahnya ditaati, dan saat itu, pastilah ia akan mencintai istrinya.

o Lelaki timur mempunyai tabiat ingin “dikesankan” sebagai pemimpin rumah tangga, karenanya, kalau “kerajaan” ini banyak diganggu dengan banyaknya perbantahan dari sang istri, akan berkurang atau hilanglah cintanya kepada istrinya.

o Kalaupun sang istri harus mendebat dan membantah sang lelaki (suami), bantahlah secara “cerdas”, sebab lelaki tidak suka kalau seorang wanita (istri) berbicara dengan gaya menantang atau penuh rasa gee r, tetapi, bantahlah dengan tenang dan penuh rasa hormat terhadap kedudukan lelaki (suami) sebagai kepala rumah tangga.

o Kebanyakan lelaki menampilkan kesan kuat, barangkali agar dihormati dan ditakuti, dan barangkali agar tampak berwibawa, padahal, sebenarnya, “dalaman” lelaki itu berupa “anak kecil”, yang untuk mendapatkan hatinya bukanlah perkara sulit, hanya sedikit kecerdasan dari kaum Hawa untuk “menaklukkannya”.

Sabtu, 02 April 2011

TERSENYUMLAH DAN JANGAN BOSAN

Oleh : Ustd Musyafa..

Tersenyumlah dan jangan bosan, agar musim gugur berganti semi, malam berganti pagi yang cerah .. dan saat itu, burung gagak yang hitam akan berubah menjadi pekutut yang indah nan merdu kicau dan suaranya.

Tersenyumlah, sebab senyuman akan mencairkan duka nestapa .. dan membangunkan kebahagiaan dari tidurnya.
Tersenyumlah, sebab senyummu pertanda adanya kualitas dan mutu di dunia yang melelahkan ini

Tersenyumlah, sebab semua duka tidak akan terbaca kecuali melalui senyumanmu
Tersenyumlah dan jangan halangan dirimu untuk mendapatkan pahala karena engkau telah memasukkan kebahagiaan kepada saudaramu
Tersenyumlah, dan cukuplah sebagai balasannya, engkau akan mendapatkan senyuman yang lebiih mendalam dan lebih jujur dari orang-orang di sekelilingmu

Tersenyumlah untuk menyingkirkan duka dari dirimu dan dari orang-orang di sekelilingmu
Tersenyumlah, sebab bukan engkau satu-satunya yang tertimpa berbagai masalah dalam kehidupan ini
Tersenyumlah dan jangan bosan, dan tunjukkan kemampuanmu dalam menghadapi kehidupan dengan seluruh kesulitannya

Tersenyumlah dalam menghadapi berbagai musibah dan jangan bosan, sebab engkau adalah seorang mukmin
Tersenyumlah, sebab berkeluh kesah bukanlah kepribadianmu, sebab, bagi seorang beriman, segala urusan adalah kebaikan bagimu, dan engkau lebih kuat daripada kelemahan yang terlihat oleh orang-orang di sekelilingmu
Tersenyumlah dan jangan bosan, dan jadilah orang yang kuat dalam menghadapi berbagai kesulitan

Tersenyumlah, sebab senyuman adalah kampus yang telah melahirkan banyak generasi pejuang, dan jadilah teladan saat terjadi kekalahan
Tersenyumlah dan hadapi gelombang putus asa yang menghadangmu, dan senyumanmu akan lebih kokoh daripada ujian takdir dan jadilah engkau lulusan terbaik dalam ujian ini
Tersenyumlah, sebab senyumanmu merupakan lambang produktifitas, prinsip orang-orang yang cinta kebaikan, serta karakter orang-orang yang setia

Tersenyumlah, sebab engkau adalah seorang yang bisa tersenyum
Ingatlah bahwa senyuman adalah kehidupan setelah kematian oleh duka, dinamika setelah jiwa yang kering, dan betapa banyak derajat orang terangkat oleh senyuman, maka angkatlah derajatmu dengan senyumanmu
Betapa banyak hati terbuka oleh senyuman, kegelapan menjadi terang dan himpitan masalah menjadi terbuka

Tersenyumlah, sebab ia adalah cara paling mudah untuk menarik simpati dan ia adalah rahasia kreatifitasmu dalam menghimpun banyak muhibbin di sekelilingmu
Harapanku yang paling mendalam, selalu bergembira dan tersenyumlah sepanjang waktu

Tips Secangkir Kopi

Oleh : Ustd Musyafa.

Seorang wanita bernama Dedo, seorang ketua perkumpulan al-ifadah berkata:

Aku pandangi secangkir kopi yang ada di hadapanku, lalu dengan penuh perenungan aku hayati dan dalami ibrah-ibrah yang ada padanya.

Betul bahwa yang ada di hadapanku hanyalah secangkir kopi, akan tetapi, saat aku merenung, ternyata ia tidak hanya secangkir kopi, ada sekian banyak “filsafat-filsafat” yang terkandung di dalamnya.

Saya mencoba mengaitkan antara secangkir kopi itu dengan perilaku manusia, dan – Alhamdulillah – ada banyak point bisa saya tuliskan di sini, diantaranya:

1. Saat sepintas aku pandangi cangkir kopi itu, bentuk phisik dan penampilan lahiriahnya tidaklah menarik, terutama warna kopi yang ada dalam cangkir tersebut, namun, saat aku cicipi dia, dan sedikit demi sedikit aku seruput, rupanya kelezatan dan kenikmatan “luar biasa” aku dapatkan, dan rasanya, tidak relah kalau isi secangkir itu akan segera habis.

Begitulah sosok lahiriah dan penampilan seseorang, bisa jadi tampang dan rupanya tidak menarik perhatian kita, namun, setelah ia berbicara denganmu, mulailah “kenikmatan-kenikmatan” kamu rasakan, dan rasanya tidak ingin ada akhir dari pembicaraannya dan berharap agar terus menerus ia berbicara dan jarum jam tidak bergerak dari posisinya.

2. Ada juga cangkir kopi yang secara lahiriah bentuk, warna dan rupanya sangat menawan, dan anda pun membayangkan, mungkin kopinya juga luar biasa rasanya dan segera anda ingin menyeruputnya, menikmati sedikit demi sedikit kopinya, namun, begitu lidah anda mencicipinya, segera anda ingin meludahkan dan menumpahkannya, betapa tidak, kopi itu terlalu pahit, campur getir dan … suangat tidak enak.

Begitulah sebagian dari manusia, secara lahiriah, ia sangat menarik, tampan, guanteng, perlente, necis dan … professional, atau cantik nan menawan. Rasanya kita ingin segera dekat dengannya, bergaul, mengobrol, mendengarkan kalimat-kalimatnya dan “petuah-petuah”-nya, namun, begitu kita mulai mendengarnya, terbukalah bahwa ternyata otaknya cupet dan dangkal, wawasannya cekak dan ecek-ecek, pandangannya sempit, dan kita pun berandai-andai kalau saja tidak pernah bertemu dengannya dan tidak pernah mendengarnya sama sekali, atau minimal, kita pun ingin segera kabur meninggalkan forumnya.

3. Ada juga sebagian orang yang kecanduan kopi, setiap saat ingin menenggak kopi dan nyaris tidak mampu berpisah dengannya, ibaratnya, ia telah tenggelam dalam “kenikmatan kopi” dan “tanpa hidup tanpa kopi”, seakan di mana ada berita tentang kopi enak, niscaya kita akan dengan mudah menemukan sosok itu di sana, dan di mana pun kita melihat sosok tersebut, kecuali bersamanya ada secangkir kopi!!!

Begitu juga dalam pergaulan kita dengan sesame, terkadang (kalau bukan sering) kita dapati seseorang yang tidak dapat berpisah dengan kekasihnya, seakan keduanya sepasang kekasih yang tidak dapat dipisahkan, ibarat dua sisi mata uang, kemana pun yang satu pergi, pasti yang satunya ada di sisinya, dan saat anda paksakan keduanya berpisah, seakan masing-masing terkena penyakit gila karena tidak mampu berpisah dengan pasangannya.

4. Ada juga yang mampu melihat secangkir kopi, namun ia tidak mampu menikmatinya, sebab ia tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. Sayangnya, juga tidak ada yang besedekah secangkir kopi kepadanya. Karenanya, ia mencukupkan diri menikmati aromanya, menikmati pula pemandangan orang-orang yang menikmatinya, lalu saat mereka pergi meninggalkan forum kopi tersebut, ia pun ikut pergi bersama mereka.

Hal itu bisa jadi terjadi di alam hubungan antar sesame manusia. Ada orang-orang tertentu yang mencintai orang lainnya dari jarak jauh dan ia tidak mampu mendekati fans-nya dalam jarak dekat, sebab ia tidak memiliki kemampuan untuk mendekat, atau tidak memiliki cara untuk mendekat, atau tidak memenuhi kriteria untuk mendekat, padahal ia melihat orang-orang lainnya mampu duduk berdekatan dengan fans-nya, lalu ia mencukupkan diri dengan “kebahagiaan” tersebut, dan ikut pergi serta bubaran bersama mereka-mereka yang mampu mendekat saat harus terjadi perpisahan atau pembubaran acara.

5. Ternyata di pasaran ada banyak ragam kopi dengan nama yang berbeda-beda. Cita rasanya pun juga tidak sama. Menariknya, cara manusia menikmatinya pun beragam.

Begitulah alam manusia, selalu ada saja “judul” yang dibuatnya. Gaya dan penampilannya pun aneh-aneh, dan kita pun, sebagai “penonton” berbeda juga cara kita dalam memandang, menilai, menyeleksi dan berdekatan dengannya.

6. Ada secangkir kopi yang kita seruput di saat musim atau udara dingin, agar tubuh menjadi hangat, setetes demi setetes kopi masuk ke dalam mulut kita dan sedikit demi sedikit pula tubuh menjadi hangat.

Begitulah keadaan manusia, ada orang-orang tertentu yang bila anda dekat dengannya, ia memberimu kehangatan melalui cintanya, perkawanannya, kemesraannya, dan perasaannya, sehingga kehadirannya selalu memberi rasa segar yang semakin menambah gairah detik-detik kehidupan.

7. Ada juga cangkir kopi yang tampak indah dari luar dan kejauhan, namun, begitu kita datangi, ternyata cangkir itu kosong!!!

Mirip sesosok manusia yang selalu ingin tampil serba segala-galanya, dan kita pun memandangnya dari luar dan kejauhan sebagai sosok yang penuh isi, namun, begitu kita mendekat, ternyata hanyalah sebuah tong kosong berbunyi nyaring!!!

8. Ada juga secangkir kopi yang rasanya tidak sempurna kalau tidak didampingi oleh kue-kue manis untuk menutupi rasa pahitnya. Mirip seseorang yang anda “terpaksa” berkawan dan duduk bersamanya, hanya saja anda tidak dapat melakukannya seorang diri, anda perlu seorang atau lebih teman duduk bersamanya, agar memiliki daya tahan lebih bersamanya.

9. Terkadang anda dihidangi secangkir kopi panas yang sangat panas, sehingga anda perlu ekstra hati-hati saat ingin menyeruputnya kalau tidak ingin lidahmu “terbakar” dan tenggorokan serta perutmu “terkelupas”. Mirip seseorang yang anda tidak mampu lagi bertahan mendengarkan kalimat dan gaya-gayanya, sebab ia selalu “menyengat”-mu dengan kalimat, cara dan gaya serta sikap perilakunya.

10. Secangkir kopi, anda telah berlelah-lelah mempersiapkannya, bahkan terkadang (kalau tidak sering) anda berlama-lama memberi “sentuhan” kepadanya, namun, begitu ready dan siap saji, ternyata hasilnya tidak seperti yang anda prediksi dan anda bayangkan, bahkan sangat mungkin, ternyata kopi itu sangat tidak enak.

Hal ini mirip seseorang yang telah anda perlakukan dengan istimewa dan anda sikapi dengan akhlaq-akhlaq mulia, namun, sama sekali tidak ada timbal baik positif darinya, walau sekedar kata “terima kasih”, dan bahkan sangat mungkin ia menempatkan anda pada posisi serba sulit, atau “melemparimu” dengan kata-kata yang menyakitkan.

11. Satu hal yang harus selalu anda ingat, hati-hati saat menyeruput secangkir kopi, jangan sampai ada yang tertumpah atau menetes dan mengenai pakaian anda, terutama kalau yang berwarna putih. Oleh karena itu, lakukan seleksi yang baik dan benar saat anda harus berteman, jangan sampai sang teman menyeretmu dalam keburukan, padahal anda tidak melakukannya, atau istilahnya “kena abunya”, atau “tidak dapat nangkanya, tapi kena getahnya”, atau “dapat perekatnya padahal tidak ikut makan pulut atau ketannya”.